Minggu, 25 Oktober 2009

Komentar Para Salafus Sholeh Tentang Muhasabah


Oleh: Ustad. Anwar Anshori Mahdum

Umar Ibn Khatthab ra :“Hisablah dirimu sebelum kamu di hisab dan timbanglah amalmu sebelum kamu di timbang, karena sesungguhnya kamu melakukan hisab terhadap dirimu sendiri pada hari ini (dunia), akan lebih memudahkan bagi kamu saat menjalani hisab hari esok (akhirat)”.

Imam Hasan Basyri :“Tidak ada satu haripun dimana sang pajar masih terbit menyingsing kecuali ia berkata; “Wahai anak Adam (manusia), aku adalah makhluk baru dan atas semua amalanmu menjadi saksi. Maka jadikanlah aku sebagai bekal. Sebab jika aku berlalu,
aku tidak akan kembali lagi hingga hari kiamat”.

Maimun bin Mahram rh :
“Tidaklah seorang hamba telah menjadi orang yang bertaqwa,
kecuali dirinya selalu mengoreksi (hisab) melebihi koreksinya
seorang mitra terhadap sesama mitranya”.

Imam Ja’far Bin Muhammad as-Shidiq :“Siapapun yang akhir dari dua hari yang di lewatinya buruk, maka ia adalah orang yang terkutuk. Siapapun yang tak melihat adanya pertambahan kebaikan dalam dirinya, maka ia adalah orang yang berkekurangan. Dan siapapun yang dirinya berkekurangan, maka kematian lebih baik dari pada kehidupan.

Al Imam Ahmad menuturkan:Dari wahbin berkata:“ tertulis dalam hikmahnya keluarga Nabi Dawud:; “Sudah seharusnya orang yang berakal untuk tidak lalai dari empat saat:
1. Satu saat untuk bermunajat kepada Rabbnya.
2. Satu saat untuk mengoreksi (hisab) dirinya
3. Satu saat untuk bersepi merenungi kesalahan-kesalahannya dan
4. Satu saat lagi bersepi untuk menghias dirinya dengan mempercantik kepribadiannya.
Sesungguhnya pada saat inilah ada pertolongan untuk saat-saat yang lain sekaligus sebagai penentram hati.

Apa Manfaat Muhasabah
Beberapa hal yang dapat diambil hikmahnya dari orang-orang yang selalu bermuhasabah, diantaranya:
1. Seseorang akan mengetahui aib dan kekurangan yang ada pada dirinya, hingga mau memperbaikinya.
2. Mengetahui titik kelemahan untuk diperkuat, sehingga menuntun kesadaran untuk bertaubat sebelum datangnya ajal (kematian) tiba.
3. Mengetahui hak-hak Allah atasnya, karena dasar muhasabah ialah menghisab diri dari mengabaikan hak-hak Allah SWT.
4. Menyadari bahwa segala perbuatan akan di mintai pertanggung jawaban di akhirat.
5. Membenci hawa nafsu dan mewaspadainya. Dan melaksanakan ketaatan serta menjauhi kemaksiatan, agar menjadi ringan hisab di hari akhirat nanti.

Dari kelima hikmah tersebut, tujuan yang diambil adalah bahwa dengan muhasabah kita dapat mengenal keterbatasan diri, agar kita dapat mencapai nilai tertinggi kemanusiaan, yaitu; nafsul muthmainnah (jiwa yang tenang). Dan dengan bermuhasabah kita dapat melepaskan diri dari jeratan dua nafsu yang merusak, yaitu; nafsul lawwamah (jiwa yang tidak stabil) dan nafsul ammaroh bi‘s-su’ (jiwa yang memiliki tabiat selalu memerintahkan keburukan).

5 komentar: