KEBERSIHAN PRIBADI
Written By Rudianto on Kamis, 15 Maret 2012 | 22.04
Fithrah manusia pada dasarnya adalah cenderung pada kebenaran. Akan tetapi kuatnya dorongan hawa nafsu dan rayuan duniawi, sering membuat orang jadi lupa diri. Karena memang tarikan-tarikan nafsiah dan duniawiah itu nampak begitu indah mempesona. Sedangkan jalan kebaikan dan taqwa, kelihatan terjal dan mendaki.
Allah berfirman :
"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Tetapi dia tidak menempuh jalan yang sukar lagi mendaki. Tahukah kamu apa jalan yang mendaki lagi sukar itu? Yaitu melepaskan manusia dari perbudakan (penindasan) Atau memberi makan pada hari kelaparan. Kepada anak yatim yang masih kerabat, atau orang miskin yang amat fakir". (QS. Al Balad : 10-16).
Begitulah memang dinamika hidup manusia. Tarik menarik antara panggilan Ilahiah (kebaikan) dengan rangsangan Syaithoniah (kejahatan) terjadi sepanjang masa, pada setiap diri seseorang.
Potensi spiritual manusiawi yang berasai dari Ruh Allah yang ditiupkan ke dalam dirinya merupakan simbol keagungan dan kebaikan. Sedangkan potensi material manusia yang berasai dari tanah adalah lambang kerendahan, ketamakan dan kenestapaan.
Apakah manusia lebih mengikuti dorongan
nuraninya (spiritual) yang bersih dan hanif, maka ia akan terpandu untuk selalu berada di jalan yang lurus. Berbuat kebaikan, menolong orang dhu'afa, menegakkan keadilan dan sebagainya. Dan ujung dari sikap dan pilihan tersebut ialah tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebab tempat yang cocok untuk ruh yang suci dan bersih adalah syurga Jannatun Na'im.
Firman Allah :
Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya. (QS. Asy-Syams : 9).
Tetapi, ketika manusia lebih memperturutkan haws nafsunya yang rendah, berarti ia telah metekatkan dirinya ke bumi. Dan sekaligus pula mencampakkan dirinya pada lembah kehinaan dan kerendahan. la melakukan maksiat, durhaka kepada Allah, menindas sesama, menegakkan riba dan perjudian, menyebarkan pelacuran dan perzinahan dan lain-lain. Itulah orang-orang yang hatinya kotor, karena dipenuhi oleh titik-titik noda. Dan tempat yang paling pas buat mereka yang kotor adalah neraka Jahannam.
Firman Allah :
'Dan celakakah (rugi) orang yang mengotori jiwanya". (Q.S Asy-Syams : 10).
Manusia yang normal dan waras sudah pasti lebih memilih kebersihan, ketinggian dan kemuIiaan yang hakiki, Yakni ketinggian di hari qiamat. Maka ia akan mengerahkan segenap tenaga, waktu dan fikirannya untuk berbuat yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar.
Hanya mereka yang kurang waras dan bodoh saja yang lebih suka mengejar kenikmatan sementara di dunia, untuk kemudian dikembalikan dan menetapkan di lembah kehinaan dan penyiksaan (Neraka).
Masalahnya terpulang kepada masing-masing pribadi kita. Memilih jadi manusia beriman dan bertaqwa, dan tergolong sebaik-baik makhluk (Khoirul Bariyyah). Atau mengikuti dorongan kefasikan dan kekuturan, sehingga termasuk sejelek-jelek makhluk (Syarrul Bariyyah).
Penegasan Allah :
“Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni Ahli Kitab dan musyrikin masuk ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang yang beriman dan beramal shaleh, mereka itu sebaik-baik makhluk”. (QS. Al Bayyinah : 6-7).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar