Berikut ini daftar kumpulan nasyid-nasyid lama era tahun 80a s/d 96 seperti dari grup nasyid The Zikr, Nada Murni, dsb sebelum lahirnya grup nasyid kontemporer seperti Hijjaz, Raihan, Rabbani, Brothers, Saujana dll. Walaupun sudah lama, tetap enak didengar dan syair-syair yang terkandung di dalamnya juga sangat dalam artinya. Nasyid ini diiringi hanya menggunakan alat musik perkusi (rebana), karena kesederhanaan inilah nasyid ini tetap menjadi salah satu pengingat dan penyemangat serta sebagai penghibur dikala mengalami kejenuhan dalam berdakwah.
Amin - Untukmu Yang Tersayang
Al-Anwar - Indahnya Kalam Tuhan
Al-Anwar - Senandung Kesyukuran
Al-Wadi - Belenggu Fatamorgana
Al-Wadi - Indahnya Bersama Islam
Al-Wadi - Islam Penyelesaian
Al-Wadi - Meniti Mega Syawal
Al-Wahida - Sinar Cemerlang
All 4 Ummah - Untukmu
Amien - Hidayah
Anugerah - Masih Ada Waktu
As-Shoff - Berat Sama Dipikul Moga Islam
As-Shoff - Takkan Islam Hilang Di Dunia
Bangsar Boyz - Ke Destinasi Baru
Budi Murni - Puisi Kecintaan
Fajar (SPPUM) - Manifestasi Kurniaan Al
Fitrah Murni - Hidup Bersama Ilahi
Fitrah Murni - Jiwa Kehambaan
Grup Apresiasi Seni - Kembali
Grup Apresiasi Seni - Pasrah
Ibnu Sabil - Ashabul Kahfi
Ikhwan's - Zikrayat
Kamal Halim - Yang Maha Penyayang
Kombinasi 3 Generasi - Cahaya Hati
Kompilasi - Keharmonian Aidilfitri
Kompilasi - Menongkah Gerbang Syawal
Lambaian Kasih - Dunia Oh Dunia!
Mirwana - Cry For Freedom
Mirwana - G.E.N.E.R.A.T.I.O.N.S
Mirwana - Show Me The Way
Mirwana - Sure You Can
Mirwana - Terima Kasih Guru
Nadamurni - Ramadhan Syawal Neraca Taqw
Nadamurni & Puteri Arqam - Yang Dirindu
Nadamurni - Balada Makkatul Mukarramah
Nadamurni - Bila Nur Melimpah Di Hati
Nadamurni - Cahaya Di Ufuk Timur
Nadamurni - Di Mana Kasih Di Mana Sayang
Nadamurni - Falsafah Haji
Nadamurni - Keinsafan
Nadamurni - Kelahiran
Nadamurni - Kemesraan Di Aidilfitri
Nadamurni - Koleksi Aidul Mubarak
Nadamurni - Konsert Bergerak Serambi Mek
Nadamurni - Lambaian Syawal
Nadamurni - Live Album
Nadamurni - Malaysia Indah
Nadamurni - Musafir Kelana
Nadamurni - Nur Aidilfitri
Nadamurni - Potret Ramadhan Syawal
Nadamurni - Salam Perkenalan
Nadamurni - Seruan Perjuangan
Nadamurni - Soul Of Islam
Nadamurni - Top Hits
Nadamurni - Untukmu Rasulullah II
Nadamurni - Untukmu Rasulullah
Nadamurni Feat. The Zikr - Munajat
Nahwan Nur - Di Kala Hati Bercahaya
Nahwan Nur - Persada Nurani
Nahwan Nur - Terlerai Kabus Di Terbit Fa
Penawar Hati - Baiduri
Puteri Arqam - Selamat Tinggal Duniaku
Rusydan - Islam Semesta
Shoutul Amal - Amal Kerana Allah
Shoutul Amal - Gema Perjuangan
Soutul Jihad - Inspirasi
Soutul Jihad - Sumbangsih
Soutul Mujahideen - Gemilang
Soutul Mujahideen - Wakafan
Soutun Nahdhah - Islamku
Soutus Sofwa - Adik-adikku Sayang
Soutus Sofwa - Dengarlah Sayang
Soutus Sofwa - Jam Tujuh
Suara Azhar - Sinaran Azhar 2
Suara Azhar - Sinaran Azhar 3
Suara Azhar - Sinaran Azhar 4
Suara Azhar 1 - Perantau
Suara Firdaus - Syahdu
Suara Generasi - Generasiku
Suara Hati - Antara Kita
Suara Hati - Kembalilah Kasih
Suara SMAKL - Jendela Hati
Suara Tajdid - Suara Tajdid
The Zikr - Antara 2 Cinta
The Zikr - Kenangan
The Zikr - Secerah Pawarna
Ug5c - Anak Soleh (2004 Reunion)
Ug5C - Ayuhlah Diri (Seruan Jihad Remastering)
Bagi para peminat nasyid boleh pesan ni Album nasyidnya dalam seri Album Nasyid-nasyid klasik yang dikompilasikan kembali oleh Nuris fm
Minggu, 31 Maret 2013
Sabtu, 30 Maret 2013
Serial Film Muhtar As Tsaqafi
Hasan dan Husain, adalah Sayid (pemimpin) para pemuda di surga nanti, dan Allah swt telah meninggikan derajat mereka lewat ibtila’
(cobaan) yang menimpa mereka seperti pendahulu mereka; Hamzah, Ali,
Ja’far, Umar, Utsman dan lainnya dengan syahadah. Sebagaimana sabda Nabi
saw: “Al-Hasan dan Al-Husain adalah pemimpin para pemuda di surga”. (HR. At-Tirmidzi)
Dan bulan Ramadahan kemarin perusahaan perfilman di Timur Tengah, me-release
film yang sangat kontroversial dalam sejarah Islam karena menayangkan
detail fitnah terbesar dalam sejarah Islam antara Muawiyah, Hasan dan
Husain. Film ini disutradari oleh Muhammad Alyasari, Muhammad Al-Hisyan
dan Abdul Baari.
Pemilihan media film memang tepat karena
media ini mengkombinasikan antara melihat dan mendengar menjadi satu,
sehingga isi pesan mudah ditangkap dan tidak mudah dilupakan, kita dapat
menikmati kejadian dalam waktu lama pada suatu proses atau peristiwa
tertentu, selain itu pengaruh hebat film dapat membangun sikap,
perbuatan dan membangkitkan emosi penonton.
Aktor dan bintang film terkenal Timur
Tengah ikut meramaikan film tersebut di antara mereka; Rasyid Asyaf
memerankan pribadi Muawiyah bin Abu Sufyan, ‘Ala’ Al-Qaasim sebagai
Abdullah bin Zubair, Romi Wahbah sebagai Yazid bin Muawiyah, selainnya
Thalahat Hamdi sebagai Zubair bin Awwam, Taaj Haidar sebagai Zainab
binti Ali bin Abi Thalib, Zanaati Qudsiyyah sebagai Adi bin Hatim
Attha’I, Muhammad Al Rasyi sebagai Qutaibah, Fathi Al-Hadawi sebagai
Hurqush bin Zuhair As-Sa’di, Abdurrahmad Abul Qasim sebagai Abu Hurairah
dan terakhir, dua pemuda asal Yordania, Khalid Maghwairi dan Muhammad
Al-Majali memerankan pribadi Hasan dan Husain.
Alhamdulillah, ini adalah
artikel ketiga yang membahas tentang film-film Islami yang banyak
mengundang kontrofersi; tulisan sebelumnya tentang film Nabi Yusuf As-Shiddiq dan Sahabat Nabi, Khalid bin Walid.
Dan seperti serial film sebelumnya, film ini ditayangkan selama bulan
Ramadhan penuh, terdiri dari 30 serial yang tiap serialnya berdurasi
sekitar satu jam penuh.
Dengan cepat film serial ini menjadi
sangat terkenal, selain karena animo penonton parabola, situs dan blog
yang besar, propaganda yang besar-besaran dan reaksi ulama atas film ini
juga semakin menambah terkenalnya film ini dan banyak orang yang
penasaran akan isi film ini.
Film ini berkisah tentang peri kehidupan dua imam; Hasan dan Husain dan fitnah kubra
yang menimpa umat Islam selepas wafatnya Nabi Muhammad saw, peran
keduanya dalam membela hak khalifah Utsman bin Affan dan peran keduanya
sebagai pembantu Khalifah Ali bin Abi Thalib, ayah mereka. Ada juga
kisah turunnya Hasan dari kekuasaan demi persatuan umat Islam, peristiwa
ini dikenal dalam sejarah sebagai ‘aamul jama’ah’ (tahun persatuan).
Selain itu, film tersebut juga
menggambarkan sosok Abdullah bin Saba’ yang keberadaannya diperdebatkan
dalam sejarah Islam, dan Yazid bin Muawiyah yang menjadi khalifah
sepeninggal ayahnya, Muawiyah bin Abu Sufyan. Dan tak ketinggalan
peristiwa perang Jamal dan Shiffin.
Setelah beberapa tahun berada dalam
proses produksi, tahun lalu, serial ini melakukan pengambilan gambar di
Suriah, Yordania, Lebanon, Maroko, dan Emirat Arab. Tapi di tempat film
ini dibuat yaitu Mesir, tidak dilakukan pengambilan gambar. Hmm…… Ini salah satu kelihaian dari sang sutradara.
Menurut rencana, film serial Muawiyyah,
Hasan dan Husain ini akan ditayangkan oleh tujuh jaringan satelit Arab,
yang tiga diantaranya merupakan televisi Mesir, yakni Al-Hayyat,
An-Nahar dan Rotana Mesir.
