Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^
Tampilkan postingan dengan label Tazkiyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tazkiyah. Tampilkan semua postingan

KEHADIRAN HATI SAAT BEDOA

Written By Rudianto on Rabu, 13 Desember 2017 | 07.19

📿 *KEHADIRAN HATI SAAT BEDOA*📿

☝🏻Bila kehadiran hati digabungkan bersama doa dan juga menyatu dengan apa yang diinginkan, ditambah lagi bertepatan dengan waktu mustajab yang enam, yaitu; sepertiga malam yang akhir, saat adzan, antara adzan dan iqamat, sesudah shalat fardhu, saat imam naik mimbar pada Hari Jum'at hingga shalat ditunaikan, dan saat terakhir sesudah Ashar di Hari Jum'at; ditambah bertepatan dengan:

🖊 Kekhusyu'an hati, kerendahan, kepasrahan, ketundukan dan kekhawatirannya di hadapan Allah.

🖊 Orang yang berdoa menghadap kiblat. . Dalam keadaan suci. . Mengangkat kedua tangannya kepada Allah.

🖊 Mengawali doanya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah.

🖊 Yang disambung dengan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam hamba Allah dan RasulNya.

🖊 Kemudian dia memberikan pendahuluan pada hajatnya dengan taubat dan istighfar.

🖊 Kemudian memohon kepada Allah dan meminta kepadaNya berulang-ulang, berdoa dan merendahkan diri di hadapanNya dengan penuh harap dan cemas.

🖊 Bertawasul kepadaNya dengan Nama-nama, Sifat-sifat, dan tauhidNya.

🖊 Membuka doanya dengan sedekah.

🖊 Maka doa seperti ini hampir-hampir tidak tertolak selamanya, apalagi bila ia berisi doa-doa yang telah dinyatakan oleh Nabi shallallāhu Alaihi Wasallam bahwa ia berpeluang kuat untuk dikabulkan atau ia mengandung Nama Allah yang paling agung.

Di antaranya adalah hadits dalam as-Sunnan dan Shahih Ibnu Hibban, dari hadits Abdullah bin Buraidah, dari bapaknya radhiyallahu anhu,

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ مَالِكِ بْنِ مِغْوَلٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ فَقَالَ لَقَدْ سَأَلْتَ اللَّهَ بِالِاسْمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ خَالِدٍ الرَّقِّيِّ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ حُبَابٍ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ مِغْوَلٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ فِيهِ لَقَدْ سَأَلْتَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ

📜Telah menceritakan kepada Kami Musaddad telah menceritakan kepada Kami Yahya dari Malik bin Mighwal telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Buraidah dari ayahnya bahwa Rasulullah ﷺ mendengar seorang laki-laki mengucapkan; *ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA ANNII ASYHADU ANNAKA ANTALLAAHU LAA ILAAHA ILLAA ANTA Al AHAD, ASH SHAMAD ALLADZII LAM YALID WA LAM YUULAD WA LAM YAKUN LAHU KUFUWAN AHAD* _(ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dengan bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau Dzat Yang Maha Esa dan tempat bergantung Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada seorang pun yang menandingi-Nya)._ Kemudian beliau berkata: _"Sungguh engkau telah meminta kepada Allah dengan perantara nama yang apabila Dia diminta dengannya pasti Dia akan mengabulkan."_ Telah menceritakan kepada Kami Abdurrahman bin Khalid Ar Raqqi, telah menceritakan kepada Kami Zaid bin Hubbab, telah menceritakan kepada Kami kepada Kami Malik bin Mighwal dengan hadits ini dan padanya beliau bersabda: _"Sungguh engkau telah meminta kepada Allah dengan namaNya yang agung."_
(Diriwayatkan oleh Abu-Dawud No 1493, At Tirmidzi no. 3475, An Nasai dalam Sunan Al Kubro no. 1998, Ibnu Majah No. 3857 dan Ibu Hibban no. 891)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنْ الظَّالِمِينَ فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ مَرَّةً عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ سَعْدٍ وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ عَنْ أَبِيهِ وَقَدْ رَوَى غَيْرُ وَاحِدٍ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ يُونُسَ بْنِ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ سَعْدٍ وَلَمْ يَذْكُرُوا فِيهِ عَنْ أَبِيهِ وَرَوَى بَعْضُهُمْ وَهُوَ أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ عَنْ يُونُسَ بْنِ أَبِي إِسْحَقَ فَقَالُوا عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدٍ نَحْوَ رِوَايَةِ ابْنِ يُوسُفَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَعْدٍ وَكَانَ يُونُسُ بْنُ أَبِي إِسْحَقَ رُبَّمَا ذَكَرَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ عَنْ أَبِيهِ وَرُبَّمَا لَمْ يَذْكُرْهُ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Yunus bin Abu Ishaq dari Ibrahim bin Muhammad bin Sa'd dari ayahnya dari Sa'd ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: *"Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah; LAA ILAHA ILLA ANTA KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya).*

Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya."

Muhammad bin Yahya berkata; berkata Muhammad bin Yusuf suatu kali dari Ibrahim bin Muhammad bin Sa'd dari Sa'd dan ia tidak menyebutkan padanya dari ayahnya. Dan hadits ini telah diriwayatkan lebih dari satu orang dari Yunus bin Abu Ishaq dari Ibrahim bin Muhammad bin Sa'd dari Sa'd dan mereka tidak menyebutkan padanya dari ayahnya. Dan sebagian mereka yaitu Abu Ahmad Az Zubairi telah meriwayatkan dari Yunus bin Abu Ishaq lalu mereka berkata dari Ibrahim bin Muhammad bin Sa'ad seperti riwayat Ibnu Yusuf dari ayahnya dari Sa'ad. dan terkadang Yunus bin Abu Ishaq menyebutkan dalam hadits ini dari ayahnya, dan terkadang tidak menyebutkan nya. (Diriwayatkan oleh At Tirmidzi no. 3505 dan Al Hakim, 1/505)

🎙حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ هِشَامِ بْنِ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ عِنْدَ الْكَرْبِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ وَقَالَ وَهْبٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ مِثْلَهُ

📜Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari Hisyam bin Abu Abdullah dari Qatadah dari Abu 'Aliyah dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah ﷺ biasa berdo'a ketika dalam kesulitan, beliau mengucapkan: *"LAA ILAAHA ILLALLAHUL 'ADZIIM AL HALIIM LAA ILAAHA ILLALLAH RABBUL 'ARSYIL 'AZHIIM, LAA ILAAHA ILLALLAH RABBUS SAMAAWATI WA RABBUL ARDLI WA RABBUL ASRSYL KARIIM* _(Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Agung dan Maha Penyantun. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Penguasa arasy yang agung. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan langit dan bumi serta Tuhan arasy yang mulia)."_ Dan berkata Wahb telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qatadah seperti itu.
(Diriwayatkan oleh Bukhari no. 6345 dan Muslim no. 2730)

🎙حَدَّثَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا فُضَيْلُ بْنُ مَرْزُوقٍ حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ الْجُهَنِيُّ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قَالَ عَبْدٌ قَطُّ إِذَا أَصَابَهُ هَمٌّ وَحَزَنٌ اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي إِلَّا أَذْهَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمَّهُ وَأَبْدَلَهُ مَكَانَ حُزْنِهِ فَرَحًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ يَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَتَعَلَّمَ هَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ قَالَ أَجَلْ يَنْبَغِي لِمَنْ سَمِعَهُنَّ أَنْ يَتَعَلَّمَهُنَّ

📜Telah menceritakan kepada kami Yazid telah mengabarkan kepada kami Fudlail bin Marzuq telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Al Juhani dari Al Qosim bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abdullah ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidaklah seorang hamba pun ketika dilanda sakit dan sedih lalu mengucapkan; *ALLAHUMMA INNI 'ABDUKA WABNU 'ABDIKA WABNU AMMATIKA, NASHIYATI BIYADIKA MADLIN FI HUKMIKA 'ADLUN FI QADLA`UKA, AS`ALUKA BIKULLI ISMIN HUWA LAKA SAMMAITUKA BIHI NAFSAKA AU ANZALTAHU FI KITABIKA AU 'ALLAMTAHU AHADAN MIN KHALQIKA AU ISTA`TSARTA BIHI FI 'ILMIL GHAIB 'INDAKA AN TAJ'ALAL QUR`AN RABI'A QALBI WA NURA SHADRI WA JILA`A HUZNI WA DZAHAABA HAMMI ILLA ADZHAMALLAHU 'azza wajalla HAMMAHU WA ABDALAHU MAKANA HUZNIHI FARAHAN*. _(Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hambaMu, (Adam) dan anak hamba perempuanMu (Hawa), ubun-ubunku di tanganMu, keputusanMu berlaku padaku, qadlaMu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam kitabMu. Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau khususkan untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al Qur'an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihan), kecuali Allah 'azza wajalla akan menghilangkan kesedihan dan menggantikan kedukaan menjadi kebahagiaan."_ Mereka bertanya; Wahai Rasulullah, sepantasnyalah kami mempelajari kalimat-kalimat itu. Beliau menjawab: "Benar, sepantasnya orang yang mendengarnya untuk mempelajarinya."
(Al Musnad 1/391,452)

✒ *((Ibnul Qayyim Al Jauziyyah , “ Mukhtasar Ad-Da' wad Dawa “,))* 📚

--------🌴🌴🌴--------
📻 *KCRT Channel*

| www.kisahruqyah.com
| www.inforuqyah.com
| www.ibnukatsironline.com
|www.abuazkacollection.blogspot.com

---------- 🌴🌴🌴 -----------

🛍 *WhatsApp@Kcrtangerang*
  +62 857 1686 3625

07.19 | 0 komentar

Obat Penyakit Hati

Written By Rudianto on Kamis, 07 Desember 2017 | 17.03

📚 Seri Kajian Kitab Ighatsatul Lahfan - Menyelamatkan Hati dari Tipu Daya Setan

Bagian 3
*Obat Penyakit Hati*

*Obat Alami dan Syar'i Penyakit Hati*

Penyakit hati ada dua macam. *Pertama*, penyakit yang tidak dirasakan sama sekali oleh pemilik hati itu, misalnya penyakit _jahl_ (kebodohan) dan _syubhat_ (syubhat) atau _syukuuk_ (keraguan).

Sebenarnya, penyakit inilah yang menjadikan si sakit lebih menderita. Tetapi karena kerusakan hati, ia tidak merasakan penderitaan, juga karena kebodohan dan hawa nafsu membuatnya tidak mampu merasakannya. Bagaimana tidak, sedangkan penderitaan itu benar-benar ada, hanya saja ia terhalang darinya, karena disibukkan dengan kebalikannya. Di antara dua macam penyakit hati, penyakit inilah yang lebih berbahaya dan sulit disembuhkan. Yang bisa mengobati adalah para rasul dan pengikut-pengikut mereka. Merekalah dokter penyakit ini.

*Kedua*, penyakit yang bisa langsung dirasakan, seperti kecemasan, kesedihan, kesusahan dan kemarahan. Penyakit ini bisa hilang dengan obat-obat alami, misalnya dengan membuang faktor penyebabnya atau dengan menggunakan kebalikan dan penghilang faktor penyebab tersebut. Hati memang bisa sakit dan menderita disebabkan oleh penyakit dan penderitaan yang menimpa badan, sebagaimana badan seringkali mengalami sakit dan menderita karena penyakit dan penderitaan yang menimpa hati.

Jadi, penyakit hati yang bisa hilang dengan obat-obat alami adalah sejenis penyakit jasmani. Penyakit ini semata, mungkin tidak mengakibatkan seseorang menderita dan disiksa setelah mati. Adapun penyakit hati yang hanya bisa dihilangkan dengan obat - _iman Nabawi_ (yang disebut dengan obat-obat syar'i)  itulah yang menyebabkan seseorang ditimpa kesengsaraan dan siksa yang kekal, jika ia tidak memperoleh obat yang membasminya. Bila memakai obat-obatan tersebut, ia akan memperoleh kesembuhan.

Karena itu, orang Arab biasa mengatakan, _syifaa ghaizhahu_ (Yang secara harfiah bisa diartikan sebagai “Ia telah menyembuhkan kemarahannya") Apabila seseorang dikalahkan oleh musuh, ia merasa menderita, tetapi ketika telah berhasil melakukan pembalasan, hatinya menjadi sembuh. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ
وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ ۗ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tanganmu dan Dia akan menghina mereka dan menolongmu (dengan kemenangan) atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman, dan Dia menghilangkan kemarahan hati mereka (orang mukmin). Dan Allah menerima tobat orang yang Dia kehendaki. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
(Surat At-Taubah, Ayat 14-15)

Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan kaum mukmin untuk memerangi musuh mereka. Allah memberitahu mereka bahwa hal itu mengandung enam faedah.

Jadi, kemarahan itu menyakitkan hati, sedangkan pengobatannya adalah dengan membuangnya. Jika seseorang yang marah mengobati kemarahannya dengan kebenaran, niscaya ia memperoleh kesembuhan Tetapi jika ia mengobati kemarahan itu dengan kezaliman dan kebatilan, niscaya akan bertambah sakit, meskipun ia mengira akan sembuh. Sebagaimana orang yang terkena penyakit asmara, mengobatinya dengan melakukan perbuatan dosa dengan orang yang dicintainya maka hal itu akan memperparah penyakitnya, bahkan akan menimbulkan penyakit lain pada dirinya yang lebih sulit daripada penyakit mabuk cinta, sebagaimana yang akan dijelaskan, insya Allah.

Demikian halnya kesedihan dan kesusahan. Keduanya merupakan penyakit hati. Ia bisa disembuhkan dengan kebalikannya, yaitu kegembiraan. Bila kegembiraan itu diwujudkan dengan sarana kebenaran maka hati akan sembuh dan sehat. Tetapi bila dilakukan dengan menggunakan kebatilan, maka penyakit tersebut hanya tertutup, tetapi tidak hilang, bahkan mengakibatkan timbulnya penyakit-penyakit lain yang lebih sulit dan berbahaya.

Demikian halnya kebodohan. Ia merupakan penyakit yang menjadikan hati menderita. Ada manusia yang mengobatinya dengan ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat. Dengan ilmu-ilmu itu, ia merasa telah sembuh dari penyakit, padahal ilmu-ilmu itu pada hakikatnya justru menambah penyakitnya. Hanya saja, ia disibukkan oleh ilmu-ilmu tersebut, sehingga tidak bisa merasakan penderitaan yang tersembunyi di dalam dirinya, dikarenakan ketidaktahuannya tentang ilmu-ilmu yang bermanfaat, yang merupakan syarat bagi kesembuhannya. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda mengenai orang-orang bodoh yang berfatwa, sehingga orang yang bertanya mati akibat fatwa mereka:

_"Mereka telah membunuhnya, Allah pasti membinasakan mereka. Mengapakah mereka tidak bertanya jika tidak mengetahui? Karena, obat kebodohan adalah bertanya.”_ (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Darimi, Ahmad, Hakim, Baihaqi, Ibnu Hiban dalam Shahihnya, Ibnu Khuzaimah Daruqutni, Abdurazak, Ibnu Jarud dan Thabrani.)

Dalam hadits di atas, beliau menyebut kebodohan sebagai penyakit yang bisa disembuhkan dengan bertanya kepada orang-orang berilmu.

