Ia shalihah, maka lihatlah, tak ada aurat yang tampak ketika engkau memandangnya.
Ia shalihah, maka dengarlah, tak ada kalimat tak layak maupun ghibah keluar dari bibirnya.
Ia shalihah, maka perhatikanlah, kebaikan adalah akhlaknya, kerendahan hati adalah kecantikannya.
Ia shalihah,maka renungkanlah,ia telah memilih pilihan berat dalam
hidupnya untuk menjadi wanita yg “berbeda” dari wanita lainnya.
Ia shalihah,dan itu tak mudah karena ia harus belajar jauh lebih banyak
daripada wanita lainnya untuk mentaati Allah dan RasulNya.
Ia shalihah,dan Allah pantas menyandingkan gadis shalihah dengan lelaki shalih lagi baik akhlaknya.
Ia shalihah, maka dengarkanlah bahwa ia juga ingin mengajakmu menjadi sepertinya lewat nasihat-nasihat indah itu,
Ukhti,belajar jadi shalihah yuk :)
Kamis, 28 Juni 2012
Selasa, 26 Juni 2012
RAHASIA ADZAN SUBUH - Mengapa kita harus bangun Shalat Subuh?
"ash shalaatu khairun minan naum" shalat (pada saat) itu lebih baik dari pada tidur". Jika kita terjemahkan, akan berarti Sholat itu Lebih Baik Daripada Tidur.
Tetapi coba perhatikan baik baik. Mengapa kalimat itu hanya dikumandangkan saat adzan subuh saja?
Dalam kalimat itu Allah swt ternyata sedang memberikan isyarat kasih sayangnya pada kaum muslimin, sebuah isyarat yang sering kita abaikan maknanya, yang jika kita tangkap isyarat itu kira kira akan berbunyi seperti ini "Subhanallah Laa Khaula Wa Laa Quwwata Illa Billaah" Lalu mengapa isyarat itu justru dikumandangkan hanya pada shalat subuh, tatkala kita semua sedang terlelap, dan bukan pada adzan untuk shalat lain?.
Penjelasan Ilmiahnya: Pada studi MILIS, studi GISSI 2 dan studi-studi lain di luar negeri, yang dipercaya sebagai suatu penelitian yang shahih mendapati sebuah kesimpulan jika puncak terjadinya serangan jantung sebagian besar dimulai pada jam 6 pagi sampai jam 12 siang. Mengapa demikian? Karena pada saat itu sudah terjadi perubahan pada sistem tubuh dimana terjadi kenaikan tegangan saraf simpatis (istilah Cina:Yang) dan penurunan tegangan saraf parasimpatis (YIN).
Tegangan simpatis yang meningkat akan menyebabkan kita siap tempur, tekanan darah akan meningkat, denyutan jantung lebih kuat dan sebagainya. Pada tegangan saraf parasimpatis yang meningkat maka terjadi penurunan tekanan darah, denyut jantung kurang kuat dan ritmenya melambat. Terjadi peningkatan aliran darah ke perut untuk menggiling makanan dan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga kita merasa mengantuk, pokoknya yang cenderung kepada keadaan istirahat. Pada pergantian waktu pagi buta (mulai pukul 3 dinihari) sampai siang itulah secara diam-diam tekanan darah berangsur naik, terjadi peningkatan adrenalin yang berefek meningkatkan tekanan darah dan penyempitan pembuluh darah (efek vasokontriksi) dan meningkatkan sifat agregasi trombosit (sifat saling menempel satu sama lain pada sel trombosit agar darah membeku) walaupun kita tertidur. Aneh bukan? Hal ini terjadi pada semua manusia, setiap hari termasuk anda dan saya maupun bayi anda. Hal seperti ini disebut sebagai ritme Circardian/Ritme sehari-hari, yang secara kodrati diberikan Allah swt kepada manusia. Furgot dan Zawadsky pada tahun 1980 dalam penelitiannya mengeluarkan sekelompok sel dinding arteri sebelah dalam pada pembuluh darah yang sedang diselidikinya (dikerok).
Pembuluh darah yang normal yang tidak dibuang sel-sel yang melapisi dinding bagian dalamnya akan melebar bila ditetesi suatu zat kimia yaitu: Asetilkolin. Pada penelitian ini terjadi keanehan, dengan dikeluarkannya sel-sel dari dinding sebelah dalam pembuluh darah itu, maka pembuluh tadi tidak melebar kalau ditetesi asetilkolin.
Penemuan ini tentu saja menimbulkan kegemparan dalam dunia kedokteran. "Jadi itu toh yang menentukan melebar atau menyempitnya pembuluh darah, sesuatu penemuan baru yang sudah sekian lama, sekian puluh tahun diteliti tapi tidak ketemu".
Penelitian itu segera diikuti penelitian yang lain diseluruh dunia untuk mengetahui zat apa yang ada didalam sel bagian dalam pembuluh darah yang mampu mengembangkan/melebarkan pembuluh itu. Dari sekian ribu penelitian maka zat tadi ditemukan oleh Ignarro serta Murad dan disebut NO/Nitrik Oksida. Ketiga penelitian itu Furchgott dan Ignarro serta Murad mendapat hadiah NOBEL tahun 1998.
Zat NO selalu diproduksi, dalam keadaan istirahat tidur pun selalu diproduksi, namun produksi dapat ditingkatkan oleh obat golongan Nifedipin dan nitrat dan lain-lain tetapi juga dapat ditingkatkan dengan bergerak, dengan olahraga.
Efek Nitrik oksida yang lain adalah mencegah kecenderungan membekunya darah dengan cara mengurangi sifat agregasi/sifat menempel satu sama lain dari trombosit pada darah kita.
Jadi kalau kita kita bangun tidur pada pagi buta dan bergerak, maka hal itu akan memberikan pengaruh baik pada pencegahan gangguan kardiovaskular.
Naiknya kadar NO dalam darah karena exercise yaitu wudhu dan shalat sunnah dan wajib, apalagi bila disertai berjalan ke mesjid merupakan proteksi bagi pencegahan kejadian kardiovaskular.........tanpa manusia menyadarinya.
Selain itu patut dicatat bahwa pada posisi rukuk dan sujud terjadi proses mengejan, posisi ini meningkatkan tonus parasimpatis (yang melawan efek tonus simpatis). Dengan exercise tubuh memproduksi NO untuk melawan peningkatan kadar zat adrenalin di atas yang berefek menyempitkan pembuluh darah dan membuat sel trombosit darah kita jadi bertambah liar dan saling merangkul.
Allah, sudah sejak awal Islam datang menyerukan shalat subuh. Hanya saja Allah tidak secara jelas menyatakan manfaat akan hal ini karena tingkat ilmu pengetahuan manusia belum sampai dan masih harus mencarinya sendiri walaupun harus melalui rentang waktu ribuan tahun.
Petunjuk bagi kemaslahatan umat adalah tanda kasihNya pada hambaNya. Bukti manfaat instruksi Allah baru datang 1400 tahun kemudian. Allahu Akbar.
SIHIR DAN HUKUMNYA
Menukar ajaran yang datang dari Allah SWWT dengan kitab
sihir. sebagaimana firman Allah SWT "Sebahagian dari orang-orang yang
diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke helakang (punggung)nya,
seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). Dan mereka
mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman.
(Al-Baqarah: 101-102)
"Cinta ditolak,dukun bertindak."
Pepatah ini sudah biasa terdengar dikalangan anak muda yang
lagi kasmaran. Tentu, tindakan dukun yang dimaksud adalah sihir. Ya, sihir,
kesyirikan yang sangat berbahaya, bukan saja membahayakan objek yang disihir
mungkin akan menyebabkan sakit yang berkepanjangan, tapi juga sangat berbahaya
bagi pelakunya, karena is termasuk salah satu pembatal keimanan, yang tentunya
berakibat fatal di akherat. Inilah karakter jailiyah pada matan di atas.
Sihir itu Apa..?
Secara bahasa sihir bermakna tersembunyi (fathul mughits,
hlm. 55 ). Dan menurut istilah syareat sihir berupa jimat, santet, tenung,
mejik atau ramuan-ramuan yang mampu memberi pengaruh secara fisik seperti
sakit, membunuh atau memisahkan antara suami dengan isteri dan pengaruh secara
rohani seperti gelisah bingung atau menghayal. Dan pengaruh terhadap mental
contohnya adalah gila, stress atau gangguan kejiwaan yang lain. (al-Madkhol,
al-Buraikan, hlm. 268)
lni berdasarkan kenyataan yang terjadi dimasyarakat dan
diketahui prang banyak.