Muhammad Anizi direktur perusahaan
perfilman Meha, dalam sebuah wawancara dengan Aljazeera mengatakan bahwa
serial ini telah menelan biaya sebesar 8 juta dolar. Sampai saat ini,
serial ini adalah serial termahal yang pernah diproduksi di dunia Arab.
Dari sejak permulaan, sudah diprediksi
bahwa serial dengan materi yang sangat sensitif ini akan menghadapi
reaksi yang keras dari dunia Islam. Oleh karena itu, para produser
serial film mencari jalan keluar untuk memperoleh kesepakatan para ulama
Islam. Mereka berhasil menemui para ulama yang sejalan dengan garis
keyakinan mereka di Saudi Arabia, Yaman, Kuwait, dan Bahrain.
Lebih dari itu, direktur perusahaan
perfilman Meha yang bertanggung jawab mengedit dan mengesahkan serial
ini pernah berkomentar, “Sekelompok ahli senantiasa hadir di area
pengambilan gambar dan mengontrol seluruh kandungan film sehingga
seluruh isinya sejalan dengan keyakinan agama dan realita sejarah.”.
Sekalipun prolog pelicin ini telah mereka
siapkan sematang mungkin, serial “Mu’awiyah, Hasan, dan Husain” tetap
menuai protes, baik dari kalangan Ahlus Sunnah dan Syiah, bahkan
kalangan Syiah sangat vokal dan agresif untuk menghentikan penayangan
film ini, kenapa?? apa yang tersembunyi dibalik serangan mereka terhadap
film serial ini?? temukan jawabannya di bawah ini.
Sikap Ahlus Sunnah terhadap film Muawiyah, Hasan dan Husain
Pendirian Ahlus Sunnah tetap teguh bahwa membuat film tentang Nabi atau Sahabat hukumnya haram secara syariat.
Berikut ini fatwa-fatwa ulama yang saya terjemahkan langsung dari
bukunya (kalau ada terjemahan yang kurang pas mohon koreksi dan
pembetulan J)
Fatwa Majma’ Buhuts di Kairo dan Majlis Ulama Rabithah Alam Islami tahun 1397 H
Pada bulan Dzulqa’dh tahun 1397 H Majma’
Buhuts di Kairo telah mengeluarkan Taushiyyat bahwa mereka tidak setuju
dengan pembuatan film “Muhammad Rasulullah” atau “Ar-Risalah” atau film
lainnya yang menampakkan para Sahabat dan tidak boleh mengedarkannya
demi menjaga kehormatan Nabi dan para Sahabat.
Fatwa di atas juga diikuti Majlis Rabithah yang kemudian menetapkan secara ijma’ keharaman
untuk mengedarkan film “Muhammad Rasulullah” yang menampakkan
Rasulullah atau Sahabat dalam banyak tayangan yang telah diharamkan
secara ijma’.
Selanjutnya Majlis meminta kepada
Rabithah untuk menyebarkan ketetapan tersebut ke semua elemen umat
Islam; seperti Negara Islam, Perguruan Tinggi Islam, para Mentri, Ulama,
Majami’ Ulama dan lainnya.
Fatwa Majma’ Buhuts di Saudi Arabia tahun 1393 H
Pada tanggal 16/04/1393 H, Haiah Kibarul
Ulama di Saudi mendapat surat dari Thalal bin Syaikh Mahmud Al-Bashni
Al-Makki, Direktur Umum PT. Luna Film dari Beirut, Libanon yang meminta
izin untuk membuat film Bilal Muadzin Rasulullah saw. Setelah menyimak
film tersebut mereka menetapkan hal-hal sebagai berikut:
- Allah swt memuji sahabat dan menjelaskan posisi mereka yang mulia dan tinggi, dengan membuat film atau sinema tentang kehidupan mereka, telah menghilangkan pujian Allah tersebut dan menurunkan mereka dari posisi tinggi yang dengannya Allah jadikan mereka orang yang mulia.
- Membuat film salah seorang dari mereka akan menjadi tempat menghina dan mencela Sahabat, bukan untuk kebaikan, taqwa dan akhlaq Islam. Dan tujuan dari pembuat film hanya mereguk keuntungan materi semata. Akibat lain dari film tersebut adalah manusia menganggap film ini tidak berarti dan tidak penting sehingga menggoncangkan ke-tsiqahan Sahabat Nabi dan menyembunyikan kebesaran dan kemuliaan Sahabat di mata penonton muslim, membuka pintu keragu-raguan umat Islam pada agama mereka, membuka pintu perdebatan dan diskusi tentang Sahabat Nabi. Lebih dari itu, jika seorang aktor bermain sebagai Abu Jahal dan semisalnya lalu keluar dari lisannya celaan pada Bilal dan Rasulullah dan ajaran Islam, tidak ragu lagi ini adalah mungkar.
- Mereka mengatakan bahwa maslahatnya: Menampakkan akhlaq mulia, adab yang baik, menjaga hakikat sejarah, tidak melenceng sekalipun dan tetap menjaga ibrah dan nasehat di dalamnya. Ini hanya dugaan dan perkiraan belaka, karena yang mengetahui kehidupan bintang film akan mendapatkan hal yang menyelisihi kenyataan.
(Sumber: Fiqih Nawazil: Dirasah Ta’shiliyyah Tathbiqiyyah oleh; Dr. Muhammad Husain Al-Jaizarani, hal: 318 juz: 4 dalam bab Hukmu Tamtsil wa Tashwir Anbiya’ was Shahabah, cet I, Dar Ibnul Jauzi, 2005 M)
Fatwa Darul Ifta’ Al-Mishriyyah tahun 1404 H
Kesimpulannya:
- Kisah-kisah dalam Al-Quran turun untuk memperbaiki pemahaman-pemahaman yang salah.
- Para Nabi dan Rasul lebih agung lagi mulia untuk diperankan seseorang atau syaithan sekalipun.
- Penjagaan Allah (ishmah) kepada Nabi dan Rasul untuk diserupai syaithan menjadi penghalang (mani’) sekaligus larangan bagi manusia untuk menyerupai mereka, hal tersebut berlaku juga pada keturunan, istri dan sahabat Nabi saw.
(Sumber: Al-Fatawa Al-Islamiyyah Darul Ifta’ Al-Mishriyyah; jili 10, terbit cet I, tahun 1983 M/ 1404 H)
Syaikh Ali Abdul Baqi dalam program acara “Al-Hayatul Aan”
menyebutkan bahwa fatwa Al-Azhar yang bersumber dari Majma’ Buhuts
Islamiyyah, yang melarang penayangan serial Rasul, Nabi, Ahlul Bait dan ‘Asrah Mubasyirin bil Jannah tetap belaku dan tidak berubah.
“Al-Azhar dan badan ini berulang kali
mengumumkan penentangannya terhadap penayangan gambar para nabi dan
Ahlul Bait as di sinema dan televisi.” Demikian ditegaskan Syaikh Ali
Abdul Baqi.
Sikap Syiah terhadap film Muawiyah, Hasan dan Husain
Bagi kalangan Syiah membuat film yang mempertontonkan pribadi Ahlul Bait dan Sahabat sebagai hal yang biasa sebagaimana point-point berikut:
- Ada fatwa dari senior ulama Syiah yang memperbolehkan menampilkan film Nabi, Ahlul Bait dan Sahabat, seperti fatwa Husain Fadhlullah dalam bukunya “Fiqhul Hayat” hal.166 dan Fatwa As-Sistani dalam bukunya “Alfiqhu Lilmughtaribin wifqa Fatawa Samahatul Imam As-Sistani” hal.343 masalah ke 595.
- Kita telah melihat realisasi dari fatwa tersebut dari serial para nabi yang dibuat produser Syiah seperti film serial Nabi Ibrahim, Nabi Sulaiman, Nabi Ya’qub, Nabi Yusuf, Nabi Zakaria, dan Nabi Isa alaihis salam dan penampilan tokoh seperti Maryam binti Imran dan malaikat Jibril alaihis salam !!!!! kebanyakan dari film serial ini banyak menampilkan kesalahan berkenaan hak-hak para nabi, tanpa meminta rekomendasi dari ulama atau marja’ Syiah terlebih dahulu dan film tersebut tersebar di TV dan situs-situs baik Syiah maupun bukan.
- Bahkan ada kabar bahwa sutradara Iran berenacana membuat film tentang pribadi Nabi Muhammad saw, dan anehnya maraji’ Syiah tidak ada yang menolak dan mengeluarkan fatwa boleh membuat film kehidupan Nabi Muhammad, sebagaimana fatwa dari As-Sisitani.
- Produser perfilm-an Iran telah banyak membuat film tentang peri kehidupan Ahlul Bait seperti film; “Imam Ali”, “Fatimah Al-Madhlumah”, “Imam Husain”, “Bilal Al-Habsyi”, dan serial “Mukhtar Ats-Tsaqafi”, yang disiarkan oleh TV Al-Manar dan Al-Kautsar, dalam film serial tersebut tidak jarang terdapat celaan-celaan terhadap kemuliaan para sahabat, seperti dalam serial film “Mukhtar Ats-Tsaqafi”.
- Tiap tahun pada hari-hari Asyura, Syiah membuat teater sandiwara yang dikenal dengan “At-Tasyaabih” yang bercerita tentang kisah terbunuhnya Imam Husain. Pribadi Husain, anak dan saudaranya ditampakkan secara jelas, tapi di daerah Iraq seperti Qathif dan Ihsa’, orang yang yang berperan sebagai Imam Husain ditutup dengan kain.