Demikian halnya orang yang ragu-ragu dan bimbang mengenai sesuatu. Hatinya merasakan penderitaan, sampai ia memperoleh ilmu dan keyakinan. Karena penderitaan ini menimbulkan panas padanya maka orang yang berhasil memperoleh keyakinan dinyatakan dengan _“tsalaja qalbuha”_ (Secara harfiah bisa diartikan “Hatinya telah dingin”) atau
_“hashala lahu bardul yaqin”_ (Secara harfiah bisa diartikan "Ia telah memperoleh dinginnya keyakinan) . Ia juga merasakan kesempitan disebabkan oleh kebodohan dan kesesatannya dari jalan yang lurus, sebaliknya merasakaan kelapangan dengan petunjuk dan ilmu. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: _“Barangsiapa Allah kehendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit...”_ (Al-An'am [6]: 125)

Insya Allah, akan ada pembahasan tersendiri mengenai penyakit sempit dada, berikut penyebab dan penyembuhannya.

Yang perlu ditekankan adalah bahwa di antara penyakit-penyakit hati tersebut, ada yang bisa hilang dengan obat-obat alami dan ada pula yang tidak bisa hilang kecuali dengan obat-obat _syar'i imani_. Hati bisa hidup, mati, sakit dan sembuh. Itu semua lebih penting daripada hidup, mati, sakit dan sembuhnya badan. Hanya Allah yang berkuasa mengaruniakan taufik.

•┈◎❅◎❀🌺❀◎❅◎┈•

✍ *Ighatsatul Lahfan - Ibn Qayyim Al Jauziyyah*

*➡ Repost By*
Rudi Abu azka

*🔍kunjungi my blog:*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
*🌏https:// abuazkacollection.blogspot.com*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
*🔍Fanspage :*
*🌏https://www.facebook.com/ibnukatsironline/*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

*Silahkan Bagikan Artikel Ini Dengan Tidak merubah Isi Artikel, Semoga Menjadi Amal Jariyyah*

*وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*

17.03 | 0 komentar

Penyebab Penyakit Jasmani dan Penyakit Hati

Written By Rudianto on Selasa, 05 Desember 2017 | 22.12

📚 Seri Kajian Kitab Ighatsatul Lahfan - Menyelamatkan Hati dari Tipu Daya Setan

*Penyebab Penyakit Jasmani dan Penyakit Hati*

Badan yang sakit adalah yang tidak sehat, kondisinya tidak normal disebabkan oleh terjadinya kerusakan yang merusak indra dan fungsi normalnya. Mungkin kemampuan indranya hilang sama sekali, seperti buta, tuli dan buntung. Atau barangkali berkurang disebabkan oleh kelemahan alat indra, sekalipun masih berfungsi. Atau barangkali tetap mampu mengindra sesuatu, tetapi berbeda dari yang semestinya, misalnya ia merasakan sesuatu yang manis menjadi pahit, yang baik menjadi buruk dan yang buruk menjadi baik.

Contoh kerusakan fungsi normal adalah seperti melemahnya kemampuan mencerna, memegang, mendorong dan menarik, sehingga ia menderita sakit sesuai dengan kadar ketidaknormalannya. Meskipun demikian, ia tidak sampai mati. Ia masih memiliki semacam kekuatan untuk mengindra dan berfungsi.

Ketidak normalan ini disebabkan oleh kerusakan kammiyah (kuantitas) atau kaifiyah (kualitas).

Kerusakan pertama terjadi disebabkan oleh kekurangan unsur sehingga memerlukan penambahan atau karena kelebihan unsur sehingga memerlukan pengurangan.

Adapun kerusakan kedua terjadi karena terlalu panas, terlalu dingin, terlalu basah, atau terlalu kering. Bisa pula karena keempat hal tersebut kurang dari kadar normal, sehingga perlu mendapatkan pengobatan sesuai dengan kebutuhan.

Pangkal kesehatan adalah menjaga stamina, menghindarkan diri dari faktor penyebab sakit dan membuang unsur yang rusak. Perhatian dokter senantiasa berkisar pada ketiga hal mendasar ini. Ketiganya telah terkandung dalam Al-Qur’an dan ditunjukkan oleh “Yang menurunkannya sebagai obat dan rahmat”.

Mengenai penjagaan stamina, Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memerintahkan musafir atau orang yang sakit untuk berbuka pada bulan Ramadhan. Musafir akan mengganti puasa apabila telah kembali dari bepergian, sedangkan orang yang sakit menggantinya setelah sembuh. Ini demi menjaga stamina mereka. Sebab, puasa bisa menyebabkan orang yang sakit semakin lemah, sedangkan musalir perlu meningkatkan stamina disebabkan oleh beratnya perjalanan, padahal puasa justru melemahkannya.

Mengenai penghindaran diri dari faktor penyebab sakit, Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah melarang orang yang sakit menggunakan air dingin ketika berwudhu dan mandi, apabila hal itu membahayakannya. Allah memerintahkannya agar bertayamum untuk menghindari sakit yang bisa mengancam kesehatan fisiknya. Maka bagaimana pula dengan sakit yang bisa mengancam kesehatan batinnya?

Adapun mengenai pembuangan unsur yang rusak, Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memperbolehkan orang yang melakukan ihram, yang ada gangguan penyakit pada kepalanya, untuk mencukur rambutnya. Dengan pencukuran tersebut, uap-uap yang mengganggu kesehatannya akan hilang. Ini merupakan cara pembuangan yang paling mudah dan ringan. Dengan ini, Allah telah mengingatkan kepada cara pembuangan lain yang lebih dibutuhkan.
Saya pernah membicarakan hal ini dengan salah seorang tabib (dokter) terkemuka di Mesir, lalu ia berkata, “Demi Allah, sekiranya saya melakukan perjalanan ke Barat untuk mengetahui faedah ini niscaya itu merupakan perjalanan yang kecil,” atau sebagaimana yang dikatakannya.

