Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Diantara Salah Satu Obat Syar'i Mengobati Hati adalah Terapi Al-Qur'an Al-Karim

Written By Rudianto on Sabtu, 28 September 2019 | 13.33

*Diantara Salah Satu Obat Syar'i Mengobati Hati adalah Terapi Al-Qur'an Al-Karim*
Allah Ta'ala berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْـقُرْاٰ نِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ ۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَا رًا
wa nunazzilu minal-qur`aani maa huwa syifaaa`uw wa rohmatul lil-mu`miniina wa laa yaziiduzh-zhoolimiina illaa khosaaroo
"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 82)
Ketika menafsirkan ayat ini, Imam Asy-Sya'rawi -semoga Allah  Ta'ala merahmatinya berkata:
Ayat ini memberikan kepada kita dua tipe orang yang menerima Al-Qur'an. Jika diterima oleh orang Mukmin, Al-Qur'an menjadi obat dan rahmat baginya. Dan jika diterima oleh orang zhalim, Al-Qur'an menjadi kerugian baginya. Al-Qur'an menyebut orang-orang zhalim secara spesifik untuk menjelaskan bahwa kezaliman merekalah yang menyebabkan mereka tidak bisa mengambil manfaat dari Al-Qur'an. Sebab, esensi Al-Qur'an itu kebaikan, bukan kerugian.
Sebelumnya, pernah kita jelaskan bahwa perbuatan itu kadang sama, tetapi orang yang menerima perbuatan itu berbeda-beda, dan pengaruhnya, berbeda-beda dari satu orang ke orang yang lain.
Air putih misalnya. Jika diminum oleh orang sehat, maka dia akan mendapatkan kenikmatan dan kesegaran padanya. Tetapi jika diminum oleh orang sakit, maka dia akan mendapatinya pahit dan berlendir. Airnya sama, tetapi reaksi orang terhadap air itu berbeda-beda. Begitu juga lemak. Jika dimakan oleh orang sehat, maka akan bermanfaat baginya dan menambah kekuatan
serta kebugarannya. Tetapi jika dimakan oleh orang sakit, maka akan memperparah sakitnya dan mendatangkan padanya penyakit baru disamping penyakitnya yang lama.
Sebelumnya pernah kita jelaskan, dalam kisah masuk Islamnya Umaral-Faruq r.a., bahwa ketika menerima al-Qur'an dengan ruh kekufuran dan pembangkangan, dia membenci dan berpaling darinya. Tetapi ketika
dia menerimanya dengan ruh cinta, belas kasih, dan kelembutan kepada adik perempuan yang telah dilukai pada wajahnya, dia merasa kagum dan akhirnya beriman.
Jadi, kebersihan tabiat dan kerusakannya memiliki peran dalam menentukan bagaimana manusia menerima al-Qur'an dan terpengaruh olehnya. Alangkah serupanya masalah ini dengan masalah optimisme
dan pesimisme. Jika di hadapanmu ada sebuah gelas yang berisi air setengah, maka orang yang optimis akan mengarahkan pandangannya pada separuh yang terisi, sementara orang yang pesimis akan mengarahkan pandangannya pada separuh yang kosong. Keduanya benar, tetapi tabiat keduanya berbeda.
Al-Qur'an telah membahas masalah bagaimana manusia menerima al-Qur'an ini dalam firman Allah Ta'ala ,
وَاِ ذَا مَاۤ اُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ فَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ اَيُّكُمْ زَا دَتْهُ هٰذِهٖۤ اِيْمَا نًا  ۚ فَاَ مَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَزَا دَتْهُمْ اِيْمَا نًا وَّهُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَ
wa izaa maaa unzilat suurotun fa min-hum may yaquulu ayyukum zaadat-hu haazihiii iimaanaa, fa ammallaziina aamanuu fa zaadat-hum iimaanaw wa hum yastabsyiruun