Lalu ada satu pertanyaan kenapa Syiah
getol menyiarkan larangan penayangan film serial ini? Seorang marja’
Syiah menekankan bahwa serial ini telah melakukan tindak kriminal dan
menuntut pada pengadilan supaya penayangan serial ini dihentikan.
Sementara itu, di Iran, beberapa marja’ Syiah mengharamkan untuk
menonton serial ini. Setidaknya ada tiga hal yang mendasari sikap Syiah
tersebut:
Pertama;
Pengikut Syiah tidak setuju dengan film ini karena kandungannya yang
bertentangan dengan keyakinan asasi mereka seperti; Pribadi Abdullah bin
Saba’ yang oleh Syiah dianggap sebagai tokoh fiktif dalam sejarah dan
film ini ingin menunjukkan bahwa Abdullah bin Saba’ benar ada dan bukan
fiktif.
Jika hal ini terbukti maka runtuhlah
fondasi Syiah karena golongan Syiah meyakini bahwa Syiah telah muncul
semenjak zaman Rasulullah saw. Tetapi kenyataan sejarah menyatakan bahwa
Abdullah bin Saba’ adalah pelopor berdirinya Syiah. Oleh karena itu,
dengan menghilangkan figur Abdullah bin Saba, mereka berharap dapat
diterima sebagai salah satu mazhab dalam Islam yang tidak ada kaitannya
dengan Yahudi.
Kedua; Film
serial ini memberikan legitimasi akan keabsahan Yazid bin Muawiyah
sebagai khalifah sepeninggal ayahnya, Muawiyah bin Abu Sufyan yang
dibaiat oleh kaum muslimin.
Mengenai pribadi Yazid bin Muawiyah,
tidak ada seorang pun dari Ahlus Sunnah yang menganggap dia kafir. Tapi
kebanyakan orang mengatakan bahwa ia fasiq. Ibnu Katsir –rahimahullah-
berkata: “Yazid telah bersalah besar dalam peristiwa Al Harrah
dengan berpesan kepada pemimpin pasukannya, Muslim bin Uqbah untuk
membolehkan pasukannya memanfaatkan semua harta benda, kendaraan,
senjata, ataupun makanan penduduk Madinah selama tiga hari. Demikian
pula terbunuhnya sejumlah sahabat dan anak-anak mereka dalam peristiwa
tersebut. Maka dalam menyikapi Yazid bin Muawiyah, kita serahkan
urusannya kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Adz-Dzahabi, “Kita tidak mencela Yazid, tapi tidak pula mencintainya”.
Ketiga; Film
serial ini berusaha untuk menafikan segala bentuk pertentangan dan
kontradiksi antara Ahlul Bait dan Sahabat, mereka senantiasa hidup damai
dan berdampingan. Dan memang demikian adanya, saya pernah menulis
artikel tentang “Bukti kasih sayang antara Ahlul Bait dan Sahabat Nabi
saw” yang bisa anda baca disini.
Demikianlah sikap Sunnah dan Syiah
tentang film serial Muawiyah, Hasan dan Husein, dimana sikap Ahlu Sunnah
teguh bahwa bermain film sebagai Nabi, Sahabat dan Ahlul Bait adalah
haram secara syari’at, sedangkan Syiah menolak serial ini karena isinya
yang tidak sesuai dengan faham dan pendirian mereka.
Terakhir, bahwa serial apa saja yang
dibuat tidak akan mengubah esensi sejarah, karena untuk mengetahui
sejarah, umat islam sudah cukup mempelajarinya langsung dari kitab-kitab
sejarah yang menjadi warisan paling berharga seperti kitab Al-Bidayah wan Nihayah, Al-Kamil fit Tarikh, Al-Waafi bil Wafayaat, Murujuz Zahabi dan lainnya.
Walau begitu film Muawiyah, Hasan dan
Husain dan film sebelumnya; Yusuf As-Shiddiq dan Khalid bin Walid,
sangat bagus, mengajak kita menikmati atmosfir kehidupan pada masa dulu,
selain itu bahasa Arabnya yang fasih, membantu kita belajar bahasa Arab
yang fushhah. Dan setidaknya tulisan tentang film-film tersebut bisa
sebagai lampu hijau bahwa di film tersebut ada hal-hal yang perlu
diperhatikan.
Referensi:
Al-Fatawa Al-Islamiyyah Darul Ifta’ Al-Mishriyyah; cet I, tahun 1983 M/ 1404 H
Fiqih Nawazil: Dirasah Ta’shiliyyah Tathbiqiyyah oleh; Dr. Muhammad Husain Al-Jaizarani, cet I, Dar Ibnul Jauzi, 2005 M
Artikel dalam Bahasa Arab yang ditulis oleh Usamah Sahadah di situs www.almoslim.net yang berjudul Haqiqah Hujumu Syiah ala Musalsal “Hasan wal Husain”.
Rambu-Rambu Menonton Film Yusuf As-Shiddiq Alaihis Salam
Kontroversi Sunni-Syi’i dalam Film Yusuf As-Shiddiq Alaihis Salam
Secara umum, film ini sangat prestisius karena telah berhasil dan sukses dalam menggambarkan kehidupan nabi Yusuf as dan peristiwa serta kejadian yang dialaminya. Dibuat dengan seni yang sangat tinggi dan detail sehingga seakan-akan kita benar-benar melihat panorama mesir kuno, bahasa arabnya pun pun amat fasih, cocok bagi anda yang ingin mempelajari bahasa Arab dengan baik dan benar, alur ceritanya juga sangat bagus dan sesuai dengan urutan sejarah karena skenario film ini dibuat oleh 20 penulis yang membutuhkan waktu selama 4 tahun untuk menyelesaikan skenario film tersebut, dengan bersandar pada kitab-kitab tafsir, hadits, fiqih, tarikh dan beberapa kitab dari mazhab sunni, sehingga terkumpul menjadi 8000 lembar, yang kemudian di ringkas menjadi 1800 lembar dengan judul: يوسف المتوكل على الله” serta “يوسف الفتوة”dan “يوسف والدعوة إلى وحدانية الله”.
Dari sekian banyak media massa, Televisi atau film adalah salah satu media massa yang banyak digandrungi masyarakat, karena menyuguhkan gambar dan suara sekaligus yang bergerak sangat dramatis sehingga mampu mewarnai imajinasi dan juga menyihir jiwa dan mengendalikan fungsi-fungsi kejiwaaan. Di antara film yang sempat menyihir berjuta-juta mata umat Islam adalah film nabi Yusuf As-Shiddiq. Film ini mulai ditayangkan di awal ramadhan tahun 1427 H dan menjadi film dokumenter pertama yang disukai begitu banyak penonton di seluruh dunia Islam.
- http://www.ba7anwar.com/vb/showthread.php?t=3301
- http://shiavoice.com/cat-3539.html
Secara umum, film ini sangat prestisius karena telah berhasil dan sukses dalam menggambarkan kehidupan nabi Yusuf as dan peristiwa serta kejadian yang dialaminya. Dibuat dengan seni yang sangat tinggi dan detail sehingga seakan-akan kita benar-benar melihat panorama mesir kuno, bahasa arabnya pun pun amat fasih, cocok bagi anda yang ingin mempelajari bahasa Arab dengan baik dan benar, alur ceritanya juga sangat bagus dan sesuai dengan urutan sejarah karena skenario film ini dibuat oleh 20 penulis yang membutuhkan waktu selama 4 tahun untuk menyelesaikan skenario film tersebut, dengan bersandar pada kitab-kitab tafsir, hadits, fiqih, tarikh dan beberapa kitab dari mazhab sunni, sehingga terkumpul menjadi 8000 lembar, yang kemudian di ringkas menjadi 1800 lembar dengan judul: يوسف المتوكل على الله” serta “يوسف الفتوة”dan “يوسف والدعوة إلى وحدانية الله”.
Dari sekian banyak media massa, Televisi atau film adalah salah satu media massa yang banyak digandrungi masyarakat, karena menyuguhkan gambar dan suara sekaligus yang bergerak sangat dramatis sehingga mampu mewarnai imajinasi dan juga menyihir jiwa dan mengendalikan fungsi-fungsi kejiwaaan. Di antara film yang sempat menyihir berjuta-juta mata umat Islam adalah film nabi Yusuf As-Shiddiq. Film ini mulai ditayangkan di awal ramadhan tahun 1427 H dan menjadi film dokumenter pertama yang disukai begitu banyak penonton di seluruh dunia Islam.
Dan seperti yang kita ketahui, bahwa
masyarakat muslim di negeri ini sangat haus dengan film religius, mereka
sudah muak dengan semua film dan program acara yang berbau hedonis dan
ditaburi kriminalitas dan seksualitas. Namun amat disayangkan, film-film
religius yang beredar terkadang ibarat serigala berbulu domba, namanya
aja yang religius tapi isinya penuh dengan adegan atau narasi yang
cenderung mencederai aqidah umat islam. Maka, umat islam harus selalu
berwaspada dari segala bentuk perusakan aqidah yang sering dilakukan
oleh musuh-musuh islam dengan cara yang amat halus, seperti dengan media
film.
Seperti film garapan Hanung Bramantyo
yang berjudul ‘Perempuan berkalung sorban’ dan ‘?’ yang banyak mendapat
kecaman dari berbagai elemen umat islam karena isinya yang bermuatan
sepilis (sekulerisme, pluralisme dan liberalisme).