Bila ini telah diketahui maka akan diketahui pula bahwa hati itu membutuhkan tiga hal:

1. Sesuatu yang bisa menjaga staminanya, yaitu iman dan wirid-wirid yang dibaca setiap hari.

2. Perlindungan dari faktor-faktor yang membahayakannya. Itu dilakukan dengan menjauhi dosa, maksiat dan pelanggaran.

3. Pembersihan dari segala unsur rusak yang timbul padanya. Itu dilakukan dengan melakukan taubat yang sebenar-benarnya dan memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pengampun.

Penyakit hati adalah sejenis kerusakan yang terjadi padanya, yang akhirnya merusak penglihatan dan keinginannya terhadap kebenaran. Ia tidak melihat kebenaran sebagai kebenaran, tetapi sebagai kebalikannya atau daya penglihatannya berkurang. Kehendaknya terhadap kebenaran juga rusak, sehingga ia membenci kebenaran yang bermanfaat, mencintai kebatilan yang berbahaya, atau keduaduanya bercampur aduk padanya dan inilah yang terjadi pada umumnya.

Karena itu, kata _al-maradh_ (penyakit), kadang-kadang ditafsirkan dengan _asy-syakk_ dan _ar-rayb_ (keraguan), sebagaimana perkataan Mujahid dan Qatadah dalam menafsirkan firman Allah: _fii quluubihim maradh_ (di dalam hati mereka ada penyakit), yakni: keraguan.

Kadang-kadang kata tersebut ditafsirkan dengan _syahwatuz-zina_ "keinginan untuk berzina”, sebagaimana penafsiran dari firman Allah: _fayathma‘alladzziina fi qulubihim maradh_ “ sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya”.

Jadi, penyakit pertama adalah penyakit syubhat sedang yang kedua adalah penyakit syahwat. Kesehatan bisa dijaga dengan menggunakan hal yang serupa dengannya, sedangkan penyakit bisa ditolak dengan menggunakan hal yang bertentangan dengannya. Penyakit akan semakin kuat dengan adanya hal yang serupa dengan penyebabnya dan akan hilang dengan adanya hal yang bertentangan dengan penyebabnya. Demikian pula, kesehatan bisa dipelihara dengan hal yang serupa dengan penyebabnya serta melemah atau hilang dengan hal yang bertentangan dengannya.

Badan yang berpenyakit akan merasa sakit oleh sesuatu yang tidak menyakitkan bagi badan yang sehat, misalnya sedikit panas, sedikit dingin, sedikit gerakan dan sebagainya. Demikian halnya apabila hati sakit, ia akan terganggu oleh sedikit saja adanya syubhat atau syahwat. Ia tidak mampu menolak ketika syubhat dan syahwat datang kepadanya. Sedangkan hati yang sehat dan kuat ketika didatangi oleh syubhat dan syahwat yang berlipat ganda dari itu, mampu menolaknya dengan kekuatan dan kesehatannya.

Ringkasnya, *bila hati yang sakit terkena oleh sesuatu yang serupa dengan faktor penyebab penyakitnya, niscaya penyakitnya kian bertambah, kekuatannya melemah dan ia akan tercampakkan dalam kebinasaan, kecuali apabila memperoleh apa yang bisa memulihkan kekuatan dan menghilangkan penyakitnya.*

•┈◎❅◎❀🌺❀◎❅◎┈•

✍ *Ighatsatul Lahfan - Ibn Qayyim Al Jauziyyah*

*➡ Repost By*
Rudi Abu azka

*🔍kunjungi my blog:*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
*🌏https:// abuazkacollection.blogspot.com*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
*🔍Fanspage :*
*🌏https://www.facebook.com/ibnukatsironline/*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

*Silahkan Bagikan Artikel Ini Dengan Tidak merubah Isi Artikel, Semoga Menjadi Amal Jariyyah*

*وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*

22.12 | 0 komentar

Hakikat Penyakit Hati

Written By Rudianto on Senin, 04 Desember 2017 | 09.53

📚 Seri Kajian Kitab Ighatsatul Lahfan - Menyelamatkan Hati dari Tipu Daya Setan

Bagian 2
*Hakikat Penyakit Hati*

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman mengenai orang-orang munafik: _“Dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah menambah penyakit mereka.” (Al-Baqarah [2]: 10)_

Allah juga berfirman: _“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit ” (Al-Hajj [22]: 53)_

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰنِسَآءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَاَحَدٍ مِّنَ النِّسَآءِ اِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَـطْمَعَ الَّذِيْ فِيْ قَلْبِهٖ مَرَضٌ وَّقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا 

_"Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah-lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik."_ (Al-Ahzab [33]: 32)

Dalam ayat ini, Allah melarang istri-istri Nabi berbicara dengan memerdukan suara, sebagaimana wanita lain yang biasa berbicara dengan gaya demikian, sehingga muncullah keinginan pada orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit syahwat. Namun, jangan sampai mereka berbicara kasar. Hendaklah mereka berbicara dengan perkataan yang baik.