"Dan apabila diturunkan suatu surat maka di antara mereka (orang-orang munafik ada yang berkata, Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini? Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya dan mereka merasa gembira."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 124)
Allah Ta'ala berfirman:
وَاَ مَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ فَزَا دَتْهُمْ رِجْسًا اِلٰى رِجْسِهِمْ وَمَا تُوْا وَهُمْ كٰفِرُوْنَ
wa ammallaziina fii quluubihim marodhun fa zaadat-hum rijsan ilaa rijsihim wa maatuu wa hum kaafiruun
"Dan adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, maka (dengan surat itu) akan menambah kekafiran mereka yang telah ada dan mereka akan mati dalam keadaan kafir."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 125)
Ayatnya sama, tetapi tabiat penerimanya berbeda-beda. Orang mukmin menerimanya dengan tabiat yang bersih, sehingga keimanannya bertambah karenanya. Dan orang kafir menerimanya dengan tabiat yang rusak, sehingga kekufurannya bertambah karenanya. Jadi, problem yang timbul dalam menerima kebenaran terletak pada kemampuan menerima yang rusak.
Dari sini kita katakan: Jika engkau melihat kepada kebenaran, makajanganlah sekali-kali engkau melihatnya, sedangkan dalam jiwamu terdapat kebatilan yang engkau pegangi. Engkau harus mengeluarkan kebatilan yang ada padamu terlebih dahulu. Kemudian bandingkan dan timbanglah perkara-perkara yang ada.
Masalah ini juga muncul dalam firman Allah Ta'ala :
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّسْتَمِعُ اِلَيْكَ ۚ حَتّٰۤى اِذَا خَرَجُوْا مِنْ عِنْدِكَ قَا لُوْا لِلَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ مَا ذَا قَا لَ اٰنِفًا ۗ اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ طَبَعَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَ اتَّبَعُوْۤا اَهْوَآءَهُمْ
wa min-hum may yastami'u ilaiik, hattaaa izaa khorojuu min 'indika qooluu lillaziina uutul-'ilma maazaa qoola aanifaa, ulaaa`ikallaziina thoba'allohu 'alaa quluubihim wattaba'uuu ahwaaa`ahum
"Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu (Muhammad), tetapi apabila mereka telah keluar dari sisimu, mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu (sahabat-sahabat Nabi), Apakah yang dikatakannya tadi? Mereka itulah orang-orang yang dikunci hatinya oleh Allah, dan mengikuti keinginannya."
(QS. Muhammad 47: Ayat 16)
Allah Ta'ala berfirman:
وَا لَّذِيْنَ اهْتَدَوْا زَا دَهُمْ هُدًى وَّاٰتٰٮهُمْ تَقْوٰٮهُمْ
wallaziinahtadau zaadahum hudaw wa aataahum taqwaahum
"Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan menganugerahi ketakwaan mereka."
(QS. Muhammad 47: Ayat 17)
Perkataan mereka, "Apa yang dikatakannya tadi?” menunjukkan bahwa mereka tidak memerhatikan al-Qur'an dan menganggapnya sebagai sesuatu
yang tidak penting.
Begitu pula dalam firman Allah Ta'ala:
وَلَوْ جَعَلْنٰهُ قُرْاٰ نًا اَعْجَمِيًّا لَّقَا لُوْا لَوْلَا فُصِّلَتْ اٰيٰتُهٗ ۗ ءَاَعْجَمِيٌّ وَّعَرَبِيٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هُدًى وَشِفَآءٌ ۗ وَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ فِيْۤ اٰذَا نِهِمْ وَقْرٌ وَّهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى ۗ اُولٰٓئِكَ يُنَا دَوْنَ مِنْ مَّكَا نٍۢ بَعِيْدٍ
