Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^
Tampilkan postingan dengan label Akhwatuna. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Akhwatuna. Tampilkan semua postingan

Lebih Mulia dari Bidadari Syurga

Written By Rudianto on Kamis, 12 September 2013 | 04.45

Bidadari surga, digambarkan-dalam ayat dan hadist-sebagai sosok yang memiliki kecantikan, kemolekan dan keindahanfisik yang sempurna. Selain itu, bidadari surga juga memiliki sifat-sifat karakter yang baik dan mulia, sehingga berpadulah kecantikan fisik
dan akhlak para bidadari surga. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta'ala, "Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik parasnya." (ar-Rahman: 70). Mengenai ayat tersebut, dijelaskan bahwa berkumpullah kecantikan lahir dan batin pada bidadari atau wanita surga itu. (Taisir al-Karimir Rahman hlm. 832)

Allah Ta'ala berfirman, "Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan." (QS. Ar-Rahman: 58). AI-Hasan dan mayoritas ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah bidadari-bidadari surga itu sebening yaqut dan seputih marjan. Allah juga berfirman, "Seakan-akan mereka
adalah telur yang tersimpan dengan baik." (QS. Ash-Shaffat: 49). lbnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: "Yaitu mutiara-mutiara putih yang tersimpan." (lihal Ad-Dur Al-Mantsuur 8917).

Hal ini menunjukkan bagaimana sempurnanya putih para bidadari, karena putihnya mereka adalah putih yang terjaga dari segala sentuhan. lbarat mutiara-mutiara yang putih yang tersimpan kokoh dalam cangkangnya, terjaga dari segala sentuhan, terjaga dari sinar matahari, terjaga dari segala sesuatu yang bisa merusak kemurniannya dan bersihnya warna putih tersebut. Demikian pula para bidadari, putih tubuh mereka
sempurna.

Saking cantiknya para bidadari surga, sampai-sampai "Sekiranya salah seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia akan menyinari langit dan bumi, serta memenuhi antara langit dan bumi dengan aroma yang
harum semerbak. Sungguh kerudung salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya." (HR. Bukhari & Muslim).

Wanita tercantik di dunia ini, sama sekali tak sepadan jika dibandingkan dengan kecantikan para bidadari surga. Namun, secantik-cantik bidadari surga, wanita dunia ternyata bisa lebih mulia dan utama daripada
bidadari surga. Ath Thabrani meriwayatkan sebuah hadist yang berasal dari Ummu Salamah, istri Rasulullah SAW ia berkata,Aku bertanya kepada Rasulullah mengenai firman Allah, 'Dan (di dalam surga itu) ada bidadari yang bermata jeli (hurun'in)' (QS. Al-Waaqi' ah:22).

Beliau lalu bersabda, 'Bidadari yang kulitnya bersih, matanya jelidan lebar, rambutnya berkilau seperti sayap burung Nasar.'Aku bertanya Iagi tentang makna ayat, 'Laksana mutiara yang tersimpan baik' (QS. Al-Waaqi'ah: 23). Beliau pun bersabda, 'Maksudnya, bersihnya mereka seperti bersihnya mutiara yang berada dalam cangkangnya, yang belum pernah tersentuh tangan manusia.'

Aku bertanya lagi, 'Wahai Rasulullah, beritahu pula aku tentang makna firman Allah, 'Di dalan surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik" (QS. Ar-Rahmaan: 70). Beliau bersabda,
Akhlaknya baik (khairat) dan wajahnya cantik.'

Aku bertanya lagi, 'Terangkan pula tentang firman Allah, 'seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan baik' (QS. Ash-Shaaffat: 49). Beliau bersabda, 'Kelembutan kulit mereka seperti lembutnya kulit telur bagian dalam yang kamu lihat, yang tertutup oleh cangkang telur.'

Aku bertanya lagi, 'Terangkan pula tentang firman Allah, 'Penuh cinta ('uruban) lagi sebaya umurnya (atraban)' (QS. AI-Waaq i'ah : 37). Beliau bersabda, 'Mereka adalah para wanita yang telah wafat di dunia dalam keadaan tua renta, matanya sudah rabun dan beruban rambutnya. Setelah itu Allah kembali
menciptakan mereka, dan menjadikan mereka perawan lagi.'Uruban artinya penuh cinta dan kasih sayang. Sedangkan atraban bermakna mereka lahir dalam satu waktu (usia mereka semua sama).'

Aku bertanya lagi, 'Wahai Rasulullah, mana yang lebih utama: wanita dunia atau bidadari?' Beliau menjawab,'Wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari, seperti kelebihan apa yang tampak dari apa yang
tidak tampak.'

Aku bertanya lagi, 'Wahai Rasulullah, mengapa demikian?' Beliau bersabda, 'Karena shalat mereka, puasa mereka, dan ibadah mereka karena Allah. Allah Ta'ala memberi cahaya di wajah mereka. Mereka
mengenakan sutra di tubuhnya. Warna kulit mereka putih, pakaian mereka hijau, perhiasan mereka kuning, pedupan mereka mutiara, dan sisir mereka adalah emas. Mereka mengatakan: kami adalah perempuan-
perempuan abadi yang takkan mati. Kami adalah perempuan-perempuan bahagia yang takkan pernah miskin. Kami adalah perempuan-perempuan penduduk tetap yang takkan pindah selamanya. Ketahuilah, kami adalah perempuan-perempuan yang ridha dan takkan marah selamanya. Berbahagialah
orang yang memiliki kami dan kami menjadi miliknya.'

Aku bertanya lagi, 'Wahai Rasulullah, di antara kami ada yang menikah dua kali, tiga kali, dan empat kali, kemudian ia wafat dan masuk surga. Sedangkan para suami itu juga masuk surga bersamanya. Lalu, pria mana yang akan menjadi suaminya di surga kelak?' Beliau menjawab, 'Hai Ummu Salamah, nanti dia akan memilih/ mana yang paling baik akhlaknya. Wanita itu nanti akan berkata: "Ya Rabb, laki-laki itu paling baik
akhlaknya kepadaku di antara lainnya saat hidup bersama di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya." Maka, wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan membawa kebaikan di dunia dan akhirat.'" (HR. Ath-Thabrani).

Dengan demikian, sebagai wanita penduduk dunia, kita bisa melampaui kemuliaan dan kehebatan bidadari surga dengan ibadah dan ketakwaan kita. Karena ibadah, ketaatan dan ketakwaanlah yang bisa menjadikan wanita dunia lebih unggul, lebih mulia, lebih utama, bahkan lebih cantik dari bidadari surga. Bahkan, para wanita dunia yang shalehah yang kelak menjadi penghuni surga, akan dinobatkan sebagai sayyidatul
khura' (ratu para bidadari) yang bertahta di istana-istana surga nan mewah.
04.45 | 0 komentar

NIKMATNYA DI RUMAH

Written By Rudianto on Senin, 19 Agustus 2013 | 21.58

Allah SWT memerintahkan kepada ummahatul mukminin dan juga seluruh muslimah secara umum, untuk menetap di rumah-rumah mereka. Perintah tersebut  memiliki manfaat yang besar bagi kaum wanita dalam berbagai aspeknya. "Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah sholat, tunakanlah zakat dan taatilah
Allah dan Rosul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa kalian, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (Al-Ahzab: 33)

Lebih Dekat dengan Allah
Menetapnya seorang muslimah di  rumah, menahan diri untuktidak keluyuran dan pergi sesuka hati tanpa keperluan syar'i, merupakan salah satu wujud ketaatan kepada Allah it6 dan Rasul-Nya. Ketaatan
tersebut akan mendatangkan keridhaan Allah !a dan pahala bagi dirinya. Selain itu, menetapnya wanita di dalam rumah memberikan peluang bagi dirinya untuk melakukan aktivitas taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah). Dengan di rumah ia akan lebih memiliki waktu dan kesempatan untuk melakukan ibadah-
ibadah nafilah, juga waktu luang untuk mengaji dan mengkaji Al-Qur'an, serta amalan lain yang kemungkinan tidak bisa dan tidak sempat dia lakukan jika ia sibuk beraktivitas di luar.

Persis seperti yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, "Dan saat-saat yang paling dekat dengan Rabb-Nya adalqh saat ia berada di bagian rumahnya aong paling dalam." (Silsilah Ash-Shahihah, 2588).
Karena itulah, penting untuk mengetahui keutamaan menetapnya wanita di rumah. Bahkan shalat di masjid
yang diganjar dengan pahala 27 deraialt untuk laki-laki, menjadi tidak lebih utama, ketika seorang wanita shalat di rumahnya.

Ummu Hamid, istri Abu Hamid As-Sa'idi, pernah mendatangi Nabi dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya senang shalat bersama engkau." Rasulullah SAW bersabda, "Aku tahu kau senang shalat bersamaku.
Tapi shalatmu di dalam rumahmu itu lebih baik daripada shalat di halaman dalam rumahmu. Shalatmu di halaman dalam itu lebih baik daripada shalat di dalam kompleks rumahmu. Shalatmu di kompleks
rumahmu lebih baik daripada shalat dimasjid koummu. Shqlqtmu di mosiid kaum itu lebih baik daripada sholat di masiidku."

Ummu Hamid pun memerintahkan agar dibuatkan tempat shalat di bilik yang paling dalam di rumahnya dan shalat di tempat itu hingga ia wafat. (HR. Ahmad)

Bebas darifitnah

Perintah untuk menetap di dalam rumah dalam ayat yang tersebut di atas, diiringi dengan larangan untuk berhias dan bertingkah laku seperti wanlta jahiliyah. Seorang wanita yang enggan menetap di rumah lantaran hobi hang out dan keluar rumah tanpa alasan syar,i, seakan menjadi alasan untuk berhias agar tampil cantik
dan menarik ketika akan keluar rumah.

Bepergiannya seorang wanita dari rumahnya, akan memicu berbagai fitnah dan kerusakan. Karena Rasulullah SAW telah mengingatkan, ,,Wanita itu aurat. Bila ia keluar dari rumah, setan akan menghiasinya." (HR. Tirmidzi). Dengan menetap di dalam rumah, berarti ia berada dalam sebuah benteng yang kokoh dan penjagaan yang kuat. Jika ia keluar dari rumahnya, hilanglah rasa aman yang dimillkinya seperti halnya ketika ia berada di dalam rumah.

Setan tak perlu bersusah payah mencari umpan, karena wanita yang keluar tersebut telah menjadi umpan sekaligus perangkap ampuh untuk menjebak manusia ke dalam  fitnah dan kerusakan. OIeh karena itu,
Abdullah bin Mas'ud berpesan, "Tahanlah wanita di rumah, karena sesungguhnya wanita itu adalah aurat. apabila ia keluar rumah, setan menatapnya dengan tajam dan berbisik kepadanya, ,Tidaklah engkau melewati seorang pun melainkan ia pasti kagum terhadapmu''.

Setan menghiasi wanita hingga dirinya merasa cantik dan menganggap dirinya seolah tampak menarik di mata lelaki yang melihatnya. Sebaliknya, setan juga memperdayai laki-laki yang dilewatinya agar tergoda oleh si wanita.

Fokus dengan Tanggung Jawab Domestik

Seorang wanita identik dengan tanggung jawab domestik yang berkaitan dengan peran dan tugasnya sebagai istri dan ibu. la bertugas melayani suami dan selalu berusaha mencari keridhaan suami selama tidak bermaksiat kepada Allah. Dengan mengharap ridha-Nya, ia akan senantiasa memberikan yang terbaik untuk
rumah tangga dan keluarganya, rnengurus dan mengaturnya. Merawat anak-anaknya dan mentarbiyah mereka dengan sebaik-baiknya.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin mengatakan bahwa perbaikan masyarakat bisa dilakukan dengan dua cara: Pertama, perbaikan secara lahiriah, yaitu perbaikan yang berlangsung di pasar, masjid, dan berbagai urusan lahiriah lainnya. Hal ini banyak didominasi kaum lelaki, karena merekalah yang sering nampak dan keluar rumah. Kedua, perbaikan masyarakat di balik layar, yaitu perbaikan yang dilakukan di dalam rumah. Sebagian besar peran ini diserahkan pada kaum wanita sebab wanita merupakan penanggung jawab di rumah.

Keberadaan wanita di rumah akan membuatnya fokus dengan tanggung jawab domestiknya. Fokus dalam melayani suami, karena ia akan lebih memahami apa yang bisa menyenangkan dan membuat nyaman
suaminya ketika sang suami ,berlabuh, di rumah. Menyambutnya ketika ia datang dan berhias untuknya. Merawat diri dan kecantikannya. Juga, always available ketika sang suami membutuhkannya.

Begitu pula dengan anak-anak, ia akan lebih bisa mengonsentrasikan perhatiannya dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya, karena ia hadir 24 jam bersama mereka. Sehingga, ia tahu benar bagaimana
tumbuh kembang anak-anaknya secara langsung. Dengan demikian, ia akan lebih cermat dan tanggap dalam melaksanakan tanggung jawab kerumahtanggaan. (Ummu Aman)

21.58 | 0 komentar

JILBAB SESUNGGUHNYA

Written By Rudianto on Sabtu, 25 Mei 2013 | 10.33

Banyak yang pada ga ngerti makna jilbab dan wujud sebenarnya.....
kebanyakan beranggapan bila udah memakai kain untuk menutup kepala disebut dengan berjilbab....
padahal itu SALAH....
yang dimaksud jilbab adalah pakaian wanita yang menutupi tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki. dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
2. Tidak tipis dan transparan. (Sesuai hadits di atas)
3. Longgar dan tidak memperlihatkan lekuk-lekuk dan bentuk tubuh (tidak ketat).
4. Bukan pakaian laki-laki atau menyerupai pakaian laki-laki.



bila wanita berpakaian seperti itu semuanya.... hmmmmmm... bisa dipastikan bumi ini akan lebih indah :D
bumi ini akan lebih berkurang kejahatannya terhadap perempuan (pemerkosaan, hamil pranikah, dsb)...

untuk itulah mari para wanita..... MULAILAH BERJILBAB YANG SESUNGGUHNYA :P

berikut ini saya kasih dah gambar para wanita yang BERJILBAB SESUNGGUHNYA... biar anda bisa membandingkan sendiri, lebih "INDAH dan ANGGUN" mana bila anda berpakaian dengan BERJILBAB dibandingkan dengan berpakaian biasa atau cuma berJILBAB GAUL
:D

SEJUK KAN????
:D
untuk itu, mulai sekarang, STOP JILBAB GAUL


marilah kita kembali KE ALAM YANG SESUNGGUHNYA

Sumber
10.33 | 0 komentar

DOSA 24 JAM SEORANG WANITA di FaceBooK

Written By Rudianto on Jumat, 24 Mei 2013 | 23.40

Pernah ada seorang laki-laki Curhat, Beliau GELISAH dengan kondisi "Wanita-Wanita" yang suka menampakan foto-fotonya di FB. terlihat begitu kecewa melihat realita yang terjadi di kalangan kaum hawa saat ini Dengan nada lirih, mungkin dari lubuk hatinya yang terdalam, beliau menyampaikan "saya tidak TERTARIK dengan Wanita-wanita yang memajang fotonya di FB, harusnya mereka bisa lebih menjaga, bukan calon pasangan IDEAL karena BELUM BISA menjaga IZAHNYA (Kehormatannya) dan membiarkan kecantikanya dinikmati oleh orang-orang yang TIDAK BERHAK"
.............................................................

Seorang Wanita yang menampakkan foto dirinya di internet mungkin telah melanggar larangan untuk tidak tabarruj dan sufur. Tabarruj artinya seorang wanita menampakkan sebagian anggota tubuhnya atau perhiasannya di hadapan laki-laki asing. Sedangkan Sufur adalah seorang wanita menampak-nampakkan wajah di hadapan lelaki lain. Oleh karena itu Tabarruj lebih umum cakupannya daripada sufur, karena mencakup wajah dan anggota tubuh lainnya.

Tabarruj diharamkan dalam syariat berdasarkan ayat al-Qur’an dan juga hadits, antara lain: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al-Ahzab: 33)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada dua kelompok penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang memukuli orang-orang dengannya dan para wanita yang berbaju tapi mereka telanjang, berlenggak lenggok kepala mereka bagaikan punuk unta yang bergoyang. Wanita-wanita itu tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya padahal bau surga bisa tercium sejauh sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 3971 & 5098)

Apabila seorang Wanita menampakkan gambar dirimu di internet lalu dimanakah esensi hijab sebagai al Haya’ (RASA MALU). Sebagai seorang muslimah sejati, tentulah saudariku akan berpikir ribuan kali untuk melakukan hal yang demikian. Padahal Rasullullah Shallallahu’alaih wa sallam bersabda yang artinya: “Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlaq dan akhlaq Islam adalah malu” sabda beliau yang lain; “Malu adalah bagian dari Iman dan Iman tempatnya di Surga”.

Allah Azza wa Jalla juga menjadikan kewajiban berhijab sebagai tanda ‘Iffah (menahan diri dari maksiat) dalam firman-Nya, "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al Ahzab: 59)

Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk menghindari dan menahan diri dari perbuatan jelek (dosa), karena itu “mereka tidak diganggu”. Maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu mereka. Dan pada firman Allah “karena itu mereka tidak diganggu” sebagai isyarat bahwa mengetahui keindahan tubuh wanita adalah suatu bentuk gangguan baerupa fitnah dan kejahatan bagi mereka. Wallahua’lam

Maka pertanya terakhir, Sudah siapkah anda MENEKAN DELETE BUTTON di FB anda (saudariku)?
Redhakah laki-laki yang sudah dipersiapkan Allah untuk menjadi pasangan hidupmu?karena mereka lah yang berhak terhadap kecantikan yang kamu miliki.
Ataukuh lebih redha fotomu di lihat jutaan mata??


Jawabnya: ITU HAK SAUDARIKU MUSLIMAH,KAMI HANYA IKUT MENYAMPAIKAN...semuga manfaat insyaAlloh


Sumber
23.40 | 0 komentar

Meneladani Ketegaran Ibunda Hajar

Written By Rudianto on Jumat, 21 Desember 2012 | 15.16

Beratnya beban kehidupan dan ragam amanah yang ditanggung oleh seorang akhawat bisa saja
berbeda satu sama lain. Ujian iman dan keistiqamahan yang mampir dalam penggalan episode kehidupan masingmasing pun bisa bermacam-macam.

Ketika dihadapkan pada suatu kondisi atau situasi tertentu, seorang akhwat bisa memiliki tingkat ketegaran dan 'daya tahan' yang bisa saja berbeda satu sama lain. Akhwat A, misalnya, dalam kondisi tidak memiliki motor, ia siap 'ngonthel' menempuh puluhan kilometer untuk bisa mengikuti sebuah kajian islam dalam memenuhi kewajiban thalabul ilmy-nya.

Pun akhwat B, yang sibuk dengan aktivitas dakwah, membina sekian banyak halaqah, ditambah tugas kuliah yang menumpuk. Belum lagi amanah sebagai seorang anak yang harus ber-birrul walidain. Tanpa stamina iman dan mental 'berjuang', rasanya sulit untuk bertahan dan menjalaninya dengan nyaman.
Atau ummahat C, yang dalam keadaan hamil tua harus menjadi 'single mom' untuk kel i ma anaknya, karena suami harus menunaikan tugas iqamatuddin dalam jangka waktu yang tak bisa ditentukan. Membayangkan saja sepertinya repot dan berat.

Jangan Cengeng

Menjadi seorang muslimah yang memilih dakwah dan perjuangan sebagai bagian dalam agenda besar kehidupannya, tentu tak bisa menuruti kemanjaan dirinya. Apalagi bercengeng-cengeng ria dan larut dalam perasaan emosionalnya. Berbagai masalah yang mampir semestinya ia hadapi dengan tangguh dan optimis. Yakin akan pertolongan Allah dan bermental baja. Tidak mudah berputus asa serta tidak menyalahkan keadaan.

Fulanah misalnya, setiap menghadapi kerepotan-kerepotan berkaitan dengan tugas domestiknya dalam rumah tangga, sering kali ia menyalahkan suami yang tidak cukup punya banyak waktu untuk membantunya. Hal ini dikarenakan sang suami harus menghajatkan sebagian besar waktunya untuk kepentingan dakwah dan iqamatuddin. Tak jarang ketika menghadapi kerewelan dan tangisan sang anak yang masih balita, ia juga turut menangis putus asa. Pun ketika cucian menumpuk, rumah berantakan atau suami yang pergi pagi pulang petang bahkan kadang tak kunjung pulang, ia sering kali menangis.dan kecewa pada keadaan.
Padahal, sebagai seorang pendamping sosok rijal yang berjuang menegakkan din, seharusnya seorang istri bisa bersikap layaknya pejuang yang tak kenal lelah dan putus asa. Yakin bahwa dakwah dan iqamatuddin merupakan bagian dari idealisme pernikahan dan rumah tangga yang ia bina. Ia sadar, ia berbeda dengan 'istri-istri' lain pada umumnya.
Ia juga percaya, bahwa tetesan keringat dan kepenatan yang ia rasakan dalam mendampingi sang suami, bernilai besar di sisi Allah. Innallaha Iaa tukhliful mi'aad, Allah tidak mungkin ingkar janji. Baginya akan ada pahala dan balasan yang menanti. Sabar dan tegar. Itulah pilihan sikapnya dalam menjalani hidup sebagai istri pejuang.

Belajar dari Ibunda Hajar

Kisah ibunda Hajar seharusnya menginspirasi para akhawat untuk bersikap tangguh menghadapi ujian yang datang. Sosok istri Nabi sekaligus ibu dari seorang Nabi yang telah menunjukkan kekuatan iman sekaligus ketegaran yang luar biasa.

Nabi Ibrahim meninggalkan ibunda Hajar di sebuah padang pasir yang tandus. Tak ada air dan tak ada pula seorang pun yang menemaninya, selain Ismail kecil yang saat itu masih menyusu pada ibunya.
Nabi Ibrahim    hanya membekali keduanya dengan satu kantong kurma dan satu bejana berisi air. Kemudian Nabi Ibrahim as. pun pergi meninggalkan mereka. Hajar lalu mengejarnya dan bertanya, "Wahai Ibrahim as.) kemana engkau akan pergi? Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada siapapun dan tidak ada apa apa?" Hajar terus mengulang-ulang ucapannya dan mengejar Nabi Ibrahim. Karena tak kunjung ada jawaban, Hajar pun bertanya, "Apakah Allah yang memerintahkan ini kepadamu?" "Ya" jawab Nabi Ibrahim
Kemudian Siti Hajar berkata lagi, "Kalau begitu, Allah tidak akan menyianyiakan kami" ucap Hajar dengan yakin. Sementara itu, ibunda Hajar tetap menyusui anaknya dan minum dari air yang telah diberikan oleh Nabi Ibrahim. Sehingga ketika air yang ada dalam bejana itu telah habis, ia merasa haus dan begitu pula anaknya. Hajar merasa iba melihat Ismail yang kehausan. la kemudian pergi dan berusaha untuk mencari air. Ia pun naik ke bukit Shafa, sebuah bukit yang terdekat. Kemudian ia melihat sekeliling lembah dari atas bukit itu, sekiranya ia menemukan air. Tetapi ia tidak melihat air.

Kemudian ia turun dari bukit Shafa dan berlari-lari menuju bukit Marwa. la berdiri di atas bukit dan mengarahkan pandangannya ke sekelilingnya jikalau ia melihat air, tetapi ia tidak juga menemukannya. Hajar pun melakukan hal itu hingga 7 kali. Sungguh sebuah sikap yang tak kenal lelah dan mudah menyerah! Hingga akhirnya, dengan kekuasaan Allah, terpancarlah mata air zam-zam dengan derasnya. Keyakinan ibunda Hajar menjadi nyata, Allah tidak akan menyia-nyiakan dirinya dan anaknya.

Kekuatan iman dan kekuatan mental akan berpadu dalam melahirkan sikap sabar dan tangguh dalam menghadapi ujian hidup. Tak hanya ikhwan, akhwat pun juga harus bermental juang tinggi. Bukan mental yang cengeng, banyak mengeluh, berkeluh kesah, selalu menyalahkan keadaan/orang lain dan mudah menyerah. Ayyuhal akhawat, keep the fighting spirit!
15.16 | 4 komentar

FUTUR SETELAH MENIKAH

Written By Rudianto on Selasa, 10 Juli 2012 | 09.04

FULANAH merasa penat dan gelisah. Padahal ia baru setahun menjalani kehidupan barunya dalam berumah tangga. Seakan akan akan kehidupan yang ia jalani itu terasa berat sekali dan melelahkan, jika di bandingkan dengan kehidupanya sebelum menikah dulu. Pekerjaan rumah yang kian menumpuk dari mulai menyapu, mengepel, mencuci piring dan mencuci pakaian ( baik pakaianya sendiri maupun pakaian suaminya ), menyetrika baju, memasak dan membuat menu yang pas dan pekerjaan yang lainya, harus ia kerjakan setiap harinya tanpa pernah ada waktu libur atau cuti. Di tambah lagi setelah sebulan lebih setelah ia melangsungkan akad nikah dan walimah, dirinya telah di nyatakan positif berbadan dua. Ada dua perasaan dalam dirinya, senang karena perkawinannya membuahkan hasil ( ia beruntung di banding dengan tetangganya yang telah berumah tangga 15 tahun lebih belum di karuniai anak ). Akan tetapi ia juga sedih, karena beban tanggung jawabnya kian bertambah banyak dengan kehadiranya si mungil, dengan masih melekatnya pekerjaan rumah tangga sebelumnya.
Praktis waktu 24 jam yang ia miliki seolah olah masih sangat kurang. Ia merasakan semakin seabrek aktivitas harianya. Walaupun kadang sang suami membantu sebagian pekerjaannya itu meskipun tak banyak. Ia menyadari memang sang suami tak banyak ia harapkan untuk membantu meringankan beban dirinya, karena seharian sudah sibuk membanting tulang mencari nafkah dan juga sudah sibuk dengan aktivitas dakwahnya, bahkan tak jarang sang suami harus keluar kota karena ada suatu keperluan.
Itulah rutinitas monoton yang terus ia jalani setiap harinya. Sehingga membuat fisiknya layu dan jiwanya kering. Itulah fakta di lapangan yang sering terjadi.
Karena kesibukannya mengurus pekerjaan hariannya, jangankan untuk hadir di majelis ta'lim penyubur iman dan ilmu, mushaf Al Qur'an miliknya pun sudah lama tak ia sentuh dengan alasan kesibukanya itu.

Seorang muslimah atau pegiat amal Islami yang dulunya ia rajin mendatangi majelis majelis ta'lim, dan rakus dengan ibadah ibadah sunah, banyak berguguran justru di " Medan " mereka yang sesungguhnya.
Pernikahan yang seharusnya sebagai penggenap setengah dari diennya, justru menjadi kuburan bagi amal amal yaumiyahnya ( amal amal harianya ). Ya. Karena pekerjaan rumah tangganya sehari hari yang banyak menyita perhatianya itu sehingga lambat laun ia terjangkiti penyakit " FUTUR ". Seolah olah ia tidak tau apa yang harus ia perbuat untuk meringankan beban dirinya itu.
Jika hal tersebut di biarkan berlama lama, maka yang terjadi pada satu titik tertentu ia bisa berbelok 180 derajad. Keislamanya yang dulu sebelum menikah begitu bersemangat, lambat laun jika di biarkan akan pudar sedikit demi sedikit. Seakan akan orang yang telah di tarbiah ( kenal majelis majelis ilmu ) dengan orang yang tidak kenal Islam sama, tidak ada bedanya.
Dulunya ia berpakaian muslimah yang baik, akan tetapi karena penyakit futurnya yang telah parah, lambat laun jilbabnya yang dulunya besar sedikit demi sedikit mengecil dan hilang ( tak berjilbab sama sekali ).
Hal tersebut akan sangat mempengaruhi kerja dari sang suami dalam berdakwah. Tugas dakwah sang suami akan semakin berat dan bisa jadi pada satu titik sang suami juga akan sama seperti dirinya. Berhenti dari medan dakwah yang di gelutinya.
Fenomena yang demikian juga terjadi di tubuh ummat Islam hari ini.
Di era globalisasi, persaingan kerja semakin ketat, pertarungan al haq dan al batil semakin sengit, al batil semakin gencar dalam perang pemikiran dan terorganisir rapi, maka satu demi satu para pegiat amal Islami jatuh berguguran.
Bisa jadi hal tersebut di mulai dari dalam keluarganya sendiri ( keluarga si pegiat amal Islami itu ) yang kurang medapat perhatian yang serius.
Tak sedikit para aktivis Islam yang dulunya lantang menyuarakan al haq, lambat laun suaranya parau, taringnya patah, daya cengkramnya hilang dan cara pandangnya jadi kabur dan sempit, sehingga tak sedikit yang justru ikut bergabung di fihak al batil. Hal itu bermula karena dorongan dari sang istri yang telah terkena penyakit futur akut tadi ( stadium 5, kalau penyakit bukan lagi sangat parah ).

Hadirkan Hati

Pada dasarnya, seluruh pekerjaan rumah tangga yang sangat melelahkan adalah bagian dari rangkaian ibadah kepada Allah Ta'ala. Ibadah bukan hanya sebatas Rukun Islam saja. Akan tetapi amal ibadah di luar rukun Islam , sangat banyak sekali jenisnya dan juga tingkat ke afdholannya juga bertingkat tingkat. Adapun amal ibadah yang terdapat dalam rukun Islam hanyalah sebagai dasarnya saja dan sebagai salah satu contoh amal amal ibadah yang Allah syareatkan kepada manusia serta bukanlah mencakup keseluruhan dari amal ibadah Islam. Di luar rukun Islam ada perintah untuk memuliakan tamu, berbuat baik pada tetangga, berbuat baik pada kedua orang tua, dan masih banyak lagi. Itu yang harus di sadari.
Namun, sering kali hal ini kurang di sadari dan di maknai secara mendalam.
Kebanyakan orang awam mengira kalau sudah mengucapkan 2 kalimat syahadat, mendirikan sholat ( baik itu sholat wajib, maupun sholat sholat sunah yang lainnya ) dengan tertib, terakhir sudah berangkat Haji ( yang rizkinya berlimpah beberapa kali bahkan ) sudah bagus keislamannya. Merasa tiket masuk Jannah sudah dalam genggamannya.

Ironisnya jika ada orang yang memberitahukan amal amal ibadah yang lainnya yang harus ia kerjakan juga selain dari rukun Islam, ia mengernyitkan dahi, tak jarang karena kebodohannya akan Islam itu sendiri ia malah meradang. Ia merasa apa apa yang di beritahukannya itu sesuatu yang aneh, tidak lazim di lakukan di lingkungannya. Padahal dengan sikapnya itu ia malah dapat menutup pintu hidayah dan membuka selebar lebarnya pintu yang dapat membuat dirinya layu, mudah berputus asa menghadapi ujian hidup di dunia ini, sehingga seakan akan kehidupan yang di jalaninya sangat berat dan monoton. Dan pada titik tertentu stres dan putus asa akan hinggap pada dirinya ( bukan hanya penyakit futur ).
Hal itu berawal dari pandangannya mengenai makna ibadah yang sangat sempit.
Padahal Syaikhul Islam IbnuTaimiyyah mendefinisikan ibadah sangatlah luas sekali ( dengan bahasa yang mudah ) :
" Seluruh amal perbuatan manusia, baik itu yang dhohir maupun yang batin demi meraih kecintaan dan keridhoan Allah, dari manusia itu bangun tidur hingga ia tidur kembali adalah satu rangkaian dari ibadah ".
Jadi kesadaran itu penting, sedangkan kesadaran itu akan tumbuh manakala di dasari oleh ilmu yang benar. Rosulullah Saw berdakwah di Makkah 13 tahun adalah dakwah untuk menumbuhkan kesadaran dengan landasan aqidah. Karena Rosulullah Saw tau betul hakekat dienul Islam itu tanpa di dasari atas kesadaran adalah berat untuk di laksanakan oleh manusia dan tidak akan mampu merubah keadaan manusia itu sendiri.

Sadar, bahwa apa apa yang di lakukannya adalah bagian dari ibadah ( tentunya setelah ia mengetahui ilmunya dengan benar, tidak hanya ikhlas saja dan hanya ikut ikutan pada kebanyakan orang umum ). Sadar, bahwa seluruh manusia ( baik yang kafir maupun yang muslim ) di dalam mengarungi kehidupan ini berjalan di bawah derasnya ujian Allah atas manusia, kesusahan demi kesusahan akan datang silih berganti hingga ia menemui ajal.
Sadar, bahwa kesemuanya butuh proses, yang terkadang proses itu berjalan sangat lambat dan melelahkan, walaupun ia telah berusaha dengan sungguh sungguh ( apalagi yang tidak sungguh sungguh, akan lebih lambat lagi proses itu ), semuanya tidak bisa instan ( langsung jadi seperti membalikkan telapak tangan ) dan ia tau itu hukum sebab akibat yang telah Allah tetapkan bagi seluruh manusia di dunia ini.
Sadar, bahwa hidup di dunia ini adalah ladang amal, bukan ladang menerima hasil dari amal yang akan ia tuai besok diakherat kelak, sehingga apa apa yang ia dapatkan di dunia ini ( apakah kesenangan atau kesusahan ) bagaimana mewujudkan kata sabar dan kata syukur.
Memang setiap manusia mempunyai obsesi obsesi, keinginan demi keinginan, sesuatu yang mengenakkan, dan nyaman ( itu fitroh manusia ) akan tetapi ketetapan dan takdir Allah berlaku atas seluruh manusia, yang tiap tiap manusia kadarnya beda beda, yang terkadang manusia itu keluar dari satu takdir Allah akan tetapi masuk kepada takdir Allah yang lainnya.

Oleh karena itu orang yang sadar, ia akan menikmati kehidupannya di dunia ini yang ia jalani ( apa pun keadaannya).
Berkata Ibnu Qoyyim : " Orang yang selalu sadar ( untuk beribadah ) maka pekerjaan rutinitasnya adalah ibadah ( selalu bersemangat ) . Sedangkan orang yang lupa dan lalai maka amalan ibadahnya pun baginya hanyalah merupakan hal rutinitas dan kebiasaan saja ( semangatnya akan redup )".

Lakukanlah tugas tugas harian di dalam rumah tangga kita masing masing dengan penuh kerelaan dan kelapangan hati. Tanpa kehadiran hati, maka fisik kita yang bekerja tak ubahnya seperti robot. Seseorang yang beramal sholeh ( apa pun jenis amal perbuatannya setelah ia mengetahui ilmunya dengan benar ) dengan penuh kerelaan dan kelapangan hati, menandakan hatinya sehat. Dengan sehatnya hati tersebut yang akan menopang seluruh amal amal perbuatan yang akan ia kerjakan dengan ringan ( tau tau selesai sendiri, padahal diawal kelihatannya berat untuk di kerjakan ). Akan tetapi jika hatinya sakit ( ada penyakit, walaupun ia tau amal yang akan di kerjakannya ada dasar landasannya dan besar pahalanyadi sisi Allah ), maka ia akan merasa berat untuk mengerjakanya, dan kalaupun di paksa hatinya ada rasa mendongkol dan bibirnya ngomel sendiri ( hal tersebut sering terjadi pada diri kita ).
Nikmati saja aktivitas rutinitas kita sehari hari, karena peran yang kita jalan adalah sebuah anugrah dari Allah yang tidak di berikan kepada semua orang. Menjalaninya dengan penuh rasa syukur, akan membantu kita menemukan kebahagiaan hidup.
salah satu tanda di terimanya amal seseorang oleh Allah adalah dengan di mudahkannya ia melakukan amal yang yang lain, setelah amal perbuatan yang pertama selesai. Dan tanda tertolaknya amal seseorang oleh Allah, jika dirinya setelah melakukan amal sholeh, selanjutnya ia melakukan kemaksiatan, kedholiman, atau bahkan kebid'ahan dan kemusyrikan.

Bagi seorang muslimah, menikmati waktu waktu di rumah tanpa harus terjebak dengan hiruk pikuk dunia luar ( walaupun tak jarang karena kebutuhan ekonomi yang mendesak sang ibu juga ikut membantu sang suami mencari nafkah, demi tercukupinya kebutuhan sehari harinya ), nikmati waktu memasak dengan memvariasi menu dan menata rumah dengan penuh artistik, menikmati waktu bercengkrama dengan anak anak dan ikut bermain bersama mereka ( mengarahkan), yang kesemuanya itu akan menambah keindahan hidup kita.
Bagi sang ayah, menikmati pekerjaannya dan bersungguh sungguh dalam mencari nafkah keluarga, menikmati aktivitas dakwahnya ( karena beban tugas menyampaikan al haq secara terus terang adalah salah satu tugas yang harus di laksanakannya pula ), dan menikmati saat saat bersama keluarga di sela sela kesibukannya mencari nafkah dan berdakwahnya yang banyak menyita waktu ( karena tarbiah di mulai dari keluarganya terlebih dulu ), ia manfaatkan semua itu dengan maksimal.