Untuk level internasional, ada satu film
yang sempat mengundang banyak kontroversi dari kalangan sunnah dan syiah
karena menampilkan peran seorang nabi, sahabat dan malaikat yaitu film
Yusuf As-Shiddiq yang disutradari oleh, Farajullah Salahshur dari Iran.
Perlu diketahui bahwa saat ini mereka (orang-orang Syiah) dengan sangat
halus masuk dan menguasai pikiran manusia di seluruh dunia dalam bentuk
cerita-cerita film yang dikemas dengan sangat menarik yang dijadikan
alat untuk mensosialisasikan faham Syiah mereka.
Film Yusuf As-Shiddiq alaihis salam
Film ini bercerita tentang perjalanan
nabi Yusuf as dari semenjak ia lahir sampai akhirnya bertemu dengan
ayahnya, Ya’qub as. Film ini terdiri dari 45 episode yang tiap
episodenya berdurasi sekitar 45 menit. Masuk ke dalam film terpopuler
pada tahun 2008 dan telah menghabiskan berjuta-juta uang Iran, berkisah
tentang kejadian-kejadian penting dalam kehidupan Yusuf as. Statsiun tv
yang menyiarkan film ini cukup banyak seperti; alkawthar, almanar,
albidayah dan alhuurrah.
Secara umum, film ini sangat prestisius
karena telah berhasil dan sukses dalam menggambarkan kehidupan nabi
Yusuf as dan peristiwa serta kejadian yang dialaminya. Dibuat dengan
seni yang sangat tinggi dan detail sehingga seakan-akan kita benar-benar
melihat panorama mesir kuno, bahasa arabnya pun pun amat fasih, cocok
bagi anda yang ingin mempelajari bahasa Arab dengan baik dan benar, alur
ceritanya juga sangat bagus dan sesuai dengan urutan sejarah karena
skenario film ini dibuat oleh 20 penulis yang membutuhkan waktu selama 4
tahun untuk menyelesaikan skenario film tersebut, dengan bersandar pada
kitab-kitab tafsir, hadits, fiqih, tarikh dan beberapa kitab dari
mazhab sunni, sehingga terkumpul menjadi 8000 lembar, yang kemudian di
ringkas menjadi 1800 lembar dengan judul: يوسف المتوكل على الله” serta
“يوسف الفتوة”dan “يوسف والدعوة إلى وحدانية الله”.
Untuk mengumpulkan apresiasi penonton, tv alkawthar membuat acara talk show “ma’al musyahidin”
atau bersama para penonton film Yusuf As-Shiddiq, yang menghadirkan
para pemain dari film Yusuf, yang menampung semua tanggapan serta pujian
dari para penonton di seluruh dunia islam.
Ada yang menyebutkan bahwa 90% orang Arab
telah membeli film ini karena sangat terkesima dengan kisah-kisahnya
seperti kisah bagaimana Yusuf menghindar dari cengkraman Zulaikha dan
lari melewati 7 lapis pintu, bagaimana seorang anak kecil yang belum
bisa berbicara menjadi saksi akan kesucian Yusuf dan bagaimana ketika
Zulaikha telah bertaubat dan menyesal atas apa yang pernah dilakukannya,
ia menjadi ruhaniawati sejati seperti Rabiatul Adawiyah yang cintanya
sangat berlebih kepada Allah swt melebihi cintanya kepada Yusuf as,
bahkan ketika ada perintah Allah agar Yusuf menikahi Zulaikha, ia enggan
untuk menemui Yusuf selama 40 hari karena ingin bermunajat kepada-Nya.
Musthafa Zamani adalah aktor (mumatsil)
dari nabi Yusuf as ia pria Iran yang lahir tahun 1982 M di kota Faridun
Kanar di sebelah selatan kota Iran, sekarang menjadi mahasiswa fakultas
teknik di salah satu universitas di Iran. Untuk menjadi pemeran dari
Nabi Yusuf as ini dia harus mengalahkan 3000 orang saingannya. Dia
ditemukan oleh sang sutradara, Farajullah Salahshur, setelah selama satu
setengah tahun melakukan casting (pemilihan) pemain. Aktor lainnya
adalah Katayun Riyahi yang memainkan peran Zulaikha, Husain Ja’fari yang
memainkan peran Yusuf kecil, dan Ja’far Dahqan yang berperan sebagai
Butifar yaitu raja mesir yang disebut Al-Aziz.
Episode pertama dari film ini, bercerita
tentang kelahiran nabi Yusuf as dan bagaimana ayahnya, nabi Ya’qub as
menyelisihi pendeta dan khurafatnya dan menyeru kepada agama yang benar
dan hanif.
Di episode kedua diceritakan tentang
proses dan peristiwa yang terjadi ketika kelahiran Yusuf as, dimana
ketika dia lahir, terjadi hujan deras dan ma’bad (tempat menyembah)
terbakar, sehingga manusia beriman kepada nabi Ya’qub as.
Episode setelahnya, bercerita tentang
migrasinya Ya’qub beserta keluarganya ke Kan’an untuk mendapatkan
perintah kenabian setelah ayahnya, Ishaq as wafat. Di tengah perjalanan
istrinya yang menjadi ibu dari nabi Yusuf melahirkan saudara Yusuf,
Benyamin, akan tetapi kelahiran tersebut berakibat pada kematian
istrinya. Setelah kematian istrinya, Ya’qub amat cinta dan sayang kepada
nabi Yusuf as yang membuat hati yang lain merasa dikucilkan dan pilih
kasih sehingga mereka berencana untuk membunuh Yusuf as. Episode
setelahnya berkisah seperti yang telah diketahui.
Dalam menanggapi film ini, umat islam
terbagi menjadi dua kubu; ada yang setuju dan ada yang menentang. Yang
setuju mayoritas adalah peganut syiah dan ahlus sunnah yang awam yang
tidak mengetahui propaganda syiah di balik pembuatan film ini. Dan di
antara yang menentang peredarang film ini adalah komite ulama tertinggi
Syiah di Iran, Majma’ Buhuts Islamiyah sebuah lembaga tertinggi di
Al-Azhar yang dipimpin oleh Dr. Ahmad Ath-Thayyib juga menyuarakan
keberatan mereka terhadap film Yusuf As-Shidiq yang ditayangkan di Drama
Melody di Mesir pada satelit Nil Sab dan meminta agar penayangan
tersebut diberhentikan.
Selanjutnya mereka mengeluarkan fatwa
larangan membuat adegan film para nabi, sahabat dan ahlul bait. Fatwa
senada juga diikuti institusi islam lainnya seperti fatwa Haiah Kibarul
Ulama di Saudi, fatwa dari Lajnah Daimah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal
Ifta’ di Saudi, Lajnah Fatwa di Mentri Wakaf Kuwait dan fatwa lainnya
dari ulama-ulama tsiqah (terpercaya).
Fatwa di atas sebenarnya pernah
dikeluarkan sekitar 30 tahun yang lalu, ketika sutradara Mustafa
al-Akkad menyerahkan naskah filmnya al-Resala (The Message) karena menayangkan beberapa sahabat nabi seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.
Catatan atas film Yusuf As-Shiddiq
Catatan ini saya buat dari hasil menyimak
dan menonton langsung film Yusuf dan saya tambah dari beberapa artikel
yang saya dapat dari beberapa muntada (forum) dalam bahasa Arab
yang saya ikuti. Tujuan dari catatan ini adalah sebagai rambu-rambu
ketika anda melihat film tersebut agar tidak termakan dengan beberapa
kejanggalan di dalamnya.
Dan berikut ini catatan-catatan atas film Yusuf As-Shiddiq.
- Menampakkan adegan peran Nabi Yusuf as dan Nabi Ya’qub as. Telah kita ketahui bahwa beriman kepada para Nabi termasuk dari salah satu rukun iman, sebagaimana banyak dijelaskan dalam al-Quran dan hadits-hadits nabi, dan konsekwensi dari iman kepada para nabi adalah dengan menghormati serta memuliakan mereka secara layak baik ketika mereka hidup atau mati tanpa diiringi sikap ghuluw dan ifrath, karena mereka adalah hamba Allah yang terbaik, sebagaimana firman Allah swt;
لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ * أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
Sudah menjadi fakta bahwa tidak ada
lukisan atau patung yang menggambarkan bagaimana keadaan tubuh dari para
nabi, sehingga hampir tidak mungkin menemukan gambaran asli mereka,
lalu atas dasar apa seorang aktor tertentu telah memenuhi syarat untuk
berperan sebagai nabi?? Bahkan syaithan pun tidak mampu dan diharamkan
untuk menyerupai jasad para nabi di dalam mimpi, sehingga jika ada
seseorang mengaku benar-benar bersua dengan nabi bisa jadi ia jujur,
karena syaithan tidak dapat menyerupai jasad seorang nabi di dalam
mimpi, sebagaimana sabda nabi saw di dalam hadits shahih yang
diriwayatkan oleh Bukhari Muslim;
رآني في المنام فقد رآني، فإن الشيطان لا يتمثل بي
Lalu bagaimana jika seorang aktor
memainkan peran seorang nabi, dan kemudian ia memerankan pemain sebagai
seorang pemabuk misalnya, jelas ini tidak sopan dan mengurangi kesucian
seorang nabi utusan Allah.
Para nabi adalah orang yang ma’shum
(terjaga dari dosa) dan mendapat kemuliaan dan posisi tertinggi di sisi
Allah swt, sampai-sampai Allah swt mengharamkan bumi untuk menggorogoti
jasad mereka, seperti hadits yang diriwayatkan oleh imam Nasa’i dan
dishahihkan oleh Al-Bani berikut:
إن الله حرم على الأرض أن تأكل أجسادالأنبياء
Lantas apakah mereka pernah meihat wajah
nabi Yusuf as, apakah mereka pernah melihat wajah nabi Ya’qub as
sehingga mereka membuat actor yang memerankan nabi Yusuf yang
ketampanannya ½ dari ketampanan semua manusia? Apakah Musthafa Zamani
setampan nabi Yusuf? Tidak ada barang 1 persen pun dari ketampanan Yusuf
as.