walau ja'alnaahu qur`aanan a'jamiyyal laqooluu lau laa fushshilat aayaatuh, a a'jamiyyuw wa 'arobiyy, qul huwa lillaziina aamanuu hudaw wa syifaaa`, wallaziina laa yu`minuuna fiii aazaanihim waqruw wa huwa 'alaihim 'amaa, ulaaa`ika yunaadauna mim makaanim ba'iid
"Dan sekiranya Al-Qur'an Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab niscaya mereka mengatakan, Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya? Apakah patut (Al-Qur'an) dalam bahasa selain bahasa Arab sedang (Rasul), orang Arab? Katakanlah, Al-Qur'an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Qur'an) itu merupakan kegelapan bagi mereka. Mereka itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh."
(QS. Fussilat 41: Ayat 44)
Contoh bagus tidaknya penerimaan dari kehidupan kontemporer kita adalah siaran televisi. Kadang engkau menerimanya di rumahmu dan mendapatinya sangat jelas dalam serial atau acara tertentu, sehingga engkau menikmati apa yang engkau saksikan. Kemudian engkau bertemu dengan seorang sahabat, dan dia mengeluh kepadamu tentang buruknya siaran dan tidak jelasnya gambar. Ini menegaskan bagimu bahwa siaran sebenarnya bagus, hanya saja kerusakan terletak pada alat penerima yang dimilikinya. Maka yang pertama kali harus engkau lakukan adalah memperbaiki alat penerima yang engkau miliki, agar engkau dapat menerima ayat-ayat Allah dengan benar.
Jadi, firman Allah Ta'ala,  "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman," tergantung pada kebersihan tabiat dan bagusnya penerimaan dan pemahaman terhadap firman Allah Ta'ala.
"Obat," artinya: engkau mengobati penyakit yang ada agar sembuh darinya. "Dan rahmat," artinya: engkau membuat sarana-sarana perlindungan yang menjamin agar penyakit itu tidak kembali lagi kepadamu.
Jadi, rahmat itu perlindungan dan obat itu kesembuhan.
Tetapi, apakah obat Al-Qur'an itu obat moril bagi penyakit
hati dan gangguan-gangguan jiwa, untuk membebaskan seorang dari kesedihan, duka cita, dan cemburu, serta mencabut rasa iri, dengki, dan penyakit-penyakit spiritual lainnya yang ada dalam jiwanya? Ataukah ia juga merupakan obat bagi perkara-perkara materiil dan penyakit-penyakit tubuh?
Pendapat yang kuat-bahkan terbukti kebenarannya-yang tidak ada keraguan di dalamnya: Al-Qur'an adalah obat dengan pengertian yang umum dan komprehensif bagi kata ini. Ia adalah obat bagi perkara-perkara materiil, sebagaimana ia adalah obat bagi perkara-perkara moril.
Dalilnya adalah apa yang diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri ra bahwa dia keluar memimpin sebuah pasukan. Mereka melewati suatu kaum dan meminta makanan kepada kaum itu, tapi kaum itu menolak untuk
memberikan makanan kepada mereka. Kebetulan pemimpin kaum itu tersengat binatang, dan mereka membutuhkan orang yang bisa meruqyah-
nya. Mereka pun meminta siapa saja yang bisa mengobatinya. Para sahabat berkata, "Kami tidak mau meruqyah kecuali dengan upah." Yang demikian
itu karena para sahabat melihat kebakhilan mereka dan keengganan mereka untuk menghormati para sahabat. Sesuai dengan firman Allah Ta'ala,
فَا نْطَلَقَا ۗ حَتّٰۤى اِذَاۤ اَتَيَاۤ اَهْلَ قَرْيَةِ ٭ِ سْتَطْعَمَاۤ اَهْلَهَا فَاَ بَوْا اَنْ يُّضَيِّفُوْهُمَا فَوَجَدَا فِيْهَا جِدَا رًا يُّرِيْدُ اَنْ يَّـنْقَضَّ فَاَ قَا مَهٗ ۗ قَا لَ لَوْ شِئْتَ لَـتَّخَذْتَ عَلَيْهِ اَجْرًا