Kisah Fatimah putri Rosulullah Saw seharusnya menjadi bahan renungan bagi kita semua ( para pegiat amal Islami hari ini umumnya, khususnya para muslimah ).
Ia harus menggiling gandum sendiri untuk di buat kue hingga membekas tebal di telapak tangannya. Putri Nabi dan istri sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib r.a, harus menggiling, membuat adonan roti sendiri dan melaksanakan pekerjaan rumah tangganya. Yang suatu ketika ia meminta pembantu kepada sang ayahandanya untuk sedikit meringankan beban pekerjaannya sehari hari. Sang ayah ( Rosulullah Saw ) menawarkan kepada putrinya itu sesuatu yang lebih baik dari sekedar yang dimintanya itu.  "  Maukah kamu berdua  aku tunjukkan  yang lebih baik dari  pada  seorang pembantu? Bila kalian berdua hendak berbaring di tempat tidur kalian, bertakbirlah 34 kali, bertahmidlah 33 kali, dan bertasbihlah 33 kali. Maka yang demikian itu jauh lebih baik bagi kalian dari pada apa yang kalian minta".

Itulah wasiat Rosulullah kepada putrinya, Fatimah r.a, pemimpin para wanita penghuni jannah. Bisa saja Rosulullah Saw memenuhi permintaan putrinya itu, akan tetapi Rosulullah Saw tau, dengan memberikannya seorang pembantu rumah tangga bagi putrinya itu bukanlah menyelesaikan permasalahan yang di hadapi putrinya itu setiap hari, karena kehidupan manusia hakekatnya selalu di liputi oleh permasalahan demi permasalahan ( senantiasa datang silih berganti apakah masalah yang sepele atau serius) sampai manusianya itu menemui kematian, sehingga Rosulullah Saw menyarankan untuk minta kepada Dzat pembuat ujian ujian bagi manusia yaitu Allah Tabaroka Wata'ala, dengan perantaraan amal sholeh yaitu dzikir kepada Allah sebelum tidur, yang dengan dzikir tersebut manfaatnya dapat menenangkan hati dan pikiran.
Dengan ketenangan hati dan pikiran itu keletihan yang dirasakan oleh jasad akan reda. Lain halnya jika badan  tak melakukan kegiatan berat ( kelihatannya santai dan banyak istirahatnya ), akan tetapi hati gundah gulana dan fikirannya selalu berkecamuk, maka ia tidak dapat tidur, makan tidak enak, seluruh kemudahan fasilitas yang menunjang kehidupanya tidak dapat ia rasakan.
Oleh karena itu Rosulullah Saw memberikan pada putrinya itu sesuatu yang paripurna dan awet.

Siasati dengan Baik



Islam adalah aturan dari Allah untuk manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Artinya seluruh permasalahan hidup manusia dapat di pecahkan dan di selesaikan di dalam Islam secara sempurna, yang hal tersebut tidak dapat di temui pada dien dien yang lain. Setelah seseorang mengucapkan 2 kalimat syahadat, maka pada saat itu juga kewajiban atas dirinya untuk melakukan dan menjalankan amalan amalan yang di tuntut oleh Islam. Seluruh amal amal yang di tuntut oleh Islam untuk dikerjakan oleh orang yang telah mengucapkan 2 kalimat syahadat tadi terangkum dalam satu kata yaitu Ibadah. Ibadah itu sendiri sebagai bentuk ujian keimanan dari Allah atas manusia sebagaimana firman Allah dalam QS: Al Mulk 2:
" Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang paling baik amalnya". ( QS: Al Mulk 2)

Di samping sebagai bentuk ujian, ibadah berfungsi sebagai penenang hati dan fikiran manusia jika di kerjakan dengan penuh keikhlasan dan menurut kaidah kaidah syar'i ( tidak menambah nambah atau mengurangi sesuai akal dan nafsu ).
Oleh sebab itu di sela sela kesibukan kita ( apakah itu pekerjaan rumah tangga harian yang ndak habis habis, juga kesibukan bekerja mencari nafkah, sertakesibukan berdakwah ), masih banyak peluang untuk menjaring amal ibadah.  Prioritaskan yang wajib terlebih dulu, baru yang sunah.
Maksimalkan kualitas sholat lima waktu dengan penuh kekhuyu'an. Khusyu' artinya tepat waktu, berjama'ah, bagi laki laki di lakukan di masjid ( apapun kesibukan kita, kita penuhi panggilan sholat tersebut ), dan tuma'ninah. Kelihatanya ringan di kerjakan, akan tetapi pada prakteknya sangat berat dikerjakan ( walaupun hanya sekedar sholat lima waktu saja ).
Ibarat mandi lima kali sehari, sholat menjadi penyegar jiwa kita sehari hari. Oleh sebab itu pernah suatu kali Rosulullah Saw bersabda pada sahabat Bilal r.a : " Istirahatkam kami, wahai Bilal dengan sholat".

Manfaatkanlah sepertiga malam terakhir kita dengan qiyamullail, tilawah , dzikir dan muhasabah. Mengapa bulan Romadhon begitu indah, karena di sana ada qiyamullail atau dengan bahasa yang lain qiyamurromadhon, atau sholat terawih, makanya orang melakukan akitivitas sehari hari begitu ringan ( walau perut dalam keadaan kosong ).
Apakah hal tersebut hanya berlaku pada bulan Romadhon saja? Tidak. Bulan bulan yang lainnya pun sama. Artinya orang yang pada malam harinya ia melakukan qiyamullail, maka pada pagi harinya ia melakukan aktivitas akan terasa ringan. Beda dengan orang yang semalaman ia terbuai mimpi di tempat tidur hingga waktu subuhnya terlambat, seakan akan aktivitas harianya terasa monoton.
Sempatkanlah sholat dhuha meskipun hanya dua rekaat.Rajinnya seseorang mendirikan sholat dhuha dan rajin sholat malam, bukannya agar rizkinya di pagi hari jadi lancar dan bertambah banyak. Seandainya Allah mengujinya dengan kesempitan rizki, yang pada mulanya ia di karuniai kelapangan rizki ( kebetulan atau tidak ia rajin sholat malam dan sholat dhuha , ia mengira dengan hal tersebut rizkinya lancar ), lantas dengan kesempitan rizki ( pada waktu yang panjang ) apakah ia akan menghentikan sholat malamnya dan sholat dhuhanya?. Hal itu yang harus di luruskan niatnya.
 Ruas ruas persendian kita pada satu riwayat ada 360 persendian, yang kesemuanya itu haruslah di shodaqohi. Cukup dengan 2 rekaat sholat dhuha telah terbayar lunas. Di samping, sebagai pemberat timbangan amal kita besok di hari kiamat, sholat malam dan sholat dhuha juga sebagai sarana penenang hati yang paling efektif di sela sela kesibukan kita sehari hari.

