Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Yang Tersembunyi Penyebab Kegelapan Hidup

Written By Rudianto on Senin, 24 Januari 2011 | 22.56


Makin jauh waktu berjalan, manusia kian bingung meraih kebahagiaan. Mata manusia kian kabur terhadap jalan yang menuju kesana. Telinga manusia kian tuli terhadap suara-suara petunjuk. Makna sejati suatu kebahagiaan makin terpolusi.

Usia manusia makin pendek, tersita oleh aktivitasnya untuk mengejar bayangannya sendiri. Ia berlari, bayangan itu pun berlari. Ia diam, bayangan itu pun diam. Persaingan yang tak akan pernah berhenti, dan manusia akan tetap tertinggal oleh bayangannya.

Masya Allah. Masih banyak manusia yang tiada menahu keterbatasannya. Masih banyak manusia yang mengingkari kekurangannya. Masih banyak manusia yang menutupi kelemahannya dengan keangkuhan diri. Masih banyak manusia yang
tidak segan-segan untuk tertawa terkekeh-kekeh diantara kehinaan dirinya. Sehingga matanya menjadi buta, telinganya menjadi tuli. Ia tidak lagi bisa menatap ketiada-batasan Allah. Ia tidak bisa lagi mendengar kesempurnaan suara Allah. Kelebihan Allah tiada pernah dilihatnya, malahan ia tersibuk untuk mengurangi kelebihan Allah itu.

Alam ikhtiar manusia memang teramat sempit, sedikit, tak lebih dari setetes dari lautan kekuasaan Allah. Bahkan seandainya setetes itu diperumpamakan sebagai lautan lagi, maka puncak tertinggi kemampuan manusia tak lebih dari setetes lautan ini. Manusia memang lemah, tak berdaya, terbatas, serba kekurangan. Tapi manusia bisa naik derajatnya ketika ia menyadari segala kekhilafannya, menyadari kehinaan dirinya, dan dengan ketulusan hati mengagungkan Allah, memohon ampunan Allah, merintih dan memelas kasih-Nya.

Maka manusia yang meleburkan kehinaannya ke dalam tungku ke-Maha-an Allah, maka Allah akan mengasihinya, menyayanginya, membelainya, dan Dia tidak akan segan-segan untuk mengangkatnya dari jurang kekerdilannya menuju puncak kemuliaan, memuliakannya. Tapi dasar manusia, tidak bisa belajar dari historis setan yang divonis menjadi penghuni abadi neraka karena kesombongannya. Kebanyakan manusia pun enggan untuk mengakui kelemahannya, menundukkan dirinya, menyujudkan dirinya, dengan tulus menyadari kekerdilannya. Kenapa masih banyak manusia yang menutup-nutupi kehinaannya ? berlaku sombong, mbalelo, membusungkan dadanya, dan sedikitpun tidak punya rasa malu.

Perjalanan manusia senantiasa berada pada pijakan yang tak selamanya nyaman untuk di pijak. Begitu pun dengan roda kehidupan, tak selamanya menempatkan manusia pada posisi yang sama dan statis. Ia terus berputar, berhenti sewaktu-waktu, dan siap memposisikan manusia pada posisi apapun dan di mana pun, entah di atas, tengah, atau pun di bawah.
Ketika roda itu menempatkan diri kita pada posisi di atas, kita pun harus siap dan ridho menerimanya. Karena penempatan posisi tersebut tak lepas dari qodarullah (ketetapan Allah) yang TERBAIK atas diri kita, manusia. Namun, tak semua dari kita mampu bersikap bijak ketika dihadapkan pada qodarullah yang tak sesuai dengan keinginannya. Padahal segala qodarullah itu adalah yang terbaik untuk manusia, namun banyak manusia yang tak mengetahuinya “…boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu. Allah Mengetahui sedang kamu tidak tahu. (QS. Al Baqarah : 216)

Untuk menyikapi suatu kondisi di mana posisi kita tidak sesuai dengan keinginan adalah menikmati setiap jengkal dan setiap detik dalam posisi itu. Meskipun kita tengah berada pada bagian roda yang paling bawah, dan diinjak-injak lagi…!!! Ya, menyikapi hal tersebut secara bijak sesuai dengan pernyataan di atas memang bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh kita, manusia… meski itu adalah sesuatu yang sederhana. Tapi kembali lagi pada tabiat manusia. “Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah…” (QS. Al Kahfi :54) Wajar dan sangat manusiawi !!!

Tapi kembali lagi pada diri manusia, jika ia memilih untuk tidak ridha dengan qodarullah atas dirinya, berkeluh-kesah bahkan menghujat sang Pemberi Takdir, sesungguhnya ia telah melukai dirinya sendiri.

“Ketika keresahan hidup menggelapkan kehidupan, ke sana-kemari seperti mencari sesuatu yang hilang. Darah pun mengalir tidak teratur, menekan ke atas, membuat pikiran memanas, mengendap di dada, menekan paru-paru sehingga nafas menjadi tak teratur, dada berdebar-debar, menekan balik sang darah. Pikiran berputar secepat-cepatnya, mendobrak masa lalu, menerjang masa depan, merontokkan pundi-pundi langit yang masih kokoh melindungi rahasia kehidupan. Makin jauh waktu berjalan, manusia kian bingung meraih kebahagiaan. Mata kian kabur terhadap jalan menuju “ ke sana”. Telinga kian tuli terhadap suara-suara petunjuk. Makna sejati suatu KEBAHAGIAAN kian terpolusi. Usia kian memendek, tersita oleh aktivitas untuk mengejar bayangan sendiri. Ia berlari, bayanngan itu pun berlari. Ia diam, bayangan itu pun diam.”

Jangankan pahala, salah-salah ia tengah bermaksiat dengan Robb semesta alam…na’udzubillahi min dzalik. Sekuat apakah kemampuan manusia angkuh sedang sesungguhnya ia teramat lemah..?!? Hendak menjadikan segala sesuatu sesuai keinginannya. Padahal segala sesuatu itu adalah kehendak Nya.

Namun jika ia memilih untuk ridha dan sabar, maka lautan pahala dan ampunan sang Kholik terbuka lebar untuknya. Lantas, yang manakah yang akan kita pilih…?!?

Menikmati setiap jengkal bagian dari kehidupan dan setiap detik umur yang kian memendek, membiarkan masa berlalu meninggalkan kita, sedang sesungguhnya kita ketakutan ketika masa itu berlalu begitu saja… adalah hal yang TERBAIK untuk kita, meski jengkal dan detik itu berada pada posisi yang paling bawah dari segala bagian roda kehidupan. Asalkan bukan sebuah kenistaan dan kemaksiatan, kenapa kita harus malu berada pada posisi itu…?!?

Telah sering kita saksikan,posisi puncak roda kehidupan banyak dijadikan jengkal kediaman manusia-manusia yang telah banyak melakukan kerusakan, kenistaan, dan kemaksiatan di muka bumi. Mereka hidup di atas peluh orang-orang yang terzhalimi, sedang mereka seakan tak pernah menyadarinya. Dan ketika kontraknya telah habis, ketika tiada lagi kesempatan untuk memperbaiki diri, ketika Izrail menjembut, dan menutup buku amalnya, ia pun kebingungan… ke mana ia harus bersembunyi dan dengan apa ia membayar semua itu.

Yang tadinya berbangga dengan harta yang dimiliki, jabatan tinggi, pekerjaan layak, rumah megah, mobil mewah, hingga ia tak peduli dengan saudaranya yang lain bahkan ia menghina dan menginjak-injak saudaranya yang saat itu berada pada posisi jauh di bawahnnya… kini tak dapat lagi menghujat dan mengina, mulutnya telah terkunci rapat, tangan yang digunakan untuk menzhalimi manusia telah kaku… ia pun semakin kebingungan. Itulah akhir dari pemilik jengkal puncak dari roda kehidupan. Na’udzubillah min dzalik.

Jadi tak ada jaminan, jika bahagia di dunia pasti bahagia di akherat. Tidak mustahil, mereka yang tertawa terbahak-bahak di dunia ini kelak menjadi orang yang tangisannya paling kuat di akherat. Dan yang sekarang sering menangis, bisa jadi akan tertawa di akherat kelak. Wallahu a’lam.

Ketahuilah juga, mereka yang banyak hartanya adalah yang paling lama hisabnya, yang paling lama masuk surga, tetapi paling dulu masuk neraka. Karena hisab Allah adalah timbangan yang Maha Sensitif, jadi satu atom pun tidak akan terlewatkan dari pertanggungan jawab. Sedang mereka yang sedikit hartanya, cepat pula hisabnya. Duluan masuk surga dan lebih akhir masuk neraka,karena jalan ke neraka diprioritaskan untuk orang berharta tapi salah dalam meraih dan membelanjakannya. Itulah yang harus mereka bayar terlebih dahulu, belum lagi jika menzhalimi hak-hak saudaranya… Wallahu a’lam

Telah jelas, masalah posisi di dunia tidak perlu diambil pusing. Asal kita dapat menikmati apa-apa yang kita miliki dengan penuh kesyukuran, insyaAllah kita akan bertemu dengan yang namanya “BAHAGIA”. Asal kita dapat memerankan peran kita dengan baik, apapun peran itu… insyaAllah kita telah menunaikan tugas kita sebagai KHALIFAH di muka bumi.

Wahai Diri…
Ketahuilah, yang terbaik untuk dirimu adalah mempersembahkan yang terbaik untuk Robb mu. Dengan itu, sesungguhnya engkau telah melakukan perniagaan yang engkau tak kan merugi sedikit pun di dalamnya Juallah dirimu hanya kepada Allah, meninggikan kalimat Nya, niscaya engkau akan mendapat keuntungan yang teramat besar

Wahai Diri…
Bukankah engkau tahu, bahwasannya Allah mustahil ingkar janji. Lantas apa yang engkau khawatirkan atas perniagaanmu…?!?

Wahai Diri…
Sesungguhnya Allah telah memberimu karunia yang sangat besar dan akan menempatkanmu pada tempat sesuai amalmu. Sebuah keniscayaan, engkau akan di beri rahmat dan jannah Nya, jika engkau menjual dirimu HANYA kepada Allah.

“Sesungguhnya Allah telah MEMBELI dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberi ganti SURGA untuk mereka. Mereka BERPERANG di jalan Allah, lalu mereka membunuh/ terbunuh. Itu menjadi JANJI BENAR dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih MENEPATI JANJI (selain) dari pada) Allah? Maka BERGEMBIRALAH dengan JUAL BELI YANG TELAH kaliyan lakukan, dan itulah KEMENANGAN yang BESAR.” (QS. At Taubah: 111)

0 komentar:

Posting Komentar