- Menampakkan peran aminus sama’, Malaikat Jibril as. Jibril yang disebutkan oleh Rasulullah saw sangat berbeda dengan manusia, ia memiliki sayap, ia memiliki 600 sayap yang terlihat disebelah ufuk ketika Nabi saw menerima wahyu.
- Ada beberapa kisah israiliyat dalam film tersebut seperti:
- Yusuf memerintahkan rakyatnya untuk mengambil khumus (bagian harta yang biasa diambil oleh ulama syiah) agar selamat dari musim paceklik.
- Yusuf mengusapkan kemejanya di wajah Zulaikha, istri al-Aziz, agar penglihatannya pulih dan kembali muda sekali lagi agar bisa dinikahi oleh Yusuf as. Tetapi al-Quran berbicara lain, nash Al-Quran telah memutus hubungan antara Yusuf dan Zulaikha setelah si raja tahu bahwa Yusuf bersih dari segala macam tuduhan yang dialamatkan kepadanya, sebagaimana Qs. Yusuf: 52.
- قَالَتِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ الْآنَ حَصْحَصَ الْحَقُّ أَنَا رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِين
- Disebutkan bahwa nabi Yusuf as hidup di masa firaun yang disebut akhnatuun dan firaun itu akhirnya menjadi muwahhid (orang yang bertauhid) apakah benar demikian??
- Di akhir episode film ini disebutkan adanya kabar gembira dengan datangnya al-Mahdi yang disebut dalam film tersebut dengan al-mukhlish, dari mana mereka memasukkan al-mahdi di film Yusuf?
- Ada satu hal yang banyak dipertanyakan oleh kalangan Ahlus sunnahn kepada orang-orang Iran. Ketika mereka membuat seri film Karbala’, mereka tidak menampakkan wajah Ahlul Bait seperti Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husan, Ja’far As-Shadiq dan Zainal Abidin kecuali dengan cahaya atau hanya suara saja, lalu kenapa mereka menampakkan dengan jelas nabi Yusuf dan nabi Ya’qub??
Anda tidak perlu heran karena menurut
Syiah, imam mereka lebih tinggi derajatnya dari para nabi, silahkan
simak perkataan ulama-ulama Syiah berikut:
Ayatullah Khomeini berkata dalam bukunya
“Al-Hukumah Al-Islamiyyah: 52” demikian “Sesungguhnya di antara yang
wajib diimani dalam mazhab kita ini (Syiah) ialah bahwa para imam Syiah
itu mempunyai kedudukan yang tidak mungkin dicapai oleh malaikat yang
terdekat dengan Allah sekalipun dan juga oleh nabiyang diutus”.
Ibrahim Al-Musawi Adz-Dzinjani berkata
dalam bukunya “Aqaidus Syiah Al-Imamiyyah Al-Itsna as’ariyyah juz III
bahwa “Kami berkeyakinan bahwa imam itu seperti Nabi saw, ia ma’shum
dari semua kesalahan dan perbuatan, baik lahiriyah maupun batiniyah dari
usia kanak-kanak sampai menjelang kematian, baik sengaja ataupun tidak.
Para imam juga tidak pernah lupa dan bersalah sebab mereka dijaga oleh
Allah”.
Demikian beraninya mereka berkata yang amat keterlaluan, padahal nabi Muhammad saw sendiri tidak sampai demikian.
- Seandainya saja film-film demikian tidak dicegah, maka orang-orang Syiah akan lebih berani, misalnya dengan membuat film kartun yang ada gambar nabi dan malaikat dan suara nabi, malaikat bahwa suara Allah swt munkgkin juga mereka buat, waliyadzubillah
Dan untuk memperjelas fatwa dari para
ulama di atas tentang larangan membuat film yang memerankan nabi,
sahabat dan tabi’in kami lampirkan fatwa dari lajnah daimah yang telah
saya buat dalam bentuk jpg berikut:
Sekian artikel ini saya tulis sebagai
bentuk ma’dhirah dan pelepasan tanggung jawab bahwa saya telah berusaha
mengingatkan umat islam dari bahaya dan serangan dari musuh-musuh islam
yang tidak menginginkan islam jaya di muka bumi. Saran dan kesan kami
tunggu sebagai bahan saya untuk lebih maju.
Untuk mendownload film ini bisa dicoba di link-link berikut:
- http://al-thekra.net/category/tv-shows/islamic-tv-series/yousef-al-sedeq/- http://www.ba7anwar.com/vb/showthread.php?t=3301
- http://shiavoice.com/cat-3539.html
Di postingan sebelumnya saya juga pernah
menulis artikel tentang beberapa pemahaman salah yang masih banyak
dianut mayoritas umat islam tentang sosok nabi Yusuf as; artikel menarik
itu dapat anda baca lewat link berikut: Sumber
Senin, 25 Maret 2013
Journey To Mecca : With Ibnu Battuta (2009)
Journey To Mecca : With Ibnu Battuta (2009)
Film dengan format IMAX ini disutradarai oleh Bruce Neibaur bercerita tentang perjalanan haji Ibn Battuta di tahun 1325-1326 M. Seorang petualang Muslim terbesar sepanjang masa, bahkan melebihi perjalanan Marco Polo (petualang asal Italia), perjalanan haji ini menjadi awal petualangannya menyusuri nyaris seluruh wilayah Timur Tengah, pantai utara Afrika, Persia (kini Iran), Cina, dan Andalusia (kini Spanyol). Sejak akhir April 2009 diputar di Teater IMAX Keong Emas, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
Ibn Battuta (diperankan Chems Eddine Zinoun) berangkat tahun 1325M dari kampung halamannya di Tangier, Maroko menyusuri pantai dan pegunungan utara Afrika menuju Mesir. Dalam perjalanannya ia menghadapi kerasnya tantangan alam dan, tentu saja, perampokan. Ia nyaris kehilangan nyawanya, jika saja seorang pemimpin suku nomaden tidak mencegah para perampok lebih jauh. Tidak lama Ibn Battuta ditampung di perkemahan pemimpin suku tsb dan menanyakan mengapa ia bersikeras pergi haji ke Mekkah.
Pemimpin suku ini (diperankan Hassam Ghancy) tahu bahwa Ibn Battuta memiliki kerabat kaya di Kairo dan menawarkan diri mengawal hingga kota piramid. Dengan bayaran tinggi tentunya. Ibn Battuta menolaknya dan melanjutkan perjalanan menuju Laut Merah agar bisa menyeberang ke Mekkah. Perang Byzantium membuat keadaan pantai tidak aman dan Ibn Battuta nyaris menyerah. Sang pemimpin suku mengikutinya dan kembali menawarkan bantuan. Akhirnya Ibn Battuta mengalah dan berdua mereka kembali ke pantai utara menuju Damaskus.
Di Damaskus keduanya berpisah. Sang pemimpin Badui menolak ketika diajak Ibn Battuta pergi haji ke Mekkah. “Allah belum memanggilku,” katanya. Ia mengembalikan uang upah Ibn Battuta dan minta dibelikan hewan qurban baginya untuk dipersembahkan kepada Allah SWT. Ibn Battuta bergabung dengan ribuan jamaah haji dari Damaskus menuju Mekkah.
Seusai haji Ibn Battuta ingat sebuah hadits Rasulallah,”Pergilah menuntut ilmu hingga ke negeri Cina.” Ia terinspirasi hadits tsb dan melanjutkan perjalanan bertualang ke nyaris seluruh negeri Jazirah Arab, Cina, India, Andalusia, dan sebagian Asia Tenggara. Ia tiba di Baghdad beberapa tahun setelah Persia dihancurleburkan oleh Genhis Khan. Catatan mengatakan ia sempat berkunjung ke pulau Sumatera. Total 40 negeri ia kunjungi, 5 kali pergi haji, dan 3 kali perjalanan lebih jauh dibanding Marco Polo. Ibn Battuta baru kembali ke kampung halamannya 29 tahun berikutnya. Kelak ia memiliki murid yang menjadi juru tulisnya, sementara Ibn Battuta menarasikan kisah perjalanannya.
Film dengan format IMAX ini disutradarai oleh Bruce Neibaur bercerita tentang perjalanan haji Ibn Battuta di tahun 1325-1326 M. Seorang petualang Muslim terbesar sepanjang masa, bahkan melebihi perjalanan Marco Polo (petualang asal Italia), perjalanan haji ini menjadi awal petualangannya menyusuri nyaris seluruh wilayah Timur Tengah, pantai utara Afrika, Persia (kini Iran), Cina, dan Andalusia (kini Spanyol). Sejak akhir April 2009 diputar di Teater IMAX Keong Emas, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
Ibn Battuta (diperankan Chems Eddine Zinoun) berangkat tahun 1325M dari kampung halamannya di Tangier, Maroko menyusuri pantai dan pegunungan utara Afrika menuju Mesir. Dalam perjalanannya ia menghadapi kerasnya tantangan alam dan, tentu saja, perampokan. Ia nyaris kehilangan nyawanya, jika saja seorang pemimpin suku nomaden tidak mencegah para perampok lebih jauh. Tidak lama Ibn Battuta ditampung di perkemahan pemimpin suku tsb dan menanyakan mengapa ia bersikeras pergi haji ke Mekkah.