fantholaqoo, hattaaa izaaa atayaaa ahla qoryatinistath'amaaa ahlahaa fa abau ay yudhoyyifuuhumaa fa wajadaa fiihaa jidaaroy yuriidu ay yangqodhdho fa aqoomah, qoola lau syi`ta lattakhozta 'alaihi ajroo
"Maka keduanya berjalan; hingga ketika keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka (penduduk negeri itu) tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dinding rumah yang hampir roboh (di negeri itu), lalu dia menegakkannya. Dia (Musa) berkata, Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 77)
Ketika mereka telah bersepakat dengan kaum itu atas upah berupa makanan dan kambing, seorang dari mereka meruqyah orang yang tersengat
itu dengan surat Al-Fatihah, hingga dia sembuh. Mereka pun memakan makanan dan meninggalkan kambing. Hingga mereka kembali kepada Rasulullah Saw. dan bertanya tentang kehalalan upah ini. Beliau pun bersabda,
ومن أدراك أنها رقية ؟
“Siapa yang memberi tahu engkau bahwa itu ruqyah?” Artinya: Surat Al-Fâtihah itu ruqyah yang bisa digunakan untuk meruqyah orang sakit, hingga dia sembuh dengan izin Allah. Kemudian beliau bersabda,
"Makanlah upah itu dan berilah aku bagian bersama kalian" (Diriwayatkan oleh Ahmad (III/43) dan Al-Bukhari (5736) dari Abu Said Al-Khudri)
Sembuhnya penyakit-penyakit badan (dengan Al-Qur'an) adalah sesuatu yang disebutkan dalam As-Sunnah. Dan ini bukanlah sesuatu mengherankan. Sebab, ketika engkau membaca kalamullah, maka ketahuila
bahwa yang mengucapkan kalam ini adalah Allah Ta'ala.
Dia adalah Pengatur dan Pemilik segala sesuatu. Dia melakukan apa saja di semesta sesuai kehendak-Nya. Dan dengan kata kun (jadilah), Dia melakukan apa saja yang diinginkan-Nya. Tidaklah mengherankan jika kalamullah (al-Qur'an) memberikan pengaruh pada orang sakit, hingga dia sembuh.
Ketika seorang penentang memperdebatkan masalah ini dengan seorang ulama, dia berkata kepada sang ulama, "Bagaimana mungkin orang sakit disembuhkan dengan kata-kata? Ini tidak masuk akal." Sang ulama berkata kepada penentangnya, “Diam kau, keledai!" Orang itu pun marah. Dia bertekad untuk meninggalkan tempat dengan amarah yang memuncak.
Sang ulama pun melihat kepadanya dan berkata, "Lihatlah bagaimana kata-kata berpengaruh padamu. Bagaimana menurutmu dengan kata-kata yang pengucapnya adalah Allah Ta'ala ?"
Kemudian Allah Ta'ala  berfirman, "Dan itu tidak menambah orang-orang yang zhalim selain kerugian." (QS: Al-Isra' [17]: 82).
Sebab, dengan kezhaliman mereka dan penerimaan mereka terhadap anugerah-anugerah langit dengan tabiat-tabiat yang sakit dan perangkat-perangkat yang kacau balau, mereka tidak mengambil manfaat dari al-Qur'an dan memperoleh faedah dari rahmat Allah.
Allah Ta'ala berfirman:
اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰ نَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَ يُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًا ۙ
inna haazal-qur`aana yahdii lillatii hiya aqwamu wa yubasysyirul-mu`miniinallaziina ya'maluunash-shoolihaati anna lahum ajrong kabiiroo
"Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,"
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 9)
Islahul Qulub
️Syeikh Mutawali Asy Sya'rawi
Rudi Abu Azka
Pustaka Ruqyah
13.33 | 0 komentar

Agar Sakit Menuai Pahala

Agar Sakit Menuai Pahala
Sakit merupakan qadla dan qadar Allah yang diturunkan kepada mukmin dan juga kepada kafir. Sebab semua kejadian telah diatur oleh Allah pada zaman azali, zaman dimana waktu belum berjalan. Bagi seorang muslim sakit merupakan rahmat bukan siksa.
Sebagaimana difahami dari firman Alah ﷻ:
مَا يَفْعَلُ اللّٰهُ بِعَذَا بِكُمْ اِنْ شَكَرْتُمْ وَاٰ مَنْتُمْ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ شَا كِرًا عَلِيْمًا
maa yaf'alullohu bi'azaabikum in syakartum wa aamantum, wa kaanallohu syaakiron 'aliimaa
"Allah tidak akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 147)
Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengenal Allah dan hikmahNya, meskipun demikian Allah tetap menyayanginya karena itu semua disebabkan ketidaktahuan, kelemahan dan kekurangannya.
Terdapat hikmah yang banyak di balik berbagai musibah.
Rasulullah ﷺ  bersabda, "Sesungguhnya Allah ta'ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan." (HR. Tirmidzi). Dalam riwayat lain disebutkan, “ Penyakit merupakan cambuk Allah di bumi ini, dengannya Dia mendidik hamba-hamba-Nya."
Bagi Penderita, wajib bersabar dan ikhlas terhadap cobaan (sakit) yang menimpanya, sedang bersabar (dari cobaan itu akan diberi pahala dan mendapatkan kebaikan di sisi Allah. Bagi keluarga, kerabat, dan orang lain disyariatkan menjenguk setiap orang sakit.
Diriwayatkan di dalam hadits sahih muttafaq 'alaih dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabiﷺ Bersabda : “ Hak orang muslim atas orang muslim lainnya ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazahnya, mendatangi undangannya, dan mendo'akannya ketika bersin."
Terdapat keutamaan kesabaran bagi keluarga dan kerabat si sakit dalam merawat dan mengusahakan kesembuhannya, yang tidak kalah besar pahalanya. Diantara orang yang paling wajib bersabar apabila keluarganya ditimpa sakit ialah suami atas istrinya, atau istri atas suaminya. Namun yang lebih wajib lagi ialah kesabaran anak laki-laki terhadap penyakit kedua
orang tuanya. Sebab hak mereka adalah sesudah hak Allahﷻ, dan berbuat kebajikan atau berbakti kepada mereka termasuk pokok keutamaan yang diajarkan oleh seluruh risalah Ilahi. Karena itu Allah menyifati Nabi Yahya a.s. dengan firman-Nya:
وَّبَرًّا بِۢوَا لِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّا رًا عَصِيًّا
wa barrom biwaalidaihi wa lam yakun jabbaaron 'ashiyyaa
"dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka."
(QS. Maryam 19: Ayat 14)
Demikian juga dengan anak perempuan, bahkan dia lebih berhak memelihara dan merawat kedua orang tuanya, dan lebih mampu melaksanakannya karena Allah telah mengaruniainya rasa kasih dan sayang yang melimpah, yang tidak dapat ditandingi oleh anak laki-laki. Al-Qur'an sendiri menjadikan kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua ini dalam urutan setelah mentauhidkan Allahﷻ, sebagaimana difirmankan-Nya:
وَا عْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـئًـا ۗ وَّبِا لْوَا لِدَيْنِ اِحْسَا نًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَا لْيَتٰمٰى وَ الْمَسٰكِيْنِ وَا لْجَـارِ ذِى الْقُرْبٰى وَا لْجَـارِ الْجُـنُبِ وَا لصَّا حِبِ بِا لْجَـنْبِۢ وَا بْنِ السَّبِيْلِ ۙ وَمَا مَلَـكَتْ اَيْمَا نُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَا نَ مُخْتَا لًا فَخُوْرَا ۙ 
wa'budulloha wa laa tusyrikuu bihii syai`aw wa bil-waalidaini ihsaanaw wa bizil-qurbaa wal-yataamaa wal-masaakiini wal-jaari zil-qurbaa wal-jaaril-junubi wash-shoohibi bil-jambi wabnis-sabiili wa maa malakat aimaanukum, innalloha laa yuhibbu mang kaana mukhtaalan fakhuuroo
"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri,"
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 36)
Allah ﷻ  berfirman:
وَقَضٰى رَبُّكَ اَ لَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِا لْوَا لِدَيْنِ اِحْسَا نًا ۗ اِمَّا يَـبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
wa qodhoo robbuka allaa ta'buduuu illaaa iyyaahu wa bil-waalidaini ihsaanaa, immaa yablughonna 'indakal-kibaro ahaduhumaaa au kilaahumaa fa laa taqul lahumaaa uffiw wa laa tan-har-humaa wa qul lahumaa qoulang kariimaa
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 23)
Ungkapan Al-Qur'an "sampai ke usia lanjut dalam pemeliharaanmu" menunjukkan bahwa si anak bertanggung jawab atas kedua orang tuanya,
dan mereka telah menjadi tanggungannya. Sedangkan bersabar terhadap keduanya (ketika kondisi mereka telah lemah atau tua) merupakan pintu yang paling luas yang mengantarkannya ke surga dan ampunan.
13.22 | 0 komentar

