Jumat, 21 Juni 2019

FENOMENA " MALING TERIAK MALING"

*FENOMENA " MALING TERIAK MALING "*

📖 📖________✒

Itulah yang saya tangkap dari banyak kejadian di negeri kita Indonesia.

Seringkali orang atau kelompok mengambil langkah itu untuk mengamankan dirinya atau menggiring opini masyarakat ke arah yang diinginkannya.

Lihatlah bagaimana kaum liberal yang bersemangat menyuarakan toleransi, dan berteriak bahwa kelompok lain tidak toleransi.

Nyatanya *mereka sendiri selalu menyerang dan memerangi pemahaman kaum muslimin yang berpegang teguh kepada Alquran dan Assunnah* , mereka katakan kuno, kaku, ekstrim, dan julukan buruk lainnya _"maling tapi teriak maling."_

Lihatlah bagaimana kaum tradisionalis mengajak untuk saling menghormati, tidak merasa paling benar, dan bersikap bijaksana dalam mengahadapi perbedaan pendapat.

Nyatanya mereka sendiri yang selalu meneriakkan kesesatan kaum ahlussunnah yang mereka stempeli wahabi. Mereka gruduk majelisnya, bahkan berusaha menutup instansi pendidikan mereka.

Itukah sikap saling menghormati? tidak merasa paling benar? dan itukah sikap bijaksananya?

*"Maling teriak maling"*

Lihatlah bagaimana sebagian dari mereka meneriakkan *"jangan bawa-bawa budaya arab, kita di Indonesia,"* dan mereka anggap bahwa jenggot dan cadar sebagai budaya arab, bukan bagian dari Islam.

Tapi nyatanya ketika mereka ke arab, mereka membawa budaya indonesia; batik, sarung, songkok, rokok, bahkan ritual-ritual agama yang tidak ada tuntunannya pun mereka bawa ke arab, "maling teriak maling."

Subhanallah, ternyata sikap maling teriak maling ini juga telah dilakukan oleh Fir'aun kepada kaumnya, lihatlah firman Allah ta'ala:

Fir'aun mengatakan (kepada para pembesarnya):

*"Biarkanlah aku membunuh Musa dan silahkan dia meminta (bantuan) Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agama kalian atau menimbulkan kerusakan di muka bumi".* _[QS. Ghofir:26]_

Lihatlah, bagaimana Firaun menuduh Nabi Musa membuat kerusakan di muka bumi, padahal dialah perusak yang sebenarnya.

Ya, maling teriak maling, sikap yang tercela, tapi sayang banyak yang menjalankannya.

*Saya yakin Anda bukan dari mereka.*

Minggu, 09 Juni 2019

Hutang Budi

Diriwayatkan pada satu ketika ada seorang pendengar yang berkata kepada seorang da'ie
setelah menyampaikan ceramahnya: "Sudah 30 tahun lamanya engkau berbicara lalu apa yang
telah engkau perbuat? Dengan tenang da'ie itu menjawab: "Sudah 30 tahun lamanya engkau mendengarkan, lalu apa yang telah engkau lakukan?"

Sebagai orang Islam yang mengucap dua kalimah syahadat berpandukan Al-Quran dan Sunnah apakah jawabnya kalau Al-Quran bisa berkata dan bertanya kepada kita?" Sudah berapa lama aku dibaca? Apakah sudah kau amalkan apa yang kau baca?"  Begitulah kita ini yang seringkali terperangkap dengan kesibukan yang bukan menjurus kepada peningkatan ilmu dan amal tapi lebih kepada keduniaan. Terkadang kita tidak sadar akan apa yang kita lakukan karena kita sering tertipu dengan hasutan dan bisikan syaitan yang menjadi musuh utama kita.

Kita sering lalai dan tidak serius dalam menjalankan kehidupan sebagai hamba Allah di muka bumi ini. Kita sering merasa terhutang budi dengan manusia lain yang berbuat baik dengan kita padahal sebenarnya kita lebih berhutang budi kepada Allah SWT yang menjadikan kita dan segala-galanya di muka bumi ini.

Bagaimanakah caranya untuk membalas budi Allah karena Allah tidak memerlukan apa apa dari kita makhluk-Nya?

Yang penting adalah kita lakukan apa yang di suruh dan meninggalkan segala yang dilarang. Walaupun itu saja namum amat susah untuk dilaksanakan. "Waktu adalah kehidupan.
Tiada artinya hidup manusia selain waktu yang dia gunakan untuk beramal, mulai hari awal ia dilahirkan  hingga sampai  di akhir kehidupannya."

Setiap insan sepatutnya menyumbang pada kemajuan diri atau masyarakat. Kita perlu berusaha untuk memajukan diri atau orang lain baik dalam aqidah, ilmu, akhlak maupun harta benda.

Begitulah, teruskanlah
kehidupan dalam redha Nya bukan mencari murka-Nya. Wallahuta'ala alam