Sihir itu Ada
Ada sementara kalangan yang berpendapat bahwa sihir itu
tidaka ada. la hanya khayalan yang tidak berwujud. Bagi mereka, mustahil
seseorangterkena sihir. Orang tersihir dianggap hanya terkena penyakit biasa,
mungkin ayan atau stress. Tidak ada campur tangan jin dalam kehidupan manusia.
Parahnya, mereka mengingkari keberadaan yang menjadi biang keladi sihir itu
sendiri, yaitu jin.
Tentu saja keyakinan ini keliru, jikalau tidak boleh
dibilang salah fatal. Banyak nash dan kejadian baik yang terjadi pada zaman para
nabi atau pada masa sekarang yang menunukkan keberadaan sihir itu sendiri.
Allah SWT berfirman
"Musa menjawab:"Lemparkanlah
(lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata
orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir
yang besar (mena'jubkan)."(al-A'raf: 116)
Dlam ayat 102 surat Al Baqarahl, Allah menceritakan tentang
jin yang mengajarkan sihir kepada manusia. Al-Qur'an banyak menjelaskan tentang
sihir.
Banyak riwayat yang juga menegaskan adanya sihir secara
hakiki. Salah satunya, disebutkan rasulullah pernah tersihir, sehingga malaikat
Jibril As datang meruqiyah beliau SAW. Yang menyihir beliau adalah si Yahudi
teriaknat, Labid bin al-A'shom. (HR. Bukhari)
Hari ini pun kita seringkali menyaksikan orang-orang
kesurupan karena uiah Jin durhaka yang mudah diperintah oleh manusia yang
berjiwa setan. Semua ini adalah dalil dan fakta yang tidak terbantahkan bahwa
sihir itu ada.
Mengingkari hakekat sihir sama dengan mengingkari nash-nash
yang shohih dari Rasulullah Juga mengingkari realita yang ada. Tentang
keberadaan sihir dan Jin serta pengobatan sihir, telah banyak dibahas oleh para
ulama. Dr. ath-Thoyyar salah seorang ulama yang membuktikan keberadaan Jin dan
sihir baik dari sisi naql (wahyu) maupun 'aqli (logika). Fathul haq al mubin fi
'ilaji shorl was sihr, judul buku beliau. •
Hukum Sihir dan Pelakunya
Sebagai ritual yang sangat membahayakan, pelaku sihir
diancam murtad dalam berbagai nash syar'ie. Juga bernilai pidana, pelakunya
bisa saja dieksekusi mati jika terbukti telah membunuh orang yang disihir
dengan sihirnya. Ini disepakati oleh para ulama.
Adapun jika is hanya terbukti melakukan sihir tetapi tidak
sampai membunuh, disini para ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan tetap
dibunuh. Ada juga yang berpendapat tidak boleh dibunuh, kecuali terbukti
murtad.
Sebab perbedaan ini, karena para ulama berbeda pendapat;
apakah setiap pelaku sihir itu melakukan tindakan kekafiran atau tidak?.
Pendapat yang dirojihkan oleh syaikh DR. Abdul Aziz al-Lathifdalam desertasi
doktoralnya adalah perlu ada perincian; jika sihirnya hanya menggunakan ramuan,
tidak meminta kepada setan dan mempersembahkan sesuatu kepada setan maka tidak
bisa dikafirkan. Namun jika selain itu, maka dikafirkan, karena bisa Dipastikan
ia meminta bantuan kepada setan
(Nawaqidh, al-Lathif, him. 503-511)
Menurut syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul
Wahhab, sihir tidak akan terjadi kecuali dengan beribadah dan mendekatkan diri
kepada setan. Sehingga beliau berpendapat, sihir hukumnya syirik dan pelakunya
kafir. Sedangkan sihir dengan obat dan ramuan, ini tidak bisa disebut sihir.
(Taisir
al-Aziz al-Hamid, him. 384)
Dan sihir tergolong syirik dari dua sisi:
Pertama, karena sihir mengandung unsur meminta pelayanan
dari syaithan dan ketergantungan dengan mereka melalui sesuatu yang mereka
cintai agar syaithan tersebut mengajari kepada mereka tentang sihir, sehingga
sihir adalah syaithan sebagaimana firman Allah, "Tetapi syaithansyaithan
itulah yang kafir (mengerjakan sihir) mereka mengajarkan sihir kepada
manusia". (Al Baqarah 102).
Kedua, sihir mengandung unsur pengakuan terhadap ilmu ghaib
dan pengakuan berserikat dengan Allah SWT dalam perkara ghaib. Ini jelas-jelas
sebagai suatu perbuatan kufur, sebagaimana firman Allah, "Katakanlah,
tidak seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib,
kecuali Allah". (An Naml 65).
Dan ilmu ghaib tersebut tidak diperlihatkan kepada makhluk
kecuali hanya kepada para rasulnya sebagaimana firman Allah, "(Dia adalah
Tuhan) Yang mengetahui yang ghaib maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang ghaib itu kecuali kepada yang diridhainya."
(al-Jin 26-27).
Berlindung Dari Kejahatan Sihir
Banyak cara yang diajarkan oleh Rasulullah agar telindung
dari sihir. Salah satu cara yang gampang dilakukan, tidakperlu memakan biaya,
cukup bermodal azam dan istiqomah. Adalah melazimi dzikir pagi dan sore.
Yang lainnya, membaca do'a sebelum tidur dan mu'awwidzatain,
surat al-Falaq dan anNas ditambah surat al-lkhlas sebelum tidur lalu diusapkan
ke seluruh badan. Selamat mencoba. Dan semoga Allah menjaga kita dari gangguan
setan.* Aamiin.
Menikah, Antara Nikmat dan Tanggung Jawab
Pernahkah terbesit dalam benak kita tentang indahnya pernikahan? Terbayang-bayang akan nikmatnya
menikah dan keberadaan sang suami di sisi. Angan-angan melambung tinggi, hati tentram ada pendampingnya. Bersua dalam suka maupun duka. Namun di sisi yang lain, tatkala kita memikirkan bekalbekal pernikahan, subhanallah, betapa beratnya tanggung jawab seseorang yang berpredikat zaujah (istri), apalagi bergelar ummahat (Ibu). Dia harus taat pada suami selama bukan maksiat, lisannya harus pandai merangkai kata, menyimpan rahasia keluarga, mengatasi masalah yang ada, dan masih banyak lagi segudang kewajiban yang harus dilaksanakan. Menikah ternyata bukan sekedar mereguk nikmat, tapi juga meretas jalan panjang penuh tanggung jawab.
Indahnya Menikah, Nikmatnya Tiada Tara
Pernikahan memang identik dengan bayangan kenikmatan dan keindahan yang mungkin menjadi suatu hal yang untouchable bagi orang yang belum menikah. Dan pada kenyataannya, hampir tiap pengantin baru mengakui bahwa menikah adalah suatu ken ikmatan tersendiri bagi mereka.
Begitupula jika kita membaca banyak buku dan literatur yang membahas dan menggambarkan tentang indahnya menikah. Disana akan kita temui sebuah deskripsi yang begitu mempesona dan menggiurkan, hingga membuat hati para lajang tak sabar untuk segera merasakan. Sebagaimana yang ditulis oleh Syaikh Mahmud Mandi Al-Istambuly dalam kitab Tuhfatul 'Arusnya. Beliau menuliskan bahwa pernikahan merupakan nikmat Allah atas hambaNya. Dimana kehidupan di dunia ini akan menjadi gersang tanpa adanya kesenangan yang menunjang.
Oleh karena itu, di awal pembahasannya beliau membicarakan mengenai kebijaksanaan Allah yang memberikan kepada manusia kecenderungan atau nal uri (ghorizah) terhadap kesenangan, dimana Allah telah memberikan jalan (cara) yang telah Dia tetapkan sebagai penyaluran ghorizah tersebut. Di antaranya adalah pemikahan, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Juga dijadikannya di antaramu mawaddah wa rahmah (rasa kasih dan sayang). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (QS. Ar-Ruum:21).
Dan pada ayat yang lain, "Dialah yang menciptakan engkau dari diri yang satu, dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya." (QS. Al-A'raaf:189).
Kebahagiaan hidup yang bersifat ruhaniah dari seorang suami merupakan kebutuhan yang tidak di dapat kecuali pada diri sang istri sebagai pendamping hidupnya. Istri akan menjadi penyejuk mata dan hati bagi suami, pelepas dahaga dan gejolak hasratnya, tempat untuk melabuhkan kasih sayang dan cinta, mengungkap rindu, merajut kemesraan dan meluapkan perasaan yang terdalam. Dan demikian pula sebaliknya seorang istri terhadap suaminya. Ada canda yang menyegarkan, ada kehangatan yang menyejukkan, ada perhatian, ketulusan, ketenangan dan kedamaian. Dan ada rasa yang sungguh tak terlukiskan. Karena memang tak cukup kata-kata untuk mengungkapkan atau mengekspresikannya. Ah, indah nian menikah.
Beratnya Tanggung Jawab
Tatkala seorang wanita memutuskan untuk menikah, maka melekatlah pada dirinya jabatan-jabatan yang secara otomatis akan disandangnya. Jabatan-jabatan itu antara lain sebagai istri, manager rumah tangga, tukang bersih-bersih, koki, binatu, bendahara, asisten direktur dan guru bagi anak-anaknya. Di sisi yang lain dia juga menjadi koordinator pelaksana proyek rumah tangganya dan harus melaksanakan job description-nya dengan baik, serta dituntut untuk dapat mengaktualisasikan skill-nya dengan sebaik mungkin. Yang jelas, konsekuensi yang akan diterima oleh seorang wanita yang telah menikah bukanlah hal yang main-main.
Karena itulah, menikah bukan sekedar membuai diri dengan kenikmatan dan keindahan serta terus menerus terlena oleh kesenangan-kesenangan yang ditawarkan. Ada nilai yang jauh lebih besar dari sekedar mereguk nikmat dalam menikah yaitu tanggung jawab. Tanggung jawab dan amanah yang diem* dalam sebuah pernikahan, merupakan suatu pekerjaan yang besar dan berat.
Pentingnya sebuah taggung jawab dikuatkan pula oleh sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa setiap diri kalian adalah pemimpin, dan kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang pemimpin negara bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya dan akan dimintai pertanggungjawabannya, seorang suami bertanggung jawab atas anggota keluarga yang dipimpinnya dan akan dimintai pertanggungjawabannya, seorang istri bertanggung jawab atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan dimintai pertanggungjawabannya." (HR. Bukhari dari Abdullah bin Umar).
Sebagaimana disebutkan pula oleh Dr. Muhammad bin Muhammad Aba Bathin dalam AI-Mar'ah Al-Muslimah fi Manzilihaa, yang membahas tentang tugas wanita muslimah di dalam rumah, bentukbentuk tugas dan tanggung jawab seorang istri dan ibu diantaranya adalah melayani suami dan selalu mencari keridhaan suami selama tidak bermaksiat kepada Allah dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk rumah tangga dan keluarganya, mengurus, mengatur, menata dan membersihkan rumah, menyiapkan makanan yang terjaga kehalalan dan ke-thoyyib-annya dan menyiapkan keperluan anggota keluarga seperti menyiapkan pakaian yang syar'i dan perlengkapan lainnya. Ketika is dikaruniai Allah seorang anak dia juga perlu tahu bagaimanacaramengurusanak, mendidiknya balk dari aspek ruhani/keimanan, akhlak, sosial, jasmani dan seksual, merawatnya serta memilihkan tempat pendidikan yang baik untuknya dan lain-lain.
Selain itu, dibutuhkan pula kedewasaan sikap, kematangan ilmu dan pola berpikir. Dan untuk mewujudkan itu semua, tentu diperlukan persiapan bekal yang cukup dan memadai jika kita belum menikah. Pun bila dunia rumah tangga telah kita masuki, maka learning by doing harus terus dilakukan. Karena menikah adalah medan untuk mengasah kemampuan dindan merealisasikan ilmu yang dimiliki.
menikah dan keberadaan sang suami di sisi. Angan-angan melambung tinggi, hati tentram ada pendampingnya. Bersua dalam suka maupun duka. Namun di sisi yang lain, tatkala kita memikirkan bekalbekal pernikahan, subhanallah, betapa beratnya tanggung jawab seseorang yang berpredikat zaujah (istri), apalagi bergelar ummahat (Ibu). Dia harus taat pada suami selama bukan maksiat, lisannya harus pandai merangkai kata, menyimpan rahasia keluarga, mengatasi masalah yang ada, dan masih banyak lagi segudang kewajiban yang harus dilaksanakan. Menikah ternyata bukan sekedar mereguk nikmat, tapi juga meretas jalan panjang penuh tanggung jawab.
Indahnya Menikah, Nikmatnya Tiada Tara
Pernikahan memang identik dengan bayangan kenikmatan dan keindahan yang mungkin menjadi suatu hal yang untouchable bagi orang yang belum menikah. Dan pada kenyataannya, hampir tiap pengantin baru mengakui bahwa menikah adalah suatu ken ikmatan tersendiri bagi mereka.
Begitupula jika kita membaca banyak buku dan literatur yang membahas dan menggambarkan tentang indahnya menikah. Disana akan kita temui sebuah deskripsi yang begitu mempesona dan menggiurkan, hingga membuat hati para lajang tak sabar untuk segera merasakan. Sebagaimana yang ditulis oleh Syaikh Mahmud Mandi Al-Istambuly dalam kitab Tuhfatul 'Arusnya. Beliau menuliskan bahwa pernikahan merupakan nikmat Allah atas hambaNya. Dimana kehidupan di dunia ini akan menjadi gersang tanpa adanya kesenangan yang menunjang.
Oleh karena itu, di awal pembahasannya beliau membicarakan mengenai kebijaksanaan Allah yang memberikan kepada manusia kecenderungan atau nal uri (ghorizah) terhadap kesenangan, dimana Allah telah memberikan jalan (cara) yang telah Dia tetapkan sebagai penyaluran ghorizah tersebut. Di antaranya adalah pemikahan, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Juga dijadikannya di antaramu mawaddah wa rahmah (rasa kasih dan sayang). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (QS. Ar-Ruum:21).
Dan pada ayat yang lain, "Dialah yang menciptakan engkau dari diri yang satu, dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya." (QS. Al-A'raaf:189).
Kebahagiaan hidup yang bersifat ruhaniah dari seorang suami merupakan kebutuhan yang tidak di dapat kecuali pada diri sang istri sebagai pendamping hidupnya. Istri akan menjadi penyejuk mata dan hati bagi suami, pelepas dahaga dan gejolak hasratnya, tempat untuk melabuhkan kasih sayang dan cinta, mengungkap rindu, merajut kemesraan dan meluapkan perasaan yang terdalam. Dan demikian pula sebaliknya seorang istri terhadap suaminya. Ada canda yang menyegarkan, ada kehangatan yang menyejukkan, ada perhatian, ketulusan, ketenangan dan kedamaian. Dan ada rasa yang sungguh tak terlukiskan. Karena memang tak cukup kata-kata untuk mengungkapkan atau mengekspresikannya. Ah, indah nian menikah.
Beratnya Tanggung Jawab
Tatkala seorang wanita memutuskan untuk menikah, maka melekatlah pada dirinya jabatan-jabatan yang secara otomatis akan disandangnya. Jabatan-jabatan itu antara lain sebagai istri, manager rumah tangga, tukang bersih-bersih, koki, binatu, bendahara, asisten direktur dan guru bagi anak-anaknya. Di sisi yang lain dia juga menjadi koordinator pelaksana proyek rumah tangganya dan harus melaksanakan job description-nya dengan baik, serta dituntut untuk dapat mengaktualisasikan skill-nya dengan sebaik mungkin. Yang jelas, konsekuensi yang akan diterima oleh seorang wanita yang telah menikah bukanlah hal yang main-main.
Karena itulah, menikah bukan sekedar membuai diri dengan kenikmatan dan keindahan serta terus menerus terlena oleh kesenangan-kesenangan yang ditawarkan. Ada nilai yang jauh lebih besar dari sekedar mereguk nikmat dalam menikah yaitu tanggung jawab. Tanggung jawab dan amanah yang diem* dalam sebuah pernikahan, merupakan suatu pekerjaan yang besar dan berat.
Pentingnya sebuah taggung jawab dikuatkan pula oleh sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa setiap diri kalian adalah pemimpin, dan kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang pemimpin negara bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya dan akan dimintai pertanggungjawabannya, seorang suami bertanggung jawab atas anggota keluarga yang dipimpinnya dan akan dimintai pertanggungjawabannya, seorang istri bertanggung jawab atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan dimintai pertanggungjawabannya." (HR. Bukhari dari Abdullah bin Umar).
Sebagaimana disebutkan pula oleh Dr. Muhammad bin Muhammad Aba Bathin dalam AI-Mar'ah Al-Muslimah fi Manzilihaa, yang membahas tentang tugas wanita muslimah di dalam rumah, bentukbentuk tugas dan tanggung jawab seorang istri dan ibu diantaranya adalah melayani suami dan selalu mencari keridhaan suami selama tidak bermaksiat kepada Allah dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk rumah tangga dan keluarganya, mengurus, mengatur, menata dan membersihkan rumah, menyiapkan makanan yang terjaga kehalalan dan ke-thoyyib-annya dan menyiapkan keperluan anggota keluarga seperti menyiapkan pakaian yang syar'i dan perlengkapan lainnya. Ketika is dikaruniai Allah seorang anak dia juga perlu tahu bagaimanacaramengurusanak, mendidiknya balk dari aspek ruhani/keimanan, akhlak, sosial, jasmani dan seksual, merawatnya serta memilihkan tempat pendidikan yang baik untuknya dan lain-lain.
Selain itu, dibutuhkan pula kedewasaan sikap, kematangan ilmu dan pola berpikir. Dan untuk mewujudkan itu semua, tentu diperlukan persiapan bekal yang cukup dan memadai jika kita belum menikah. Pun bila dunia rumah tangga telah kita masuki, maka learning by doing harus terus dilakukan. Karena menikah adalah medan untuk mengasah kemampuan dindan merealisasikan ilmu yang dimiliki.
Senin, 25 Juni 2012
Rumah Syurga Yang Dirindu Wanita
Sungguh tak mudah mengambil keputusan untuk berkiprah 'hanya' di rumah:
menjadi ibu rumah tangga. Tanpa jenjang karier, tanpa status sosial,
tanpa gaji, tanpa pengakuan dan penghargaan. Padahal, sewaktu kuliah
dulu sudah menghabiskan biaya berjuta-juta. Sebagian orangtua bahkan sampai menjual harta warisan, berutang ke sana ke mari demi membiayai kuliah anak.
Berangkat dari pengalaman dan pengamatan langsung, buku ini membahas dilema para bunda yang bekerja namun secara naluri masih ingin mengurus anak-anak. Para bunda yang saat di rumah ingat urusan kantor, dan saat di kantor ingat anak-anak di rumah. Saat yang sama, keberadaan pengasuh anak—baik yang profesional maupun dari keluarga sendiri (biasanya sang nenek/kakek)—ternyata bukan menghadirkan penyelesaian yang bijak, melainkan masalah baru: sikap anaktidak seperti yang diharapkan.
Buku ini mengulas topik-topik hangat seputar pengasuhan anak bagi bunda yang bekerja:
* Tugas utama seorang bunda;
* Risiko menitipkan anak kepada pengasuh;
* Nilai lebih mengasuh sendiri anaktercinta;
* Alasan mendasar mengapa para bunda mesti kembali berkarier di rumah;
* Tanggapan atas argumentasi agar bunda tetap harus berkarier di luar rumah.
Buku ini ingin mengajak para bunda untuk merekatkan kembali interaksi dengan anak-anak tercinta-bersama-sama sang suami. Inilah upaya memperbaiki karakter bangsa dengan mengawali perbaikan anak-anak kita lewat sentuhan para bunda yang
'hanya' berkiprah di rumah. Sungguh, rumah terindah adalah ketika ada kedekatan emosional secara kualitas dan kuantitas meruah antara bunda dan
anak. Inilah saat rumah terindah dihadirkan para wanita perindu surga
Berangkat dari pengalaman dan pengamatan langsung, buku ini membahas dilema para bunda yang bekerja namun secara naluri masih ingin mengurus anak-anak. Para bunda yang saat di rumah ingat urusan kantor, dan saat di kantor ingat anak-anak di rumah. Saat yang sama, keberadaan pengasuh anak—baik yang profesional maupun dari keluarga sendiri (biasanya sang nenek/kakek)—ternyata bukan menghadirkan penyelesaian yang bijak, melainkan masalah baru: sikap anaktidak seperti yang diharapkan.
Buku ini mengulas topik-topik hangat seputar pengasuhan anak bagi bunda yang bekerja:
* Tugas utama seorang bunda;
* Risiko menitipkan anak kepada pengasuh;
* Nilai lebih mengasuh sendiri anaktercinta;
* Alasan mendasar mengapa para bunda mesti kembali berkarier di rumah;
* Tanggapan atas argumentasi agar bunda tetap harus berkarier di luar rumah.
Buku ini ingin mengajak para bunda untuk merekatkan kembali interaksi dengan anak-anak tercinta-bersama-sama sang suami. Inilah upaya memperbaiki karakter bangsa dengan mengawali perbaikan anak-anak kita lewat sentuhan para bunda yang
'hanya' berkiprah di rumah. Sungguh, rumah terindah adalah ketika ada kedekatan emosional secara kualitas dan kuantitas meruah antara bunda dan
anak. Inilah saat rumah terindah dihadirkan para wanita perindu surga
ILMU HADITS PRAKTIS
Hadits Rasulullah saw sampai kepada kita melalui jalur para perawi (orang yang meriwayatkan). Dengan sendirinya mereka menjadi fokus utama untuk mengetahui keshahihan atau tidaknya suatu hadits. Karena itu pula para ulama hadits amat memperhatikan keadaan para perawi. Mereka telah membuat berbagai persyaratan yang amat rinci, ketat, dan pasti untuk menerima riwayat para perawi. Ini menunjukan jauhnya pandangan para ulama hadits, jernihnya pemikiran mereka, dan kualitas metoda yang mereka miliki.
Berbagai persyaratan yang ditentukan terhadap para perawi, dan syarat-syarat lain bagi diterimanya suatu hadits atau berita, tidak pernah ada dan tidak pernah dijumpai pada agama dan umat mana pun di dunia, bahkan hingga pada masa kini, termasuk pada din orang-orang yang mengaku memiliki metoda yang rinci (khususnya kalangan sejarawan Barat maupun Timur, balk klasik maupun moderen yang mengaku mempunyai metoda ilmiah). Mereka tidak membuat dan memiliki persyaratan dalam menerima suatu berita seperti yang disusun oleh para ulama mushthalah hadits terhadap para perawi. Bahkan standar yang paling rendah sekalipun. Saat ini, banyak berita (informasi atau pun pernyataan) yang disampaikan kepada masyarakat, termasuk oleh berbagai mass media dan kantor berita, yang tidak bisa dipercaya dan tidak dapat dijadikan pijakan yang benar. Ini disebabkan para perawinya majhul (tidak jelas dan tidak dikenal). Padahal cacat atau tidaknya suatu berita (informasi) terletak pada sumber beritanya. Beritaberita (informasi) yang mereka ekspos banyak yang tidak shahih, dan yang benar hanya sedikit. Itupun jelas-jelas berpihak pada kepentingan dan kemaslahatan mereka.
Buku ini mengajak Anda untuk menelusuri kehebatan metoda seleksi hadits. Metoda ini telah berhasil menjaga hadits-hadits Nabi saw dan tangan-tangan para pendusta dan pemalsu hadits, membersihkannya dan para penyanjung dan pencela, dan berhasil menggagalkan upaya orang-orang kafir yang membenci Islam dan kaum Muslim untuk rnenghancurkan sumber hukum Islam yang terpenting setelah al-Quran al-Karim, yaitu as-Sunnah.
Berbagai persyaratan yang ditentukan terhadap para perawi, dan syarat-syarat lain bagi diterimanya suatu hadits atau berita, tidak pernah ada dan tidak pernah dijumpai pada agama dan umat mana pun di dunia, bahkan hingga pada masa kini, termasuk pada din orang-orang yang mengaku memiliki metoda yang rinci (khususnya kalangan sejarawan Barat maupun Timur, balk klasik maupun moderen yang mengaku mempunyai metoda ilmiah). Mereka tidak membuat dan memiliki persyaratan dalam menerima suatu berita seperti yang disusun oleh para ulama mushthalah hadits terhadap para perawi. Bahkan standar yang paling rendah sekalipun. Saat ini, banyak berita (informasi atau pun pernyataan) yang disampaikan kepada masyarakat, termasuk oleh berbagai mass media dan kantor berita, yang tidak bisa dipercaya dan tidak dapat dijadikan pijakan yang benar. Ini disebabkan para perawinya majhul (tidak jelas dan tidak dikenal). Padahal cacat atau tidaknya suatu berita (informasi) terletak pada sumber beritanya. Beritaberita (informasi) yang mereka ekspos banyak yang tidak shahih, dan yang benar hanya sedikit. Itupun jelas-jelas berpihak pada kepentingan dan kemaslahatan mereka.