Gangguan Jin Dalam Dunia GAME

Written By Rudianto on Senin, 23 September 2019 | 10.07

Gangguan Jin Dalam Dunia GAME
(Kajian Ruqyah Syar'iyyah Tematik)
Oleh :Ustadz Arifuddin S. AG. M. Pd. I

Seorang anak 13 tahun cu China tewas lompat dari gedung lantai 4 akibat kecanduan game PUBG. Sekitar 3 tahun yang lalu penulis ditelepon seorang ibu dari Sidoarjo, yang mengkonsultasikan putranya, seorang mahasiswa, yang kecanduan game dalam kondisi berhari-hari tidak mandi, begadang malam, tidak shalat, dan menjadi pemarah karena maniak gamenya.

Sang ibu menuturkan bahwa .. dirinya sampai dipukul beberapa kali oleh putranya tersebut setiap ia minta agar berhenti main game. Jauh di tahun 2010 ada seorang mahasiswa yang diterapi ruqyah dalam keadaan kesurupan sementara jin tidak mau keluar dari tubuhnya jika game yang dimiliki anak tersebut tidak dihapus. Penulis menyaksikan kejadian tersebut dengan game yang saat itu ada di HP-nva denqan jenis game yang sangat sederhana. Sehingga wajar jika mengikuti parahnya pengaruh game saat ini yang mengakibatkan banyaknya jatuh korban jiwa, maka WHO secara resmi menetapkan kecanduan game sebagai Gangguan mental.

Paparan di atas hanya contoh sebagian kecil kasus terkait gangguan game, sedangkan fakta yang sesungguhnya jauh lebih banyak dan parah. Penulis pernah membahas tema ini dalam kajian Ramadhan kemarin dengan pembahasan yang jauh lebih lengkap dan dengan pendekatan yang integratif termasuk dari sudut medis kedokterannya.

Dalam kesempatan kali ini, kajian akan lebih spesialis dari sisi pendekatan ilmu ruqyah dengan analisis yang mengungkap hakekat fenomena gangguan game tersebut.

Di antara pengaruh buruk game dilihat dari sisi agama adalah sebagai berikut:

1. Gambaran buruknya seorang mukmin karena tidak dapat meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

”Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (H R. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh AI-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

2. Pelaku game akan diancam dengan hisab hartanya (uang yang ia gunakan untuk main game; biaya internet), waktunya, umurnya yang ia habiskan, tubuhnya saat ia main game, dll. Sebagaimana hadis berikut ini :
”Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah menanyakan tentang (4 perkara:) (Pertama,) tentang umurnya dihabiskan untuk apa. (Kedua,) tentang ilmunya diamalkan atau tidak. (Ketiga,) Tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan. (Keempat,) tentang tubuhnya, capek/ lelahnya untuk apa.” (HR Tirmidzi, dan ia berkata hasan shahih. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ad-Darimi dan lainnya dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albanl.

3. Pelaku gamejuga akan berpotensi mendapatkan laknat dari Allah Ta'ala sebagaimana hadist berikut ini:
Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang 'alim atau penun tut ilmu syar'i.” (HR.Tirmidzi, Ibnu Majah. Dalam ShohihulJami,’ Syaikh AI Albani mengatakan hadis ini hasan)

Pelaku game juga akan terancam sejumlah dampak buruk berikut ini:

A. Gangguan pada otak:

1. Penurunan konsentrasi belajar.
2. Memicu autisme.
3. Mengganggu fungsi daya ingat
4. Atrofl/ penyusutan otak.
5. Kelainan neurotransmitter dopamine.
6. Kelainan respon otak.
7. Memicu halusinasi.
8. Gangguan sirkulasi seperti pusing kepala, migrain atau vertigo.

B. Gangguan pada psikologis:
1. Kelainan perilaku atau perubahan sikap diri.
2. Mudah cemas, dan frustasi.
3. Sulit diatur.
4. Kesulitan mengontron emoso.
5. Insomnia.
6. Anak cenderung agresif dan bahkan agitatif.
7. Sering berbohong dan pintar memanipulasi keadaan.
8. Kesulitan dalam bersosialisasi.
9. Tidak mampu menjalankan kewajibannya dengan baik seperti sekolah, kuliah, atau bekerja.
10. Kesulitan menilai realitas atau berpikir sehat.
11. Sulit mengambil keputusansering mengalami disorientasi

C. Gangguan organ dalam:
Masalah pencernaan urutan teratas pada kasus kecanduan game karena menunda makan atau makan tidak teratur dan menu yang tidak sehat, gangguan pencernaan seperti: maag, gastroentritis, tukak lambung, GERD, luka pada usus, hingga wasir/ ambeien. Masalah pada otak, radiasi yang diterima dari mata yang sampai di otak akan mempengaruhi sistem neurotransmitter sehingga akan mempengaruhi fungsi hormon, fungsi saraf, dan lain lain.

D. Gangguan HIPOKAMPUS/Tempat memori jangka panjang:

1. Akan tetapi, hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Molecular Psychiatry ini justru mengungkap hal sebaliknya. Sebanyak 85 persen orang yang main game action selama 6 Jam Iebih setiap minggu memiliki bagian abu-abu (grey matter) yang lebih sedikit pada bagian hipokampus, dibandingkan yang jarang main game.
2. Hipokampus adalah bagian otak yang menjadi pusat belajar, penyimpanan, dan pengolahan memori jangka panjang. Apabila keseluruhan hipokampus rusak, atau bahkan hanya sebagian saja, maka Anda dapat mengalami masalah memori yang serius.
3. Akan mengalami gangguan lain di otak seperti temporal Iobe, occipital lobe, parietal lobe, gangguan motorik, dll.

Adapun karakteristik gangguan jinnya sebagai berikut:

1. Jin yang masuk berdasarkan jenis game.
2. Bentuk jin sesuai dengan tokohtokoh dan pemain yang ada di game.
3. Cara kerja jin dengan bentuk gangguannya seperti gambaran model dan bentuk game, seperti pubg; kekerasan, sadis, mudah marah, menghilangkan rasa takut, mati rasa, keinginan membunuh, dll.
4. Jumlah Jin sebanyak para pemain dan tokoh yang ada di game.
5. Adanya jin dalam bentuk alur game dan model game.
6. Jin berada pada semua bagian tubuh yang terkait saat main game.
7. Bisa berkerja sama dengan jenis gangguan jin yang lain; nasab, ritual, jin imajinatif dari musik atau hlm, bacaan novel... dll.

