Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Umar Bin Khattab (Episode 7)

Written By Rudianto on Rabu, 01 Agustus 2012 | 09.28

Di rumah Utbah bin Rabeeah alias Abu Sufyan, Abu hudhaifah, anak Abu Sufyan datang dengan penuh amarah. Dia tak percaya ayahnya telah memukul wajah Abu Bakar dengan sepatunya karena tak mau meninggalkan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad.
 
Di tempat penahanan Umayah dan Salamah, Walid yang telah memberi mereka makanan dan minuman tertangkap oleh Abu Jahal dan dibawa menghadap ayahnya. Walid diminta untuk meminta maaf kepada Abu al-Hakam karena telah memberi makan dan minum kedua saudaranya, tapi dia menolak dan pergi meninggalkan ayahnya.

Di sisi lain, di salah satu wilayah di Mekah, Umar bertemu dengan Abdullah bin Suhail yang sedang termenung bimbang dengan pikirannya sendiri tentang perasaannya. Umar hanya memberikan penjelasan bahwa seseorang yang bisa mengikuti kata hatinya, dialah orang yang penuh kehormatan. Abdullah kembali kepada ayahnya dan mengakui bahwa dirinya telah menjadi Muslim, bukan seorang bermuka dua yang hanya menjadi pengikut untuk mencari keamanan. Abdullah pun diusir oleh ayahnya.

Abu Jandal, saudara laki-laki Abdullah pun terlihat mulai goyah dari keyakinannya. Namun Suhail, ayah mereka, bersikeras untuk tetap mempertahankan keyakinannya hingga akhir.

Nabi Muhammad yang mengetahui penderitaan umatnya, meminta mereka untuk hijrah ke Abyssinia. Berita itu menggemparkan kaum kafir Quraisy. Sebagian senang karena akhirnya Mekkah bersih dari umat Nabi Muhammad, sebagian lagi khawatir mereka akan dibunuh di Abyssinia karena berbeda agama, dan itu memalukan bagi kaum Quraisy. Sedangkan Umar lebih mencemaskan soal kaum Muslim yang mungkin diterima baik di negeri asing dan bisa menyebarkan ajarannya.

0 komentar:

Posting Komentar