Buku ini mengajak Anda untuk menelusuri kehebatan metoda seleksi hadits. Metoda ini telah berhasil menjaga hadits-hadits Nabi saw dan tangan-tangan para pendusta dan pemalsu hadits, membersihkannya dan para penyanjung dan pencela, dan berhasil menggagalkan upaya orang-orang kafir yang membenci Islam dan kaum Muslim untuk rnenghancurkan sumber hukum Islam yang terpenting setelah al-Quran al-Karim, yaitu as-Sunnah.
LA TAY'AS (Jangan Pernah Menyerah)
Setiap kita pernah melewati masa-masa getir yang begitu sulit untuk dilupakan, dan setiap kita pernah kehilangan orangorang tercinta; bapak, saudara, sahabat, karib, istri, suami, dan orang-orang yang kita kenal.
Momen-momen dimana kita merasakan putus asa, dan bahkan kita menyangka bahwa hidup kita akan berakhir di situ.
Setiap kita juga pernah meratapi dirinya ketika kenangan pahit masa lalunya kembali hadir di pelupuk matanya.
Setiap kita pernah melakukan dosa dan bahkan ada yang telah tenggelam dalam lumpur dosa karena is menyangka bahwa segala pintu telah tertutup.
La Tay'as (Jangan Putus Asa)! Karena setelah gelapnya malam mentari pagi akan segera bersinar membawa harapan baru. Jangan pernah lagi menoleh ke belakang karena Anda hidup untuk mengukir masa depan bukan meratapi masa lalu. Harapan kepada Allah tidak boleh pupus, karena di balik kesulitan selalu ada jalan keluar yang Allah buka.
La Tay'as! Karena Allah Yang Maha Pengampun kepada setiap hamba-Nya tak pernah menutup pintu untuk mereka yang datang mengetuk ampunan-Nya dan bersimbah di hadapan-Nya.
Momen-momen dimana kita merasakan putus asa, dan bahkan kita menyangka bahwa hidup kita akan berakhir di situ.
Setiap kita juga pernah meratapi dirinya ketika kenangan pahit masa lalunya kembali hadir di pelupuk matanya.
Setiap kita pernah melakukan dosa dan bahkan ada yang telah tenggelam dalam lumpur dosa karena is menyangka bahwa segala pintu telah tertutup.
La Tay'as (Jangan Putus Asa)! Karena setelah gelapnya malam mentari pagi akan segera bersinar membawa harapan baru. Jangan pernah lagi menoleh ke belakang karena Anda hidup untuk mengukir masa depan bukan meratapi masa lalu. Harapan kepada Allah tidak boleh pupus, karena di balik kesulitan selalu ada jalan keluar yang Allah buka.
La Tay'as! Karena Allah Yang Maha Pengampun kepada setiap hamba-Nya tak pernah menutup pintu untuk mereka yang datang mengetuk ampunan-Nya dan bersimbah di hadapan-Nya.
Al Muta'akhiroh
Kebiasaan datang terlambat kajian, seorang ibu peserta kelompok pengajian anjangsana, sudah pada
tingkat meresahkan, mengganggu dan hampir mempengaruhi peserta lain. Label "Al muta'akhiroh" (yang terakhir) pun tersandang menyertai nama aslinya.
Bukan sekali dua peringatan disampaikan bahkan sering dan sanksipun telah diberikan. Infaq sukarela, kultum berbagai tema. Tak membuat jera dan tak mengubah kebiasaan.
Kajian kajian yang dihadiri dengan meluangkan waktu dan perjalanan jauh ditempuh serta ilmu yang didapat, didengar dan .dicatat tak memberi pengaruh yang berarti.
Mengapa demikian?
Keutuhan materi yang dibahas pada kajian boleh jadi tak sampai karena kehadiran yang mendekati akhir hanya menyisakan kelelahan. Asyik berbincang antar pendengar ketika pembahasan materi berjalan. Bisa menjadi penyebab yang lain. Pilihan materi kajian juga menjadi pertimbangan.
Bahasan mengenai amanah dan menepati janji, misalnya. Yang menampilkan sosok sennpurna Rasulullah Sebagai uswah hasanah yang mulia. Pribadi yang terkenal jujur dan amanah. Bergelar "Al Amin" sejak beliau belum diutus menjadi Rasulullah sebagai pengemban risalah ilahiyah, diakui oleh kawan maupun lawan. Perlu dikaji berulang-ulang beserta contoh-contohnya, hingga terpatri di hati, lalu mempengaruhi perilaku jasadi.
Ada hal lain yang juga penting untuk ditanamkan adalah membudayakan rasa malu. Malu adalah karakter khas muslimah. Malu adalah akhlak Islam. Malu sebagian dari iman. Malu dapat menebarkan kasih sayang. Bila kita memiliki rasa malu Allah SWT akan menutup aib kita "Barang siapa menjadikan malu sebagai pakaiannya, maka manusia tidak akan melihat aibnya".
Malu menghidupkan hati. Sebagaimana sebagian orang arif berkata,"Hidupkanlah rasa malu dengan berkumpul bersama orang orang yang memiliki rasa malu, hidupkanlah hati dengan kemuliaan dan rasa malu. Jika keduanya hilang dari hati, maka didalamnya tidak ada kebaikan yang menyisa".
Dengan hadirnya rasa malu kita bisa lebih berhati hati ketika akan melakukan suatu amalan.
Malu dapat dibiasakan dengan mengingat bahwa Allah selalu mengawasi kita, la telah melimpahkan ni'mat yang tak terhitung, dan la juga akan meminta pertanggung jawaban atas segala apa yang kita lakukan.
Kesepakatan untuk datang tepat waktu dalam kajian secara tidak langsung menjadi sebuah janji yang kita patri. Janji harus ditepati. Hadirkan rasa malu untuk melanggar janji dan karena ingkar termasuk salah satu sifat munafiq "jika berkata dusta, jika berjanji ingkar dan bila dipercaya khianat" (Bukhory Muslim).
Malu tidak mendatangkan kecuali kebaikan. Selain bisa mengikis kebiasaan datang terlambat, kita juga dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan lain yang melanggar syar'ie dan merendahkan izzah.
Akhirnya, Memang tak mudah mengubah kebiasaan, membutuhkan tekad yang kuat dan kesadaran yang tinggi dari individu bersangkutan. Dengan izin-Nya, Allah akan membalikkan keadaan.
"Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri".
Walllahu 'alam bisshowab
tingkat meresahkan, mengganggu dan hampir mempengaruhi peserta lain. Label "Al muta'akhiroh" (yang terakhir) pun tersandang menyertai nama aslinya.
Bukan sekali dua peringatan disampaikan bahkan sering dan sanksipun telah diberikan. Infaq sukarela, kultum berbagai tema. Tak membuat jera dan tak mengubah kebiasaan.
Kajian kajian yang dihadiri dengan meluangkan waktu dan perjalanan jauh ditempuh serta ilmu yang didapat, didengar dan .dicatat tak memberi pengaruh yang berarti.
Mengapa demikian?
Keutuhan materi yang dibahas pada kajian boleh jadi tak sampai karena kehadiran yang mendekati akhir hanya menyisakan kelelahan. Asyik berbincang antar pendengar ketika pembahasan materi berjalan. Bisa menjadi penyebab yang lain. Pilihan materi kajian juga menjadi pertimbangan.
Bahasan mengenai amanah dan menepati janji, misalnya. Yang menampilkan sosok sennpurna Rasulullah Sebagai uswah hasanah yang mulia. Pribadi yang terkenal jujur dan amanah. Bergelar "Al Amin" sejak beliau belum diutus menjadi Rasulullah sebagai pengemban risalah ilahiyah, diakui oleh kawan maupun lawan. Perlu dikaji berulang-ulang beserta contoh-contohnya, hingga terpatri di hati, lalu mempengaruhi perilaku jasadi.
Ada hal lain yang juga penting untuk ditanamkan adalah membudayakan rasa malu. Malu adalah karakter khas muslimah. Malu adalah akhlak Islam. Malu sebagian dari iman. Malu dapat menebarkan kasih sayang. Bila kita memiliki rasa malu Allah SWT akan menutup aib kita "Barang siapa menjadikan malu sebagai pakaiannya, maka manusia tidak akan melihat aibnya".