Anak rewel ?, dakwah Islamiyah di halang halangi?,  permasalahan selalu menyapa kita?, Okelah kalau itu permasalahan yang sedang kita hadapi, akan tetapi tidak setiap saatkan anak rewel, tak setiap saat dakwah di rintangi,dan tidak setiap saat ada masalah menghampiri kita kan ? Sesuaikan saja dengan kondisi kita yang ada ( setiap orang kondisinya lain lain ). Allah Tabaroka Wata'ala paling tahu, apakah kita benar benar berudzur atau hanya beralasan saja.
Sambil menyelam minum air.
Hal itu juga dapat kita terapkan dengan mendengarkan murottal dan ceramah Islam sambil kita beraktivitas. Asalkan harus benar benar di dengarkan dan di perhatikan betul, bukan sambil lalu. Begitu juga dengan dzikir, tentu bisa di lakukan dengan menyapu lantai atau yang lainnya.
Ibarat sinyal dan telepon seluler. Hp tidak bisa di gunakan jika tidak ada sinyal. Begitu juga dengan tilawah Qur'an ( baik itu di baca atau mendengarkan saja ) dan dzikir, ibarat hati kita dengan Allah Ta'ala ada sinyal yang selalu nyambung, sehingga hati kita jadi sehat dan hidup.
Luangkanlah waktu ba'da isya' atau ba'da subuh untuk saling berbagi permasalahan, dan saling memberikan tausiyah antara suami dan Istri. Termasuk pula membicarakan bagi diri kita untuk ikut hadir di majelis ta'lim yang ada di luar.
Hal itu bisa di ibaratkan kebutuhan jasad kita dari makanan pokok sehari hari kita. Tubuh akan lemas dan tidak bertenaga jika kita kurang makan. Begitu pula dengan hati. Hati akan layu dan mati serta mengeras bagai batu, jika jarang atau tidak pernah mendapat siraman rokhani, atau jarang mendengarkan tausiah tausiah.

Kesemuanya akan terasa ringan jika di kerjakan sedikit demi sedikit, tetapi rutin. Karena Rosulullah Saw bersabda : " Amalan yang paling di cintai Allah Azza Wajalla adalah amalan yang kontinyu walaupun sedikit". ( HR. Muslim )
Dari hadist tersebut ada hal yang menarik jika mau melaksanakan artinya dalam diri kita akan muncul perasaan selalu ingin menambah dan menambah amalan hingga pada satu titik jenuh menghampiri kita. Jika kita pada satu titik jenuh, maka kita ulangi asmalan tersebut dari awal lagi.
Contoh:
Setelah kita melaksanakan sholat ( maghrib misal ), di samping tepat waktu dan berjama'ah sempatkanlah dzikir ba'da sholat, lalu 2 rekaat sesudahnya, sesudah itu kita lanjutkan baca Qur'an 10 ayat saja ( ndak usah banyak banyak ). Hal itu kita lakukan sesudah sholat maghrib saja dengan sempurna, sedangkan 4 waktu yang lain tidak ( hanya dzikir saja dan berdo'a sesudahnya ). Akan tetapi kita lakukan seminggu saja. dengan catatan amalan tersebut jangan di tambah dan jangan dikurangi ( 2 rekaat sesudah sholat maghrib jangan di hilangkan dan membaca 10 ayat jangan di tambah ). Pastilah hati kita ada rasa ingin menambah amalan tersebut.
Apakah itu sholat sunahnya ( tidak hanya pada setelah sholat maghrib saja ) atau bacaan ayat yang hanya sepuluh ayat itu. Jika kita ingin menambah tambah saja sholat sunahnya setelah sholat Isya' ( 3 waktu yang lain tidak ) dan bacaan 10 ayat setelah sholat maghrib serta 2 rekaat setelah maghrib harus masih tetap jalan. Hal itu kita lakukan selama seminggu pula. Pastilah kita akan merasa ingin menambah amalan lagi dan menambah amalan lagi. begitu seterusnya.

Dan sebagai penutup. Sebuah hal yang wajar terjadi pada diri kita, jika kita merasa lelah, jenuh dan bosan. kita adalah manusia biasa yang semuanya mempunyai tabiat begitu. Jangankan diri kita, pun para sahabat rodhiyallahu 'anhum mengalami dan merasakan hal tersebut ( lelah jenuh dan bosan ). Yang penting, segera kita atasi perasaan tersebut.
Medan rumah tangga adalah medan tempur yang sebenarnya bagi seorang muslimah. Menjadi Istri dan ibu adalah pembuktian keistiqamahan.
Medan dakwah yang terjal dan penuh dengan hambatan adalah medan tempur bagi para pegiat amal Islami, jika kita mundur kebelakang, maka janji Allah pada QS: Al Maidah 54, Allah Ta'ala akan mengganti diri kita ( yang tidak mau membela dienullah di muka bumi )  dengan kaum yang lain yang lebih baik dari kita, sehingga kita sendiri yang akan merugi di akherat kelak.

" Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan ( pula ) menyerah ( kepada musuh ) ". ( QS: Ali Imran 146 )
" ( Kami jelaskan yang demikian itu ) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang di berikan Nya kepadamu" . ( QS: Al Hadid 23 )

Marilah kita jawab tantangan ini. Futur setelah menikah ? No Way ! Biidznillah. Karena segala sesuatu kekuatannya dari Allah semata.

Wallahu a'lam bisshowwab.
09.04 | 4 komentar
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahu. (QS. Al-Baqarah:261)

DONASI

TEBAR DAKWAH FILM ISLAM

Teknik Support Streaming

DJ ONLINE

IP

Visitor

free counters

TAFSIR IBNU KATSIR

NURIS TV

AGENDA TV

STREAMING RADIO RUQO FM

STREAMING RADIO RUQO FM
Radio Dakwah Ruqyah Syariyyah

RUQO FM

Server Luar Negeri

Dengarkan Nurisfm Disini

Total Tayangan Halaman

Pengunjung