Penyembuhan dan terapi:

1. Dilakukan dengan kelembutan, hindari kata kasar dan menyalahkan.
2. Penterapi harus bersih dan taat. lembut dan penyayang.
3. Siapkan terlebih dahulu pecandu game dengan pencera han haknya Allah Ta'ala secara bertahap, pelan, dan signifikan.
4. Jika sudah siap, perlahan-Iahan terapi dilakukan dengan tahap; pengeluaran ga ngguan yang ringan-ringan.
5. Sering kali gangguan game diikuti dengan jenis gangguan lain seperti maniak musik dan film serta novel/ komik.

Tahapan pengeluaran gangguan:

1. Keluarkan gangguan yang ringan untuk memberi peluang berpikir dan merasakan dampak terapi. sebelum dan sesudah terapi.

2. Lakukan pada tahap selanjutnya mengeluarkan Sisa gangguan dengan selalu mengukur kemampuan kesiapan pecandi untuk diterapi.

3. Lakukan terapi hingga semua gangguan hilang.

4. Terapi tidak akan sukses jika game tidak dihapus. Hanya tahap ini paling rawan, karena itu harus bisa menetapkan waktu yang tepat untuk menghapusnya.

5. Tahap selanjutnya mengeluarkan jenis gangguan yang lain yang terkait seperti musik, hlm, dll.

6. Pengeluaran bisa dilakukan oleh peruqyah dan bisa juga dengan ruqyah mandiri. (khusus ruqyah mandiri untuk gangguan game akan ada sendiri pembahasannya)

7. Jika pecandu secara mental telah siap diterapi dan dapat hidayah tobat, terapi bisa langsung pada tahap eksekusi secara signifikan, dosis tinggi.

8. Terapi akan baik jika dilakukan dengan bantuan tangan yang harus menyentuh titik-titik sembunyi jin.

9. Jika kondisi pecandu sudah parah dan lemah fisik, bisa dipadu dengan pendekatan medis atau terapi gabungan.

10. Jika pecandu sudah parah hanya secara fisik masih kuat, maka terapi akan baik dengan tindakan fisik eksternal dan internal tubuh.

11. Jin bisa dikeluarkan dari yang paling membahayakan jika memungkinkan dan tepat waktunya.

12. Pengentasan dari lingkungan yang buruk menuju lingkungan yang baik/ produktifjuga akan mempercepat penyembuhan.

13.Terapi dilakukan hingga tuntas, dengan tanda tidak lagi ada ketertarikan dengan game sama sekali atau lemah.

Perlu pembaca pahami bahwa pembahasan gangguan game di atas mengacu pada anak yang belum dewasa (pelajar dari tingkat SMA/ALIYAH hingga Playgroup atau mungkin di bawahnya). Pembahasan akan sedikit ada tambahan jika pelaku game adalah orang dewasa seperti mahasiswa atau seorang bapak atau mungkin seorang ibu. Peran-peran yang mereka miliki dalam keluarga akan berpengaruh pada sistem yang terkait dengan perannya dalam keluarga. Seperti jika pelaku game adalah seorang bapak maka peran dirinya sebagai bapak akan berpengaruh buruk pada anak-anaknya dan juga istrinya. Ditambah jika dikaitkan dengan pekerjaan dan lingkungan sosialnya, sehingga membutuhkan tambahan pembahasan yang lebih khusus.

Semoga Allah Ta'ala menjaga diri kita dan keluarga dari fitnah game dan dampak buruknya. Wallahu a'lam bish-showab. [*]

📚Sumber : Majalah Al Umm edisi 10
📮Diedit ulang dan publish oleh Rudi Abu Azka

10.07 | 0 komentar
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahu. (QS. Al-Baqarah:261)

DONASI

TEBAR DAKWAH FILM ISLAM

Teknik Support Streaming

DJ ONLINE

IP

Visitor

free counters

TAFSIR IBNU KATSIR

NURIS TV

AGENDA TV

STREAMING RADIO RUQO FM

STREAMING RADIO RUQO FM
Radio Dakwah Ruqyah Syariyyah

RUQO FM

Server Luar Negeri

Dengarkan Nurisfm Disini

Total Tayangan Halaman

Pengunjung