Malu menghidupkan hati. Sebagaimana sebagian orang arif berkata,"Hidupkanlah rasa malu dengan berkumpul bersama orang orang yang memiliki rasa malu, hidupkanlah hati dengan kemuliaan dan rasa malu. Jika keduanya hilang dari hati, maka didalamnya tidak ada kebaikan yang menyisa".
Dengan hadirnya rasa malu kita bisa lebih berhati hati ketika akan melakukan suatu amalan.
Malu dapat dibiasakan dengan mengingat bahwa Allah selalu mengawasi kita, la telah melimpahkan ni'mat yang tak terhitung, dan la juga akan meminta pertanggung jawaban atas segala apa yang kita lakukan.
Kesepakatan untuk datang tepat waktu dalam kajian secara tidak langsung menjadi sebuah janji yang kita patri. Janji harus ditepati. Hadirkan rasa malu untuk melanggar janji dan karena ingkar termasuk salah satu sifat munafiq "jika berkata dusta, jika berjanji ingkar dan bila dipercaya khianat" (Bukhory Muslim).
Malu tidak mendatangkan kecuali kebaikan. Selain bisa mengikis kebiasaan datang terlambat, kita juga dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan lain yang melanggar syar'ie dan merendahkan izzah.
Akhirnya, Memang tak mudah mengubah kebiasaan, membutuhkan tekad yang kuat dan kesadaran yang tinggi dari individu bersangkutan. Dengan izin-Nya, Allah akan membalikkan keadaan.
"Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri".
Walllahu 'alam bisshowab
Jagalah Allah, Allah Akan Menjagamu dan Keluargamu
Suatu hari, Rasulullah SAW mengadakan perjalanan bersama
sepupunya, putra AI-Abbas bin Abdul Mutholib. Abdullah namanya, sahabat muda
yang kemudian hari menjadi salah seorang terfaqih semasa hidupnya.
Beliau membonceng anak muda ini diatas untanya. Umur
Abdullah saat itu terbilang belia, belum genap 15 tahun. Di atas unta, beliau
memberi nasehat kepada Abdullah.
Nasehatnya cukup panjang, salah satunya; "Wahai anak
muda, jagahlah Allah, Allah akan menjagamu" (HR. at-Tirmidzi)
Nasehat ini cukup singkat, namun sarat makna dan memiliki
nilai yang sangat tinggi. Salah seorang salaf pernah bertutur, "Ketika
saya memikirkan hadits ini, rasa takjub dan kedahsyatannya meresap dalam
jiwaku. Alangkah rugi jika seseorang tidak mengetahui dan memahami hadits
ini."
Jagalah Allah.
Sudah mafhum, Allah tidak membutuhkan pengawal laiknya
seorang raja atau presiden. la adalah ash-shomad, tempat bergantung segala sesuatu.
la adalah Ghaniyun 'anil 'Alamin, tidak membutuhkan alam semesta. Allah tidak
pernah dan tidak akan berhutang jasa kepada makhluk-Nya.
Jagalah Allah, jagalah syari'at-Nya yang telah Dia tetapkan; jagalah batasan-batasanNya, jangan
sampai dilanggar; jagalah nikmatnya, gunakan hanya dalam rangka beribadah
kepada-Nya; jagalah panca indera yang diamanahkan kepadamu, jangan gunakan
dalam rangka memaksiatinya. Jagalah perutmu jangan sampai terisi dengan sesuatu
yang haram; jagahlah dua lubang, mulut dan kemaluanmu, jangan sampal digunakan
dalam hal-hal yang dimurkai Allah SWT. Allah pasti akan menjagamu. Beginilah
yang dimaksud hadits tersebut.
"Siapa saja yang menjaga apa yang ada diantara kedua
kumisnya (mulutnya) dan kedua kakinya (kakinya) maka ia akan masuk surga."
(HR. al-Hakim-shohih)
Allah Akan Menjagamu
Sebagai balasannya, Allah SWT: akan menjaga hambaNya, balk
di dunia mamupun di akherat. Di akherat Allah SWT akan menjaga hamba dari
berbagai macam kengerian siksaan, di hari di mana tiada yang dapat memberi
pertolongan bagi siapapun kecuali Allah SWT . Surga, disediakan oleh Allah bagi
hamba-hambaNya yang senantiasa menjaga Allah SWT.
"lnilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap
hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua
peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang
bertaubat, masukilah syurga itu dengan aman, itulah hari kekekalan."
(Qaaf: 32-34)
Ibnul Rajab berkata, “Siapa saja yang menjaga Allah di waktu
rnudanya, maka Allah SWT akan menjaganya di kala tua, saat otot-ototnya
melemah. Allah akan memberi kenikmatan pendengaran, penglihatan dan akal, tidak
pikun walau sudah berusia lanjut.
Dulu ada beberapa ulama yang sudah berusia lebih dari
seratus tahun, tetapi badannya masih fit, penglihatan dan pendengarannya masih
normal. Suatu kali beliau meloncat sangat tinggi, sehingga membuat orang
disekitarnya terheran-heran.
Beliau berkata, "Ketika masih muda,anggota badanku
ini,saya menjaganya dari berbuat maksiat
kepada Allah SWT. Maka Allah pun menjaganya untuk kami ketika kami sudah tua
seperti sekarang."
Demikian sebaliknya, siapa saja yang menyia-nyiakan (hak)
Allah di masa mudanya, maka Allah SWT akan menyia-nyiakannya di kala is tua.
Dulu, jika ulama salaf melihat seseorang yang sebenarnya masih muda, sudah
terkena berbagai macam penyakit, atau seorang kakek meminta-minta, maka ulama
tadi akan berkesimpulan, "Orang ini telah menyia-nyiakan Allah ketika masa
mudanya, maka Allah pun menyia-nyiakannya di kala tuanya."
Dikisahkan, seorang pembantu nabi Muhammad SAW, melakukan
sebuah perjalanan lewat laut, perahu yang beliau naiki bocor dan rusak sehingga
beliau terdampar di sebuah pulau yang belantara. Di hutan tersebut beliau
melihat seekor singa. Subhanallah, singa yang seharusnya ganas tiba-tiba jinak
di hadapan beliau, bahkan beliau singa tersebut menuntunnya ke jalan yang biasa
dilewati orang."
Dalam Jami'ul ulum juga dikisahkan, suatu kali Ibrahim bin
Adham, salah seorang ulama terkemuka pada zamannya, terkenal dengan wara'dan
kezuhudannya, tidurdi sebuah kebun. Di sampingnya ada ular yang menggigit batang
pohon narjis, agar tidak menimpa Ibrahim, sampai beliau bangun dari tempat
tidurnya.
Jagahlah Allah, Allah akan menjagamu.
Allah Akan Menjaga Keuturunanmu
Allah menjaga hambaNya yang senantiasa menjaga syari'atNya
hingga keturunannya. Kisah nabi Musa as dan nabi Khidir dalam surat al-Kahfi
membuktikan hal ini. Salah satu fragmen kisah dari tiga kisah tersebut adalah
nabi Khidhir memperbaiki gubuk yang sudah reot.
Alasan beliau memperbaikinya adalah "Adapun dinding
rumah adalah kepunyaan dua orang anak
yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua,
sedang; ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Rabbmu menghendaki agar supaya
mereka sampal kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai
rahmat dari Rabbmu."(QS.al-Kahfi: 82)
Dalam beberapa riwayat, kedua orang tua dalam ayat ini,
maksudnya kakek dan nenek kedua anak yatim. Subhanallah, Allah menjaga seorang
hamba lantaran kesolehan kedua orang tuannya, bahkan kesolehan kakek dan
neneknya.
Jika kita telusuri biografi para ulama dan syuhada', selalu
kita dapatkan digaris keturunan yang kesekian is bertemu dengan orang-orang
sholeh, orang-orang yang senantiasa menjaga Allah; entah bapak, kakek atau
buyutnya.
Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit misalnya, imam madzhab pertama
dalam Islam terkenal dengan kecerdasan dan kelihaiannya dalam berargumen.
Tsabit, bapak beliau adalah seorang yang sholeh. Konon, Tsabit adalah orang
yang menjaga makanan yang masuk ke perutnya, jangan sampai ada yang syubhat
apalagi yang haram. Untuk menghalalkan separuh buah apel yang masuk ke perutnya
tanpa di sengaja, beliau harus menempuh perjalanan yang melelahkan untuk
menemui pem i I ik kebun apel tersebut.
Menjelang wafatnya, khalifah Umar bin Abdul Aziz
mengumpulkan putra-putrinya, tujuh putra dan tujuh putri. Dengan berlinang air
mata, beliau berwasiat kepada mereka, "Sungguh aku tidak meninggalkan
warisan harta untuk kalian, tapi aku tinggalkan Yang Esa, -beliau membaca
ayat-;
"Sesungguhnya pelindungku ialahlah Allah yang telah
menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia melindungi orang-orang yang
saleh." (al-A'raf: 196)
Jika kalian mentaati Allah, Allah akan menjaga kalian. Bila
kalian memaksiati Allah, maka aku tidak akan membantu kalian dalam
memaksiatiNya."
Sepeninggalan beliau, Allah SWT menjaga anak-anak beliau.
Para ulama berkata, "Ana-anak beliau menjadi manusia-manusia yang paling
kaya." Jagahlah Allah, maka Allah akan menjagamu dan keturunanmu
Jumat, 22 Juni 2012
Proses Kematian dan Proses Sakaratul Maut
Inilah Proses Kematian dan Hancurnya Tubuh Kita!
Sesaat sebelum mati, Anda akn merasakan jantung berhenti berdetak, nafas tertahan n badan bergetar. Anda merasa dingin ditelinga. Darah berubah menjadi asam n tenggorokan berkontraksi.
0 Menit
Kematian secara medis terjadi ketika otak kehabisan supply oksigen.
1 Menit
Darah berubah warna n otot kehilangan kontraksi, isi kantung kemih keluar tanpa izin.
3 Menit
Sel-sel otak tewas secara masal. Saat ini otak benar-benar berhenti berpikir.
4 – 5 Menit
Pupil mata membesar n berselaput. Bola mata mengkerut krn kehilangan tekanan darah.
7 – 9 Menit
Penghubung ke otak mulai mati.
1 – 4 Jam
Rigor Mortis (fase dimana keseluruhan otot di tubuh menjadi kaku) membuat otot kaku n rambut berdiri, kesannya rambut tetap tumbuh setelah mati.
4 – 6 Jam
Rigor Mortis Terus beraksi. Darah yang berkumpul lalu mati dan warna kulit menghitam.
6 Jam
Otot masih berkontraksi. Proses penghancuran, seperti efek alkohol masih berjalan.
8 Jam
Suhu tubuh langsung menurun drastis.
24 – 72 Jam
Isi perut membusuk oleh mikroba dan pankreas mulai mencerna dirinya sendiri.
36 – 48 Jam
Rigor Mortis berhenti, tubuh anda selentur penari balerina.3 – 5 Hari
Pembusukan mengakibatkan luka skala besar, darah menetes keluar dari mulut dan hidung.
8 – 10 Hari
Warna tubuh berubah dari hijau ke merah sejalan dengan membusuknya darah.
Beberapa Minggu
Rambut, kuku dan gigi dengan mudahnya terlepas.
Satu Bulan
Kulit Anda mulai mencair.
Satu Tahun
Tidak ada lagi yang tersisa dari tubuh Anda. Anda yang sewaktu hidupnya cantik, gagah, ganteng, kaya dan berkuasa, sekarang hanyalah tumpukan tulang-belulang yang menyedihkan. Jadi, apa yg mau disombongkan org sebenarnya?....
Jadilah manusia sebiasanya dan jangan merpersulit hidup orang lain,,
“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kamu tangisi boleh berbicara, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kamu sekelian, niscaya kamu akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kamu sendiri”.
(Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan)Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :
(Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan)Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :
1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah:
“Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”.
Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.
(QS Ali Imran, 3:154)
2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kukuh atau berlindung di balik teknologi kedoktoran yang canggih serta ratusan doktor terbaik yang ada di muka bumi ini.Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kukuh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”.
Katakanlah:
“Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?
QS An-Nisa 4:7
3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari dan menghindar.
Katakanlah:
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.QS al-Jumu’ah, 62:
4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS, Luqman 31:34)
5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS, Al-Munafiqun, 63:11)
Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul MautSabda Rasulullah SAW:
“Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)“Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAWKa’b al-Ahbar berpendapat :
“Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.
Imam Ghozali berpendapat :
“Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bahagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat saraf, sendi, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.
Imam Ghozali juga mengambil satu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka dapat mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang lelaki yang muncul dari salah satu kubur.
“Wahai manusia !”, kata lelaki tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.” Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeza untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang.
Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan, seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi. Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup.Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab. Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim.
Allah SWT pun memperlihatkan gambaran rupa Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pengsan tak sedarkan diri. Setelah sedar, Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.
Kisah ini menggambarkan bahawa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.
Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,
(sambil berkata):
Kisah ini menggambarkan bahawa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.
Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,
(sambil berkata):
“Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.
(QS Al-An’am 6:93)
(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata);
“Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)
Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal.
Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata
Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata
“Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “
Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.
Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat.
Rasulullah SAW pernah bersabda,
Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka,
“Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!
Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum. Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa:
“Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?”
Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik.
Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki.
Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”.
(QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)
Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan syurga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya
“Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
Wallahu a’lam bish-shawab.Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.
Allahumma Amin..
Allahumma Amin..
Petuah Bagi Calon Jenazah
Kita semua pasti meyakini kalau kematian akan menghampiri. Tetapi gemerlap dunia menyilaukan mata hati, membuat seseorang terlena dan bahkan
tersesat.
Seluruh angan dan ambisi akan dibatasi satu kata; ajal! Selanjutnya sikap
terhadap dunialah yang menentukan status liang kubur, apakah menjadi sepetak taman
surga atau justru
sepercik api neraka.
Hari ini manusia
mengejar keuntungan dunia, seolah tujuan penciptaan mereka untuk bersaing
mendapatkan dan mengumpulkannya. Mereka melupakan suatu hari ketika kembali
kepada Allah.
Kesadaran penuh akan
datangnya kematian, dan sikap yang benar dalam menyambutnya dengan mengisi amal
shalih adalah kunci kebahagiaan hidup diakhirat, sebuah negeri yang tak pernah
mati. Tetapi kita memang mengherankan. Membangun kehidupan dunia, padahal akan
kita tinggalkan; merobohkan bangunan akhirat, padahal di situ kita akan tinggal
selamanya.
Segalanya kita kerahkan
untuk meraup sekeping kenikmatan dunia yang tak lebih dari sekedar air yang
menetes dari jari yang baru saja diangkat dari samudra, bila dibandingkan
samudra itu sendiri. Padahal, dunia adalah fata morgana. Di bawah bayang-bayang
fatamorgana itulah, kita semua bernaung menanti ditiupnya peluit kematian.
Maka mulai sekarang,
tentukan nasib kita setelah kematian; apakah ajal kita menjadi proses
membahagiakan bernama khusnul khatimah ataukah memilukan sekaligus mengerikan
bernama su'ul khatimah.
Buku ini bukan sembarang
buku. Buku ini sarat dengan renungan dan wejangan dari para ulama agar
mempersiapkan kematian demi meraih Husnul khatimah. Renungan-renungan tersebut
terbagi menjadi tiga bagian: fatamorgana dunia, menjemput ajal sang penasihat
tanpa lisan, ajal itu pasti husnul khatimah itu pilihan.
Buku ini merupakan cetak
ulang dari buku Perjalanan Menuju Ajal yang pernah terbit tahun 2005 dengan
tampilan dan kemasan baru. Untuk menambah "rasa" dalam buku ini
menampilkan teks arab dari beberapa qoul salaf sebagai bentuk penyempurnaan.
Terjemahan diedit ulang agar lebih sesuai dengan naskah aslinya. Walhasil,
edisi revisi ini sangat layak untuk kita baca kembali.
Buku ini adalah seri
ketujuh dari "Di Mana Ternpat Kita, Dibanding Dengan Kaum Salaf."
Judul buku ini adalah "Fatamorgana Dunia", yang mengetengahkan
pandangan para pendahulu kita tentang bagaimana mereka mensikapi dunia.
Buku ini merupakan
pengingat kembalinya kita kepada Allah dan sebuah bekal untuk siapa saja yang
melalui jalan tersebut.
Judul : Siap Mati SebeluM Mati
Penulis : Abdul Malik al-Qasim, Dkk.
Penerbit : Pustaka Arofah
Hal : 202 Halaman.
Judul : Siap Mati SebeluM Mati
Penulis : Abdul Malik al-Qasim, Dkk.
Penerbit : Pustaka Arofah
Hal : 202 Halaman.
Kamis, 21 Juni 2012
Akhi dan Ukhti, Jinakkan Nafsumu
Seusai kajian di sebuah kampus ternama di Jawa
Tengah, seorang remaja berumur 20 tahun-an
mendekat ke saya. "Saya, Fulan, dari fakultas kedokteran." Katanya memperkenalkan diri sambil menjabat tangan saya.
"Ma'af
minta waktu sebentar."
Ujarnya. "Silahkan,"
sambut saya. Begini ustadz, di dunia
aktifis kampus sedang demamdemamnya
virus merah jambu antar aktifis putra dan putri." la mulai bercerita pernakpernik
dakwah kampus yang cukup lama ia berkecimpung di dalamnya. Kasus virus merah jambu beragam bentuknya, mulai
sms ria, sms sapa menyapa,
'kaefa haluk ukhti,' sampai berkedok
ibadah, 'sms untuk tahajjud.'
Dan daerah
garap virus ini merambah
ke daerah-daerah on line, seperti
mengomentari status di FB mentwitkan nasehat lewat twitter, tak lupa seorang akh
atau ukh tertentu ditandai.
Cerita akh aktifis kampus
ini mengingatkan saya pada suatu kejadian yang sangat menyedihkan beberapa bulan silam. Saat itu seseorang yang
memperkenalkan diri dengan Abu Fulan meminta waktu untuk curhat.
Ceritanya, sudah
tiga hari istrinya dibawa
lari oleh seorang akh yang katanya aktifis juga, nas'alullah al-'afwa wal al-'afiyah.
Beberapa lama kemudian, ia menangis
histeris, saya mendengarkan dengan iba bahkan sempat meneteskan air mata mendengar kisah dan tangisan seorang
Abu Fulan yang sudah memilki 3 anak dari istrinya
tersebut.
Setelah sekian lama berdialog dengan suami yang malang ini, ternyata kasus tersebut berawal dari sms, dan curhatnya istri tentang kondisinya di
facebook, lalu beberapa akh menanggapi.
"Ada yang lebih mengerikan lagi," kata seorang
da'i kepada
kami saat
kuliah dulu. Entah bagaimana mulanya, saat itu tiba-tiba obrolan ringan bersama
ikhwan-ikhwan yang rata-rata perjaka itu mengarah pada
kasus-kasus cinta terlarang di kalangan ikhwanakhwat.
Keduanya merupakan guru di sebuah TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an, bukan Tempat Pembuangan Akhir), dan statusnya sama; sudah berkeluarga. Karena
terlalu longgar dalam berinteraksi, apalagi yang mengajar TPA hanya mereka jadi mungkin bisa dikatakan kondisi keduanya 'semi' kholwat. Dan terjadilah peristiwa yang layak mendapatkan
hukuman rajam.
***
Kisah-kisah di
atas setidaknya membuat kita menyadari, bahwa seseorang
yang sudah 'iltizam' dengan
tampilan syar'ie pun tidak lepas dari godaan syahwat maupun setan. Bahwa berpenampilan syar'ie, pernah
tershibghoh
dengan tsaqofah islamiyah, plus fasih mengucapkan , akhi, ukhti, ikhwan, akwhat , bukan jaminan selamat dari incaran syahwat dan setan.
Manusia yang ma'shum hanyalah para nabi dan rasul. jadi, "Ustadz pun manusia,"ada benarnya.
Mungkin inilah yang melatarbelakangi syaikh DR. Najih Ibrahim
tergerak untuk menulis sebuah risalah
khusus ditujukan kepada 'Amilil Islam —aktifis islam-.
Dalam bukunya itu, doktor yang
malang-melintang dalam dunia pergerakan Islam ini menegaskan
bahwa musuh yang sangat berbahaya bagi
aktifis muslim bukan oragm kafir, tetapi nafsu maupun syahwat.
"Sesungguhnya nafsu senantiasa menyuruh
kepada keburukan. Kecuali nafsu yang
dirahmati Rabb-ku." (Yusuf: 53)
Boleh dikata, 100% isi buku salah satu
petinggi lama'ah Islamiyah Mesir ini adalah arahan-arahan rohani bagi para
penggiat dakwah. Mulai dari
penyadaran akan makna isytiro'u nafs —menjual jiwa
dan raga kepada Allah, meridhoi ketentuanNya, qiyamullail, birrul walidain.
Beliau mewanti-wanti untuk tidak
maksiat. Karena, kata Syaikh Najih, dampak maksiat bukan sekedar kepada pribadi pelaku. Tetapi, keluarga, anak, istri bahkan jama'ah maupun organisasi tempat ia menjalani amal islami, akan terkena dampaknya.
Sejatinya, tidak
ada yang salah dengan nasehat menasehati, apalagi dalam kebaikan. Namun akan menjadi perangkap setan jika nasehat-menasehatinya salah sasaran, waktunya tidak tepat, apalagi terselip
perasaan sentosa saat mengirim sms nasehat ke
ukhti atau akhi tertentu.
Curhat adalah sesuatu yang wajar bagi siapapun yang hendak mencari solusi hidup. Hanya, akan menjadi tidak wajar jika masalah yang dicurhati berupa aurat-aurat
keluarga yang seharusnya
ditutupi, apalagi jika masalah tersebut —ma'af- tentang ketidak laki-lakian sang suami, atau
sebaliknya.
Kenapa tidak curhat
ke ustad- ustadzah atau murobbi-murobbiyah, atau mungkin ke
orang tua, bukankah mereka
sangat berpengalaman dalam membina rumah tangga?.
Mengajar al-Qur'an adalah
ibadah, bahkan dalam sebuah hadits riwayat
Ibnu Majah, RasuIullah menyanjung orang yang mengajarkan al-Qur'an, bahwa mereka
adalah manusia yang terbaik.
Tetapi, kebaikan ini akan berubah menjadi sumbu kentaksiatan jika salah dipahami, salah tempat, salah patner atau kondisinya
tidak mendukung.
lbadah Kepada Syahwat
"ubudiyatusy syahwat,' judul buku kat ya syaikh DR. Abdul Aziz al-Lathif, terjenialian leterleknya, "beribadah kepada syahwat Pertama kali membaca buku ini, saya bertanya-tanya,
kira-kira seperti apa
beribadah kepada
setan.
Pakar akidah yang pernah menulis kaiya fenomenalnya "nawaqidhul iman' pembatal pembatal
keimanan” tersebut menjelaskkan.
selain Allah SWT, makhluk pun
berpotensi menjadi sesembahan yang disembah oleh manusia. Baik yang nampak maupun yang tidak nampak.
Berbahayanya jika yang disembah tidak
berwujud, seperti hawa nafsu, akal dan sejenisnya.
Kapan nafsu disembah? Ibnu Rajab al-Hanbali menjelaskan,
"Barangsiapa yang mencintai
sesuatu dan mentaatinya. Mencintai dan
membenci karena sesuatu tersebut. Maka ia telah menjadikannya sebagai sesembahannya. Seperti, siapa saja yang mencintai dan membeci karena Allah, berloyalitas dan bermusuhan karena Allah, maka ia telah
menuhankan Allah 34 dengan sebenarnya.
Demikian juga barangsiapa yang mencintai
dan membenci karena hawa nafsunya,
berloyalitas dan bermusuhan
karena hawa nafsu, maka saat itu ia telah mengangkat hawa nafsunya menjadi
sesembahannya." Jami'ul 'Ulum wal Hikam,
1/524)
Oleh Karena itu standar iltizamnya seseorang keapada Islam, bukan
sekedar ditandai dengan memanjangkan jenggot dan meminyakinya, baju koko dan celana di atas mata kaki tidak
pernah lepas darinya. Bukan dengan lebarnya jilbab yang dipakai.
Bukan pula dengan fasihnya mengucapkan
akhi maupun ukti, ikhwan maupun akhwat.
Namun iltizam yang
hakiki adalah saat hawa nafsu dan seluruh
perasaan tunduk dibawah aturan syar'ie lahir-bathin. Sang Baginda
Nabi SAW bersabda,
"Seseorang diantara kalian
tidak beriman sehingga hawa nafsunya
(tunduk) mengikuti apa
yang aku bawa." (Syarh Sunnah, alBaghawi)
Selain
belajar, bergaul dengan orangorang shaleh dan
memperbanyak ibadah, kiranya do'a yang diajarkan oleh rasulullah SAW dibawah ini layak
diulang-ulang oleh setiap aktifis
islam dalam sujudnya, agar
Allah SWT
menganugerahinya jiwa dan nafsu yang selalu dibimbing oleh Allah SWT.
“Ya Allah, sungguhnya daku memohon Dikau, petuniuk, ketakwaan,
kesucian dan kecukupan "(HR. Muslim).