Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

AMANAH

Written By Rudianto on Kamis, 11 Agustus 2011 | 17.32


Seorang pemuda sedang dalam satu
perjalanan yang jauh, merasa amat letih. Dia
pun berhenti berehat di satu kawasan
perkampungan dan melepaskan kudanya mencari
makan di situ. Oleh karena keletihan, pemuda itu
tertidur di bawah pohon. Kudanya yang kelaparan
merumput di satu kawasan ladang dan memakan
tanaman di situ. Tidak berapa lama kemudian,
sang petani yang memiliki ladang itu pun balik.
Melihat habis tanamannya musnah, petani itu
hilang kesabaran lalu membunuh kuda yang
memakan tanamannya.

Apabila terjaga dari tidur, pemuda itu
mencari kudanya. Puas dia mencari tidak juga
berjumpa. Akhirnya dia ketemu bangkai kudanya
di sebuah ladang. Melihat keadaan itu, dia
menjadi marah dan mencari pembunuh kudanya.
Dia terus menuju ke sebuah rumah berdekatan.
Begitu menjumpai tuan rumah, dia terus
mengamuk dan terjadilah pertikaian dan akhirnya
petani itu terbunuh.

Peristiwa itu diketahui orangramai. Pemuda
itu dibawa berjumpa khalifah untuk diadili.
Mengikut hukum qisas, bunuh dibalas dengan
bunuh. Khalifah memerintahkan supaya dia
dipenjarakan sehari semalam sebelum dia
dipancung pada jam 5.00 keesokan petangnya.
Pemuda itu merayu supaya dia dibolehkan
balik dahulu berjumpa ibunya untuk
menyelesaikan satu perkara yang amat penting.
Khalifah tidak meluluskan rayuan pemuda itu.
Namun pemuda itu tidak berputus asa dan terus
merayu sambil menyatakan dia mempunyai
tanggungjawab yang mesti dibereskan sebelum
dia dihukum bunuh. Dia berjanji akan balik segera
begitu urusannya selesai.

Khalifah meminta pandangan waris si mati.
Anak petani itu tidak mengizinkan pemuda itu pergi
karena bimbang dia tidak akan datang lagi untuk
menerima hukuman mati. Berkali-kali pemuda itu
merayu dan bersumpah akan datang semula,
namun tiada seorangpun menunjukkan tanda
simpati. Akhirnya tampil seorang tua menuju
menghadap khalifah menyatakan kesanggupan
untuk menjadi tebusan/jaminan untuk
membolehkan pemuda itu balik ke rumah.

Orang tua itu tidak lain tidak bukan ialah
Abu Dzar, seorang sahabat Nabi yang banyak
merawikan Hadits. Melihat apa yang berlaku,
semua hadirin tercengang dan sebahagian besar
memarahi Abu Dzar karena tindakannya yang
membahayakan diri sendiri. Abu Dzar berjanji
untuk menjadi tebusan dan membolehkan pemuda
itu pulang menyelesaikan masalahnya. Melihat
kejadian ini, pemuda itu menjadi tenang dan
mengikat janji bahwa dia akan kembali
secepatnya untuk dipancung begitu urusannya
selesai.

Abu Dzar faham kegagalan pemuda itu
menunaikan janji akan mengakibatkan nyawanya
tergadai. Ketika ditanya Khalifah bagaimana dia
sanggup meletakkan dirinya dalam keadaan
membahayakan, Abu Dzar menerangkan demi
keluhuran Islam, dia sangat malu melihat tiada
siapapun sanggup mengulurkan bantuan ketika
pemuda asing itu dalam kesusahan yang amat
sangat. Pemuda itu dibolehkan pulang ke rumah
sementara Abu Dzar pula dikurung di penjara.
Pada keesokan petangnya, penuh sesak
manusia menuju ke istana khalifah untuk
menyaksikan episode yang mencemaskan. Ramai
menganggap Abu Dzar akan dibunuh karena
kemungkinan besar pemuda itu tidak akan datang
menyerahkan lehernya untuk dipancung. Saat
yang mendebarkan berlaku ketika beberapa menit
lagi jam lima petang, pemuda itu masih belum
tiba.

Abu Dzar dikeluarkan dari kurungan.
Kegagalan pemuda itu menghadirkan diri akan
menyebabkan Abu Dzar menjadi mangsa. Di saat
terakhir, orangramai melihat kelebat seorang
lelaki menunggang seekor kuda dengan amat
kencang sekali. Ketika itu riak cemas orangramai
bertukar menjadi reda. Tepat sekali bagaimana
dijanjikan pemuda itu sampai genap jam lima
petang. Pemuda itu lantas turun di hadapan
Khalifah seraya meminta maaf karena 'terlambat'
menyebabkan suasana tegang dan cemas.

Pemuda itu menerangkan sepatutnya dia
sampai lebih awal, tetapi terlambat disebabkan
tali kudanya putus di tengah perjalanan. Dia
menerangkan urusan yang dikatakannya amat
penting dulu ialah karena terpaksa menyelesaikan
tanggungjawabnya sebagai penjaga harta anak-
anak yatim dan menyerahkan tugas itu kepada
ibunya. Pemuda itu berjumpa Abu Dzar untuk
mengucapkan terimakasih di atas
kesanggupannya menjadikan dirinya sebagai
tebusan. Selepas itu dia segera ke tempat
dilakukan hukuman pancung. Ketika pengawal
hendak menghayun pedangnya, tiba-tiba anak
petani dengan suara yang kuat meminta hukuman
dibatalkan. Dengan rela hati dia memaafkan
kesalahan pemuda itu. Mendengar kata-kata
anak petani itu, pemuda itu amat lega dan terus
sujud tanda syukur kepada Allah.
***
Kisahnyata ini menggambarkan betapa
luhurnya pribadi individu apabila Islam telah
menyelinap di sanubari. Seseorang sanggup
mengorbankan jiwa dan raganya demi menjaga
maruah Islam untuk mengulurkan pertolongan kepada
orang yang di dalam kesusahan.

Agama Islam jika diamal dan dihayati sepenuh
jiwa dan raga mampu menjadikan seseorang
berakhlak mulia dan sanggup mati karena
menunaikan janji yang telah dibuat. Orang Islam
semuanya bersaudara saling bantu-membantu dan
sanggup mengulurkan pertolongan sekiranya ada
saudara berada di dalam kesusahan.

Sebaik-baik mahkamah adalah mahkamah
syariat yang 100% berlandaskan syariat Islam.
Hukuman yang dijatuhkan adalah yang paling adil.
Ini adalah karena hukuman yang dikenakan adalah
setimpal dengan kesalahan dan sejalan dengan
perintah Allah. Dia menjadikan segala sesuatu di
dunia ini dan Dialah juga yang maha mengetahui
obat atau penyembuh segala penyakit sosial. Dalam
Islam, bunuh dibalas dengan bunuh. Inilah keadilan
Allah. Manusia yang tidak mengiktiraf hukuman Allah
dan ridha dengan keputusan mahkamah sekuler
jelas membelakangi dan mempersendakan Allah.
Jika hukuman tidak ikut hukum qisas/hudud,
mereka akan diseret ke mahkamah Allah di akhirat di
mana mereka akan dihukum seadil-adilnya.
Sebaliknya mereka yang telah dihukum di dunia
berlandaskan syariat Islam, dia tidak akan dihakimkan
sekali lagi di akhirat.