Pemimpin suku ini (diperankan Hassam Ghancy) tahu bahwa Ibn Battuta memiliki kerabat kaya di Kairo dan menawarkan diri mengawal hingga kota piramid. Dengan bayaran tinggi tentunya. Ibn Battuta menolaknya dan melanjutkan perjalanan menuju Laut Merah agar bisa menyeberang ke Mekkah. Perang Byzantium membuat keadaan pantai tidak aman dan Ibn Battuta nyaris menyerah. Sang pemimpin suku mengikutinya dan kembali menawarkan bantuan. Akhirnya Ibn Battuta mengalah dan berdua mereka kembali ke pantai utara menuju Damaskus.
Di Damaskus keduanya berpisah. Sang pemimpin Badui menolak ketika diajak Ibn Battuta pergi haji ke Mekkah. “Allah belum memanggilku,” katanya. Ia mengembalikan uang upah Ibn Battuta dan minta dibelikan hewan qurban baginya untuk dipersembahkan kepada Allah SWT. Ibn Battuta bergabung dengan ribuan jamaah haji dari Damaskus menuju Mekkah.
Seusai haji Ibn Battuta ingat sebuah hadits Rasulallah,”Pergilah menuntut ilmu hingga ke negeri Cina.” Ia terinspirasi hadits tsb dan melanjutkan perjalanan bertualang ke nyaris seluruh negeri Jazirah Arab, Cina, India, Andalusia, dan sebagian Asia Tenggara. Ia tiba di Baghdad beberapa tahun setelah Persia dihancurleburkan oleh Genhis Khan. Catatan mengatakan ia sempat berkunjung ke pulau Sumatera. Total 40 negeri ia kunjungi, 5 kali pergi haji, dan 3 kali perjalanan lebih jauh dibanding Marco Polo. Ibn Battuta baru kembali ke kampung halamannya 29 tahun berikutnya. Kelak ia memiliki murid yang menjadi juru tulisnya, sementara Ibn Battuta menarasikan kisah perjalanannya.
Wanita Perjuangan Menantimu
Kalau kita mengeluh
susah dalam menghadapi hidup ini, bayangkanlah ada orang yang lebih susah
daripada kita. Penderitaan kita terlalu kecil dibandingkan dengan nikmat yang
Allah karuniakan yang begitu banyak yang kita kecapi selama ini. Itupun kita
masih mengeluh dan tidak puas hati. Itu bermakna kita protes akan takdir Allah.
Tetapi tidak salah seandainya kita berusaha mencari penyelesaian, dengan
ujian-ujian Ilahi.... dengan sabar dan ridho.
Wanita... andai tidak
dipimpin dengan ilmu dan iman... mereka inilah yang paling mudah berkeluh
kesah, resah dan bimbang. Bimbang dengan kesusahan dan masalah hidup, bimbang
dengan keperluan yang dirasai seringkali tidak mencukupi dan bimbang dengan
pelbagai perkara lain.
Kesusahan di dunia,
sakit, pening, kekurangan harta, keperluan dan lain-lain, tidak lain dan tidak
bukan, ujian hidup semata. Ujian, latihan dan tarbiyyah dari Allah Ta'ala.
Ujian sebagai tanda kasih sayang Ilahi, sebagai kaffarah dosa-dosa juga sebagai
pengangkat martabat di sisi Ilahi, insyaAllah.
Segalanya ditempuh
dengan ridho dan sabar. Menyerahkan sepenuh harapan dan pergantungan kepadaNya,
moga-moga dibantu oleh Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Pejuang-pejuang yang
bersama Rasulullah SAW, hidup mereka susah. Bukan karena tidak inginkan
kemudahan tetapi karena mereka memiliki hati yang zuhud.
Mereka korbankan harta
dan kemewahan demi untuk melihat Islam tegak berdaulat. Dengan sifat inilah
dunia melutut tunduk di bawah pemerintahan baginda Rasulullah dan para sahabat
yang cinta mereka pada akhirat melebihi segala-galanya.
Hanya orang-orang yang
ikhlas karena Allah dalam perjuangan serta tidak memiliki kepentingan apa-apa
saja yang akan terus tetap dan terpilih di atas landasan mujahadah untukNya. Andai
kita lihat sikap sebagian wanita hari ini. Harta dan kemewahan yang menjadi
buruan. Intan, berlian dan emas, kalau tidak bergayut di badan, hati merasa
tidak puas. Seolah-olah tidak lengkap. begitu juga pakaian dan perhiasan lain.
Ya Allah, semoga hati ini dididik untuk tidak memandang dunia, amin.
Kalau semua wanita
sibuk mengumpulkan barang kemas, bagaimana Islam akan membangun? kapan masanya
untuk memperhalusi ibadah? memperhalusi hati dan mendidik akhlak? apalah lagi
menjadi 'abidah-perindu Ilahi?
Seorang wanita yang
ingin menjadi wanita solehah akan mengutamakan kepentingan Islam lebih daripada
kepentingan diri. Hati mereka zuhud dengan dunia. Qanaah - merasa cukup dengan
apa yang diberikan Allah Ta'ala. Ridho dengan setiap ketentuanNya, juga ridho dengan
suaminya.
Mereka mampu
bermujahadah, biarpun secara berangsur-angsur apabila berhadapan dengan
kemewahan dunia. Bahkan senantiasa mencoba menginfaqkan harta dunia.... untuk
saham akhirat. Segalanya demi kepentingan Islam tercinta. Dimana bumi dipijak,
disitu Islam dijunjung. Didaulat dan dimartabatkan. Memanglah di dunia tak
nampak apa-apa keuntungan, karena kerinduan jaminan dan janjiNya di akhirat
kelak.
Apapun, segala-galanya
bertitik-tolak dari hati. Hati yang benar-benar cintakan Allah, Rasul dan cinta
untuk melihat Islam ditegakkan. Demi mardhatillah dan cinta-Nya yang
didambakan.
"Jika kamu
benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah). Niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu. Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
- Ali Imran : 31.
Uang yang bertimbun
akan habis juga akhirnya. Harta, barang kemas yang disayangi pasti ditinggalkan
apabila tiba masanya kelak. Alangkah ruginya kalau banyak menyimpan harta yang
hanya 'beku' walhal ia boleh dijadikan sebagai penyelamat diri di akhirat
kelak.
Orang-orang yang telah
meletakkan cinta Allah sebagai cinta yang utama, juga akan bercita-cita untuk
menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur. Rasulullah pernah bersujud
syukur apabila diberikan sandal yang baru.
Dan nyata hari yang
berlalu sama sekali tidak boleh dilupakan, banyak iktibar yang perlu
diteladani.... kisah Saidatina Khadijah, Rabiatul Adawiyah, Sumaiyyah, Asma
binti Abu Bakar dan tokoh-tokoh mukminah zaman silam.... betapa hebatnya cinta
mereka kepada Allah dan kepada Islam.
Sifat zuhud bisa
membantu Islam berkembang. Terutamanya bagi seorang wanita, apabila
kecintaannya kepada kemewahan, harta dan segalanya dapat disalurkan kepada
perjuangan Islam.
Dan wanita perindu
Allah... itu yang seharusnya menjadi idaman, didambakan. Dunia adalah
perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita solehah. Yang diperlukan
sebagai tiang negara... juga yang bakal menggoncang dunia dengan didikan mereka
terhadap anak-anak generasi dan pemimpin masa depan, InsyaAllah.
Sesungguhnya sholatku,
ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah. Tuhan seru sekalian alam.
Minggu, 24 Maret 2013
LAYU
Janganlah engkau layu jika cinta fana menipumu,
Janganlah engkau layu andai jodoh belum menyapamu,
***
Dewasa
ini banyak muda mudi merasa rendah diri, stres dan gejolak rasa ingin
memiliki menjadikan mereka berusaha memenangi hati dalam memiliki
seseorang tanpa mengenal halal dan haram. Yang penting dapat.
Pilu
hati melihat remaja yang merana karena cinta. Mereka merasakan perihnya
pinangan cinta dusta, tetapai tidak mampu mengarahkan diri mencari
cinta hakiki. Tak segan lagi diperhambakan untuk menagih cinta sementara
hingga sanggup berkonflik dengan pencipta cinta. Semua batas-Nya di
langgar, tak kenal dosa dan pahala.
Benar
bahwa lelakilah yang memulakan langkah pertama dalam lorong dosa,
tetapi bila wanita tidak setuju, lelaki itu tidak akan berani.
Cinta
sebelm menikah itu hanya menjerumus ke lembah dosa dan zina. Jika mampu
bertahan ke jenjang pelamin sekalipun bahwa rumahtangga itu takkan
berkah.
Apa tidaknya, asasnya di bina dari dosa dan maksiat. Mana mungkin dapat menegakkan tiang takwa yang utuh kecuali dengan taubat.
Rumahtangga
akan menjadi tawar dan hambar. Semuanya sudah di rasa dan terbiasa,
hendakkan rasa nikmatnya apalagi ? Anak-anaklah yang akan menjadi
mangsa. Terimalah ia sebagai hukuman di dunia. Amat pedih. Namun,
terlalu sedikit berbanding pedihnya hukuman abadi di negeri sana.
Bagi
yang belum berpunya, Andalah pilihan Allah untuk mekar terpelihara
sehingga tiba pula giliran anda mendapat seruan. Yakinlah ! Jangan risau
jika masih belum berpunya karena mungkin Allah ingin bagi ketenangan
dulu, untuk terus melangkah menggapai cita-cita.
Begitu
juga buat pemuda yang belum berpunya, utamakan yang lebih penting
daripada apa yang penting. kenali prioritas. Jika memang sudah sampai
saat ingin memiliki, pastilah waktunya akan tiba, berusaha, jika memang
sudah betul-betul mampu dan bersedia.
Memiliki
seorang isteri solehah ibarat memiliki dunia dan seisinya, sudah tentu
jalan untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa amat berliku dan banyak
tantangan. Berusaha memperbaiki diri dan sebaik-baiknya gunakan orang
perantaraan untuk lebih menjaga warak dan iman jika menghendakinya untuk
menikahi.
Seringkali,
seseorang mencari kekasih ibarat dia mendaki gunung yang tinggi.
Pepohon berduri sanggup di redah, curam dan jurang sabar ditempuh. Namun
apabila dia memilikinya, di dapati insan yang di kejar itu cuma
dedaunan kering. Begitulah perumpamaan sia-sia usaha yang tak di salur
dengan suluhan petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah.
Urusan
jodoh tak kemana. Sudah tercatat di lauh mahfudz, pasti. Apa yang tak
pasti adalah adakah kita mendapatkannya secara mulia atau sebaliknya.
Sahabat ...
Janganlah
engkau layu .. Jika kau terpisah dengan cinta manusia yang palsu.
Berarti Allah inginkan kau kembali, Allah yang akan menjaga mu .. Jangan
layu !!!
Rabu, 20 Maret 2013
Film "Uwais Al Qorni " Tidak Terkenal di bumi, Terkenal di langit
Uwais termasuk salah satu tokoh ahli zuhud dan panutan utama dalam
kezuhudan serta sebaik-baik tabi’in, hal ini sesuai dengan hadits yang
diriwayatkan Imam Muslim dari Umar bin Khattab ra, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seorang laki-laki yang bernama Uwais, ia mempunyai seorang ibu dan ia sangat berbakti kepadanya, ia juga mempunyai tanda putih, suruhlah ia untuk memintakan ampun bagi kalian.”
Dalam kitab Shahih Muslim, juga disebutkan dari Umar bin Khattab RA, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda,
“Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman dari Kabilah Murad dari golongan Qorn, dulu ia pernah terkena penyakit belang lalu sembuh kecuali yang tersisa tempat sebesar ukuran satu dirham, ia memiliki ibu dan ia sangat berbakti kepadanya, seandainya ia memohon do’a dengan nama Allah, pasti Allah akan mengabulkannya, bila kamu bisa, mintalah ia mohon ampun kepadamu, maka lakukanlah”
Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai dari golongan makhluknya orang-orang yang bersih, tersembunyi dan terbebas dari dosa, rambut mereka berantakan, wajah mereka berdebu, perut mereka kelaparan, bila mereka meminta izin untuk menghadap pada pemimpin mereka tidak diberi izin, bila mereka meminang wanita yang kaya tidak akan diterima, bila mereka pergi tidak dicari, bila mereka muncul tidak ada yang gembira dengan kedatangan mereka, bila mereka sakit tidak dikunjungi, bila mereka wafat tidak diantar jenazahnya, “
Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, tolong sebutkan kepada kami salah seorang dari mereka, Rasulullah menjawab: itulah Uwais Al Qarani,"
Mereka bertanya, "Siapakah Uwais Al Qarani itu?" Beliau SAW menjawab: “Seseorang yang bermata biru, berambut merah, berdada lebar, berukuran sedang, berkulit kemerahan, kepalanya selalu tertunduk, pandangannya terarah ke tempat sujud, bersedekap, selalu menangisi dirinya, penampilan compang-camping, selalu diabaikan, memakai sarung dan selendang dari kulit domba, tidak dikenal oleh penduduk bumi, tapi dikenal oleh penduduk langit, seandainya ia memohon kepada Allah pasti Allah akan mengabulkan doanya, ketahuilah bahwa di bawah ketiak sebelah kiri terdapat kulit yang putih, dan ketahuilah bahwa kelak di hari kiamat diserukan kepada para hamba: masuklah ke dalam surga lalu dikatakan Uwais: berhentilah, berilah syafaat, lalu Allah memberinya syafaat untuk orang-orang sebanyak kabilah Rabiah dan kabilah Mudhor. Wahai Umar dan Ali bila kalian bertemu dengannya, maka mintalah kepadanya agar ia memintakan ampun bagi kalian berdua niscaya Allah akan mengampuni kalian.”
Seorang thabi’in yang sangat mulia di hadapan Allah, memberi syafaat ketika manusia yang lain masih mencari pintu mana yang akan dimasuki. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat kepada Uwais. semoga biografi ini dapat menjadi inspirasi.
“Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seorang laki-laki yang bernama Uwais, ia mempunyai seorang ibu dan ia sangat berbakti kepadanya, ia juga mempunyai tanda putih, suruhlah ia untuk memintakan ampun bagi kalian.”
Dalam kitab Shahih Muslim, juga disebutkan dari Umar bin Khattab RA, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda,
“Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman dari Kabilah Murad dari golongan Qorn, dulu ia pernah terkena penyakit belang lalu sembuh kecuali yang tersisa tempat sebesar ukuran satu dirham, ia memiliki ibu dan ia sangat berbakti kepadanya, seandainya ia memohon do’a dengan nama Allah, pasti Allah akan mengabulkannya, bila kamu bisa, mintalah ia mohon ampun kepadamu, maka lakukanlah”
Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai dari golongan makhluknya orang-orang yang bersih, tersembunyi dan terbebas dari dosa, rambut mereka berantakan, wajah mereka berdebu, perut mereka kelaparan, bila mereka meminta izin untuk menghadap pada pemimpin mereka tidak diberi izin, bila mereka meminang wanita yang kaya tidak akan diterima, bila mereka pergi tidak dicari, bila mereka muncul tidak ada yang gembira dengan kedatangan mereka, bila mereka sakit tidak dikunjungi, bila mereka wafat tidak diantar jenazahnya, “
Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, tolong sebutkan kepada kami salah seorang dari mereka, Rasulullah menjawab: itulah Uwais Al Qarani,"
Mereka bertanya, "Siapakah Uwais Al Qarani itu?" Beliau SAW menjawab: “Seseorang yang bermata biru, berambut merah, berdada lebar, berukuran sedang, berkulit kemerahan, kepalanya selalu tertunduk, pandangannya terarah ke tempat sujud, bersedekap, selalu menangisi dirinya, penampilan compang-camping, selalu diabaikan, memakai sarung dan selendang dari kulit domba, tidak dikenal oleh penduduk bumi, tapi dikenal oleh penduduk langit, seandainya ia memohon kepada Allah pasti Allah akan mengabulkan doanya, ketahuilah bahwa di bawah ketiak sebelah kiri terdapat kulit yang putih, dan ketahuilah bahwa kelak di hari kiamat diserukan kepada para hamba: masuklah ke dalam surga lalu dikatakan Uwais: berhentilah, berilah syafaat, lalu Allah memberinya syafaat untuk orang-orang sebanyak kabilah Rabiah dan kabilah Mudhor. Wahai Umar dan Ali bila kalian bertemu dengannya, maka mintalah kepadanya agar ia memintakan ampun bagi kalian berdua niscaya Allah akan mengampuni kalian.”
Seorang thabi’in yang sangat mulia di hadapan Allah, memberi syafaat ketika manusia yang lain masih mencari pintu mana yang akan dimasuki. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat kepada Uwais. semoga biografi ini dapat menjadi inspirasi.
Produser:
Akbar Tahvilian
Direktur:
Amir Ghavidel
Cast:
Mehmood Raza Ghadriani sebagai Owais Qarni
Shabnam Gholikhani sebagai Salmeh
Parvaiz Pourhosseini
Nikou Kheradmand sebagai ibu dari Owais Qarni
Changiz Vosoghi
Selasa, 19 Maret 2013
Rumah Idaman
Suatu ketika, Ummu Muhammad bersama suaminya melintasi sebuah pemukiman di kawasan real estate dengan kendaraan roda dua mereka. Sepanjang mata memandang, terlihat berjajar rumah megah nan mewah. Asyik juga melihat deretan rumah yang bisa membuat hampir tiap orang 'bermimpi' dibuatnya.
Sejenak, pikiran Ummu Muhammad pun melayang. Membentuk sebuah ruang imajiner bernama angan-angan. la membayangkan, pasti enak sekali kalau punya rumah seperti itu. Sebuah hunian eksklusif, lengkap dengan taman dan kolam yang indah, plus interior dengan pernak-perniknya yang mahal. Apalagi, ditambah dengan mobil elegan yang siap mengantar, tanpa harus kepanasan ataupun kehujanan. Hmm, hidup pasti akan terasa nyaman.
Syaithan lihai membuat lengah dan menjebak manusia. Sehingga, dengan mudahnya syaithan menggiring jiwa kita yang lemah dan menipunya dengan khayalan semu tentang kesenangan dunia.
Rumah, memang menjadi kebutuhan primer bagi manusia. Rumah adalah suatu nikmat dari Allah yang terkadang, bahkan sering 'dilupakan' oleh manusia. Padahal dengan adanya rumah, manusia bisa mendapatkan banyak sekali kemudahan dan kesenangan dalam hidup.
Allah mengingatkan kita akan kenikmatan ini dalam surat An-Nahl: 80, "Allah menjadikan bagimu rumahrumahmu sebagai tempat tinggal ...".Ibnu Katsir menjelaskan ayat tersebut, bahwa Allah mengingatkan akan kesempurnaan nikmat yang Dia curahkan atas para hamba-Nya, berupa rumah tempat tinggal yang berfungsi untuk memberikan ketenangan bagi mereka. Mereka bisa berteduh (dari panas dan hujan) dan berlindung (dari segala macam bahaya) di dalamnya, serta berbagai manfaat lainnya".
Jangan Melihat ke Atas
Jika kita senang mengamati rumahrumah real estate yang menjanjikan kemewahan atau rumah-rumah yang levelnya lebih tinggi dari rumah kita, sering kali bisa membuat kita menjadi kurang bersyukur. Meski sederhana, toh rumah yang kita tempati juga menjanjikan keteduhan. Masih banyak dari mereka
yang rumahnya bahkan kontrakannya jauh lebih kecil dan sempit dari rumah kita, yang tak punya rumah, tinggal di gubuk-gubuk, emperan pertokoan atau tempat-tempat yang siap digusur oleh razia petugas.
Memang, kita boleh berkeinginan. Punya rumah lapang dan nyaman untuk menunjang aktivitas peribadatan. Namun, seharusnya kita tak selalu memandang keatas dan seolah merasa kekurangan.
Rasulullah SAW pun telah berpesan, "Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian dan jangan melihat orang yang lebih di atas kalian. Yang demikian ini (melihat ke bawah) akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kalian." (HR. Muslim).
Lagipula, Allah telah menetapkan rizki berupa rumah pada masing-masing orang yang dikehendaki-Nya. Asalkan tak berpangku tangan, rizki milik kita tak akan pernah jatuh ke tangan orang lain. Begitu juga sebaliknya.
Rumah Impian yang Sebenarnya
Hasrat untuk mendapatkan rumah di dunia, seharusnya tak melebihi ambisi kita untuk memiliki rumah di surga. Sebuah hunian di perkampungan akhirat yang kekal. Lengkap dengan perhiasan, perlengkapan dan pelayan-pelayannya, beserta keindahan dan kenikmatan yang tak pernah disaksikan oleh mata, tak pernah di dengar oleh telinga, dan tak pernah terbetik di dalam hati.
"Bangunan di surga batu batanya dari perak dan dari emas. Tanah lapisannya dari minyak kesturi terbaik dan lantainya dari mutiara dan batu yaqut, tanahnya adalah za'faran. Siapa yang memasukinya akan mendapatkan kenikmatan yang tidak putus dan kekal yang tidak ada kennatian, pakaian mereka tidak rusak dan usia mudanya tidak hilang." (HR Ahmad dan at-Tirmidzi).
Kemewahan rumah surga yang begitu mempesona. Rumah yang selayaknya menjadi impian dan idaman bagi setiap orang. Bahkan bukan sebatas sepetak rumah, melainkan istana megah yang luasnya sejauh mata memandang. Luar biasa memang!
Pantas saja, para shahabat begitu zuhud dan merindukan surga. Karena mereka telah menjadikan surga sebagai orientasi hidup yang melekat dalam benak mereka. Sehingga kerinduan untuk menjadi penghuninya, menggerakkan diri mereka untuk terus beramal dan berusaha meraihnya. Tak tergiur dengan sehelai dunia yang tak lebih berat nilainya dari sehelai sayap nyamuk
Sudah selayaknya jika kita berjibaku untuk membangun hunian kita di surga nantinya.Sibuk menabung amal, untuk 'membeli' rumah di surga dan menjadi pemiliknya kelak. Bukankah 'bahan bangunan'-nya adalah amal-amal yang kita lakukan di setiap saat yang kita lalui? Banyak hadits yang menjelaskan amalamal yang bisa menghantarkan kita menuju terwujudnya rumah impan kita di surga. Namun tentunya untuk memperoleh fasilitas istimewa ini dibutuhkan kesabaran dan istiqomah. Amal yang dilakukan memerlukan konsistensi, keseriusan dan keteguhan.
Semoga hasrat yang kita punyai sebagaimana hasrat seorang wanita pendamba rumah di surga, Aisiyah istri Fir'aun, yang doanya diabadikan dalam Al-Qur'an Al-Karim. Rabbibni Ili baitan 'indaka fil jannah. "Wahai Rabb-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga" (QS. At-Tahrim:11). (Ummu Aman)
Sejenak, pikiran Ummu Muhammad pun melayang. Membentuk sebuah ruang imajiner bernama angan-angan. la membayangkan, pasti enak sekali kalau punya rumah seperti itu. Sebuah hunian eksklusif, lengkap dengan taman dan kolam yang indah, plus interior dengan pernak-perniknya yang mahal. Apalagi, ditambah dengan mobil elegan yang siap mengantar, tanpa harus kepanasan ataupun kehujanan. Hmm, hidup pasti akan terasa nyaman.
Syaithan lihai membuat lengah dan menjebak manusia. Sehingga, dengan mudahnya syaithan menggiring jiwa kita yang lemah dan menipunya dengan khayalan semu tentang kesenangan dunia.
Rumah, memang menjadi kebutuhan primer bagi manusia. Rumah adalah suatu nikmat dari Allah yang terkadang, bahkan sering 'dilupakan' oleh manusia. Padahal dengan adanya rumah, manusia bisa mendapatkan banyak sekali kemudahan dan kesenangan dalam hidup.
Allah mengingatkan kita akan kenikmatan ini dalam surat An-Nahl: 80, "Allah menjadikan bagimu rumahrumahmu sebagai tempat tinggal ...".Ibnu Katsir menjelaskan ayat tersebut, bahwa Allah mengingatkan akan kesempurnaan nikmat yang Dia curahkan atas para hamba-Nya, berupa rumah tempat tinggal yang berfungsi untuk memberikan ketenangan bagi mereka. Mereka bisa berteduh (dari panas dan hujan) dan berlindung (dari segala macam bahaya) di dalamnya, serta berbagai manfaat lainnya".
Jangan Melihat ke Atas
Jika kita senang mengamati rumahrumah real estate yang menjanjikan kemewahan atau rumah-rumah yang levelnya lebih tinggi dari rumah kita, sering kali bisa membuat kita menjadi kurang bersyukur. Meski sederhana, toh rumah yang kita tempati juga menjanjikan keteduhan. Masih banyak dari mereka
yang rumahnya bahkan kontrakannya jauh lebih kecil dan sempit dari rumah kita, yang tak punya rumah, tinggal di gubuk-gubuk, emperan pertokoan atau tempat-tempat yang siap digusur oleh razia petugas.
Memang, kita boleh berkeinginan. Punya rumah lapang dan nyaman untuk menunjang aktivitas peribadatan. Namun, seharusnya kita tak selalu memandang keatas dan seolah merasa kekurangan.
Rasulullah SAW pun telah berpesan, "Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian dan jangan melihat orang yang lebih di atas kalian. Yang demikian ini (melihat ke bawah) akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kalian." (HR. Muslim).
Lagipula, Allah telah menetapkan rizki berupa rumah pada masing-masing orang yang dikehendaki-Nya. Asalkan tak berpangku tangan, rizki milik kita tak akan pernah jatuh ke tangan orang lain. Begitu juga sebaliknya.
Rumah Impian yang Sebenarnya
Hasrat untuk mendapatkan rumah di dunia, seharusnya tak melebihi ambisi kita untuk memiliki rumah di surga. Sebuah hunian di perkampungan akhirat yang kekal. Lengkap dengan perhiasan, perlengkapan dan pelayan-pelayannya, beserta keindahan dan kenikmatan yang tak pernah disaksikan oleh mata, tak pernah di dengar oleh telinga, dan tak pernah terbetik di dalam hati.
"Bangunan di surga batu batanya dari perak dan dari emas. Tanah lapisannya dari minyak kesturi terbaik dan lantainya dari mutiara dan batu yaqut, tanahnya adalah za'faran. Siapa yang memasukinya akan mendapatkan kenikmatan yang tidak putus dan kekal yang tidak ada kennatian, pakaian mereka tidak rusak dan usia mudanya tidak hilang." (HR Ahmad dan at-Tirmidzi).
Kemewahan rumah surga yang begitu mempesona. Rumah yang selayaknya menjadi impian dan idaman bagi setiap orang. Bahkan bukan sebatas sepetak rumah, melainkan istana megah yang luasnya sejauh mata memandang. Luar biasa memang!
Pantas saja, para shahabat begitu zuhud dan merindukan surga. Karena mereka telah menjadikan surga sebagai orientasi hidup yang melekat dalam benak mereka. Sehingga kerinduan untuk menjadi penghuninya, menggerakkan diri mereka untuk terus beramal dan berusaha meraihnya. Tak tergiur dengan sehelai dunia yang tak lebih berat nilainya dari sehelai sayap nyamuk
Sudah selayaknya jika kita berjibaku untuk membangun hunian kita di surga nantinya.Sibuk menabung amal, untuk 'membeli' rumah di surga dan menjadi pemiliknya kelak. Bukankah 'bahan bangunan'-nya adalah amal-amal yang kita lakukan di setiap saat yang kita lalui? Banyak hadits yang menjelaskan amalamal yang bisa menghantarkan kita menuju terwujudnya rumah impan kita di surga. Namun tentunya untuk memperoleh fasilitas istimewa ini dibutuhkan kesabaran dan istiqomah. Amal yang dilakukan memerlukan konsistensi, keseriusan dan keteguhan.
Semoga hasrat yang kita punyai sebagaimana hasrat seorang wanita pendamba rumah di surga, Aisiyah istri Fir'aun, yang doanya diabadikan dalam Al-Qur'an Al-Karim. Rabbibni Ili baitan 'indaka fil jannah. "Wahai Rabb-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga" (QS. At-Tahrim:11). (Ummu Aman)