Allah berfirman,

_“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit di dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu ) niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka.”_ (Al-Ahzab [33]: 60)

Allah SWT berfirman:

وَمَا جَعَلْنَاۤ اَصْحٰبَ النَّارِ اِلَّا مَلٰٓئِكَةً ۖ  وَّمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ اِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا  ۙ  لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ وَيَزْدَادَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِيْمَانًا وَّلَا يَرْتَابَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ وَالْمُؤْمِنُوْنَ ۙ  وَلِيَقُوْلَ الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ وَّالْكٰفِرُوْنَ مَاذَاۤ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا   ۗ  كَذٰلِكَ يُضِلُّ اللّٰهُ مَنْ يَّشَآءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ   ۗ  وَمَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ اِلَّا هُوَ  ۗ  وَمَا هِيَ اِلَّا ذِكْرٰى لِلْبَشَر

_"Dan yang Kami jadikan penjaga neraka itu hanya dari malaikat; dan Kami menentukan bilangan mereka itu hanya sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin, agar orang yang beriman bertambah imannya, agar orang-orang yang diberi kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu; dan agar orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (berkata), Apakah yang dikehendaki Allah dengan (bilangan) ini sebagai suatu perumpamaan? Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri. Dan Saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia.”_ (Al-Muddatstsir [74]: 31)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberitahukan hikmah, mengapa Dia menjadikan jumlah malaikat penjaga neraka sembilan belas. Allah itu menyebutkan lima hikmah:

1. Sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, yang akan menjadikan mereka bertambah kafir dan tersesat

2. Sebagai penguat keyakinan Ahlukitab. Pemberitahuan ini bisa menguatkan keyakinan mereka, karena ia sesuai dengan informasi yang mereka peroleh dari nabi-nabi mereka, padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tidak pernah berjumpa dan belajar dari mereka. Dengan demikian, tegaklah hujah bagi siapa di antara mereka yang membangkang dan akan berimanlah siapa di antara mereka yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan petunjuk.

3. Sebagai penambah keimanan orang-orang yang telah beriman, lantaran kesempurnaan keyakinan dan pengakuan mereka terhadapnya.

4. Sebagai penghapus keraguan dari Ahlu kitab karena kuatnya keyakinan mereka terhadapnya dan dari orang-orang mukmin karena sempurnanya kepercayaan mereka terhadapnya.

5. Menimpakan kebingungan kepada orang kafir, orang yang hatinya berpenyakit. Hatinya tetap buta tentang maksud bilangan tersebut. Mereka mengatakan, “Apakah yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?”

Inilah keadaan hati ketika kebenaran yang diturunkan kepadanya datang. Ada hati yang tertimpa bencana olehnya karena kekafiran dan penolakannya sendiri. Ada hati yang bertambah iman dan yakin karenanya. Ada hati yang meyakininya sehingga tegaklah alasan baginya. Dan ada pula hati yang diliputi kebingungan dan kebutaan, tidak tahu apa yang dimaksudkan darinya.

Sekiranya kata “yakin” dan “tidak ragu-ragu” pada ayat di atas dimaksudkan untuk satu hal yang sama yaitu yakin dan tidak ragu terhadap jumlah malaikat yang sembilan belas  maka disebutkannya “ketidakraguan” berfungsi menegaskan “keyakinan” dan menafikan kebalikannya. Adapun jika kedua kata tersebut dimaksudkan untuk dua hal yang berbeda, di mana kata "yakin" dimaksudkan terhadap kabar mengenai jumlah malaikat, sedangkan “tidak ragu-ragu” dimaksudkan terhadap apapun yang dikabarkan oleh Rasul secara umum, disebabkan kabar yang hanya diketahui dari Rasul ini mengindikasikan kebenaran beliau, sehingga orang yang telah mengetahui kebenaran kabar ini tidak ragu-ragu terhadap kejujuran Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, maka faedah penyebutannya sangat jelas.

Yang jelas, ayat-ayat di atas telah menyebutkan penyakit hati dan hakikatnya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

_“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”_ (Yunus [10]: 57)

Jadi, Al Qur'an adalah penyembuh bagi penyakit _jahl_ (kebodohan) dan _ghayy_ (penyimpangan) yang berada di dalam dada. _Jahl_ adalah penyakit yang bisa disembuhkan dengan ilmu dan petunjuk, sedangkan _ghayy_ adalah penyakit yang bisa disembuhkan dengan _rusyd_ (kelurusan dalam kebenaran).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menyatakan bahwa Nabi-Nya terbebas dari kedua penyakit tersebut. Dia berfirman:

_“Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidaklah sesat dan tidak pula menyimpang.”_ (AnNajm [53]: 1-2)

Rasul-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam juga menyifati para khalifah beliau dengan sifat yang berlawanan dengan kedua penyakit tersebut. Beliau bersabda:

_“Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khalifah yang lurus lagi mendapat petunjuk, setelahku,”_ (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Darimu, Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Hakim, Baihaqi, Baihaqi, Tahajud, dan Ibnu Hilang. Hadis tersebut Shahih. Lihat Shaahihul Jaami' II/345 dan Al Irwa' (2455).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menjadikan kalam-Nya sebagai pelajaran bagi manusia secara umum, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman kepadanya secara khusus, serta sebagai penyembuh yang sempurna bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam hati. Barangsiapa berobat dengannya, niscaya akan
sehat dan sembuh dari penyakit. Tetapi barangsiapa enggan berobat dengannya maka ia sebagaimana perkataan syair berikut:

_Bila sembuh dari penyakit yang ada padanya, ia menyangka bahwa dirinya telah selamat, padahal pada dirinya masih terdapat penyakit yang akan membunuhnya_

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْـقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ ۙ  وَلَا يَزِيْدُ  الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا

_"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian."_
(QS. Al-Isra' [17] : Ayat 82)

Indikasi makna kata “min” yang paling kuat di ayat ini adalah sebagai keterangan jenis” bukan min yang bermakna "sebagian" atau dari. Maka, seluruh Al-Qur’an merupakan obat dan rahmat bagi orang-orang beriman.

•┈◎❅◎❀🌺❀◎❅◎┈•

✍ *Ighatsatul Lahfan - Ibn Qayyim Al Jauziyyah*

*➡ Repost By*
Rudi Abu azka

*🔍kunjungi my blog:*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
*🌏https:// abuazkacollection.blogspot.com*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
*🔍Fanspage :*
*🌏https://www.facebook.com/ibnukatsironline/*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

*Silahkan Bagikan Artikel Ini Dengan Tidak merubah Isi Artikel, Semoga Menjadi Amal Jariyyah*

*وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*

09.53 | 0 komentar

PEMBAGIAN HATI

Written By Rudianto on Jumat, 01 Desember 2017 | 18.50

📚 Seri Kajian Kitab Ighatsatul Lahfan - Menyelamatkan Hati dari Tipu Daya Setan

Bagian 1

💗 *Pembagian Hati*💗

Karena hati itu memiliki sifat hidup dan mati maka ia terbagi menjadi tiga keadaan berikut:

👉🏿1. *Hati Sehat*

Disebut pula dengan qalbun salim. Pada hari kiamat tidak ada orang yang selamat melainkan yang memiliki hati ini. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

```“Pada hari yang harta dan anak-anak tiada berguna. Kecuali barangsiapa yang datang kepada Allah dengan hati yang salim.” (Asy-Syu‘ara’ [26]: 88-89) ```

Salim artinya sehat. Ia merupakan kata sifat sebagaimana thawil (panjang), qashir (pendek) dan zharif (elok). Seseorang berhati sehat atau salimul qalbi apabila kesehatan hati merupakan sifat baku baginya. Seperti bakunya sifat ilmu bagi seorang yang 'alim dan bakunya sifat qudrah (mampu, kuasa) bagi orang yang qadir. Ia merupakan lawan dari maridh, saqim dan' alil yang berarti sakit.

Manusia menggunakan ungkapan yang berbeda-beda untuk menjelaskan hakikat hati yang sehat. Titik temunya bahwa hati yang sehat adalah yang terbebas dari syahwat yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah serta dari syubhat yang bertentangan dengan pemberitaan-Nya.

Hati yang sehat terbebas dari peribadahan kepada selain Allah dan pengambilan hukum kepada selain Rasul-Nya. Ia mencintai Allah dengan tulus dan mengikuti ketentuan Rasul-Nya dalam takut, harap, tawakal, inabah dan ketundukan kepada Allah, senantiasa mengutamakan ridha-Nya dan menjauhi kemurkaan-Nya. Inilah hakikat peribadahan yang hanya boleh diberikan kepada Allah.

Hati yang sehat tidak menyekutukan Allah dengan apapun dalam bentuk apapun. Peribadahannya mumi ditujukan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala , baik yang berupa kehendak, cinta, tawakal, inabah, ketundukan, takut dan harap. Ia mengikhlaskan amal untuk Allah. Bila mencintai, ia mencintai karena Allah; bila membenci, ia membenci karena Allah; bila memberi, ia memberi karena Allah; dan bila menolak, ia menolak karena Allah.

Ini saja belum cukup, kecuali bila ia juga terbebas dari kepatuhan dan pengambilan hukum kepada selain Rasul-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam; Maka, ia sepenuhnya mengendalikan hati agar mengikuti dan meneladani beliau saja dalam ucapan maupun perbuatan: ucapan hati yang berupa keyakinan maupun ucapan lisan yang berupa pernyataan dari apa yang terdapat dalam hati, juga perbuatan hati yang berupa kehendak, cinta, benci dan sebagainya maupun perbuatan. anggota badan. Dalam semua persoalan itu, baik yang kecil maupun besar, yang menjadi hakimnya adalah ajaran yang dibawa oleh Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam. Ia tidak mendahului beliau dalam berkeyakinan, berbicara, maupun berbuat. Sebagaimana firman Allah:
```“Wahai orang-orang beriman, jangan mendahului Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Hujurat [49]: 1)```

Maksudnya: “Jangan berkata sebelum beliau berkata dan jangan berbuat sebelum beliau memerintahkan. "

🖊📗 *Seorang ulama Salaf berkata:*

```Setiap perbuatan sekecil apapun pasti akan ditanya dengan dua pertanyaan, yaitu mengapa dan bagaimana. Yakni, mengapa kamu berbuat dan bagaimana kamu berbuat? Pertanyaan pertama berkenaan dengan sebab, motivasi dan latar belakang perbuatan; apakah bertitik tolak dari kepentingan dan ambisi pelakunya di dunia, seperti kesenangan dipuji, ketakutan terhadap celaan, keinginan memperoleh sesuatu yang disukai dan upaya menghindari sesuatu yang dibenci di dunia ataukah perbuatan itu dilakukan dengan tujuan untuk menunaikan ibadah, meraih cinta Allah, mendekatkan diri kepada-Nya dan mencari jalan menuju ridha-Nya?```

```Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah Anda melakukan perbuatan tersebut untuk Tuhan ataukah untuk kepentingan dan keinginan nafsu semata?```

```Adapun maksud pertanyaan kedua adalah untuk mengetahui kadar mutaba'ah ( peneladanan) kepada Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam di dalam ibadah tersebut. Artinya apakah perbuatan tersebut telah Aku perintahkan kepadamu melalui lidah Rasul-Ku ataukah tidak Aku perintahkan dan tidak Aku ridhai?```

```Pertanyaan pertama mengenai keikhlasan sedangkan yang kedua mengenai mutaba'ah. Sebab Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak akan menerima amal kecuali dengan keduanya.```

```Antisipasi terhadap pertanyaan pertama adalah dengan memurnikan keikhlasan, sedangkan terhadap pertanyaan kedua adalah dengan merealisasikan mutaba'ah dengan sebenar-benarnya. Hati harus bersih dari keinginan yang bertentangan dengan keikhlasan dan dari nafsu yang
bertentangan dengan mutaba'ah. Inilah hakikat kesehatan bagi hati yang dijamin selamat dari bahagia.”```

👉🏿2. *Hati Mati*

Ini kebalikan dari yang pertama. Inilah hati yang mati, tanpa kehidupan sama sekali. Ia tidak mengenal Tuhan serta tidak beribadah kepada-Nya sesuai dengan perintah-Nya serta apa yang dicintai dan diridhai-Nya. Sebaliknya, ia senantiasa memperturutkan hawa nafsu, sekalipun dimurkai dan dibenci Tuhannya Ia tidak peduli apakah dengan memperturutkan hawa nafsu itu Tuhannya ridha atau murka kepadanya. Ia beribadah kepada selain Allah dalam mencintai, takut, berharap, ridha, murka, pengagungan dan ketundukan.

Bila mencintai, ia mencintai karena nafsu; bila membenci, ia membenci karena nafsu; bila memberi, ia memberi karena nafsu; dan bila menolak, ia menolak karena nafsu juga. Jadi, hawa nafsu lebih diutamakan dan dicintai daripada ridha Tuhannya.

Hawa nafsu adalah imamnya, syahwat adalah komandannya, kebodohan adalah pengendalinya dan kelalaian adalah kendaraannya. Ia senantiasa sibuk berpikir untuk memperoleh ambisi ambisi duniawi serta dimabuk oleh hawa nafsu dan cinta dunia. Dari jauh, ia dipanggil untuk kembali kepada Allah dan  mengutamakan kebahagiaan akhirat, akan tetapi ia enggan menyambut panggilan sang pemberi nasihat,  bahkan mengikuti bujukan setan yang durhaka. Murka dan ridhanya tergantung pada dunia. Hawa nafsu  telah menulikan dan membutakannya.

Bergaul dengan orang yang mati hatinya adalah penyakit dan racun. Bersahabat dengannya adalah kebinasaan.

👉🏿3. *Hati Sakit*

Hati jenis ketiga ini adalah hati yang mempunyai kehidupan, tetapi berpenyakit. Kadang-kadang kehidupan tampak padanya, tetapi kadang-kadang yang tampak penyakitnya, tergantung yang mana di antara keduanya yang sedang dominan.

Dalam hati ini terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan dan tawakal kepada Allah, yang semua ini merupakan bahan baku kehidupannya. Tetapi, di dalamnya juga terdapat kecintaan dan pengutamaan kepada hawa nafsu serta ambisi untuk memperolehnya, juga kedengkian, kesombongan dan kebanggaan kepada diri sendiri. Ia dipengaruhi oleh dua penyeru: yang satu mengajaknya kepada Allah, Rasul-Nya dan negeri akhirat, sedangkan yang lain mengajaknya kepada dunia. Ia mengikuti salah satu dari kedua penyeru itu yang pintu dan jaraknya lebih dekat kepadanya.

Hati jenis pertama adalah hati yang khusyuk, lembut dan sadar. Hati jenis kedua adalah hati yang kering dan mati. Sedangkan jenis ketiga adalah hati yang sakit, yang bisa jadi lebih dekat kepada kesehatan atau sebaliknya lebih dekat kepada kematian.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menyebutkan ketiga jenis hati ini dalam Firman-Nya:

```“Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak pula seorang nabi, melainkan apabila ia membaca, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap bacaan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu dan menguatkan ayat-ayat-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit dan yang keras hatinya. Sesungguhnya, orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa Al-Quran adalah kebenaran dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadanya. Sesungguhnya , ' Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.”(Al-Hajj [22]: 52-54)```

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu Wa Ta'ala membagi hati menjadi tiga: dua di antaranya tertimpa bencana dan hanya satu yang selamat. Dua jenis hati yang terkena bencana adalah hati yang berpenyakit dan hati yang keras. Sedangkan yang selamat adalah hati orang mukmin, yang tenang, tunduk dan patuh kepada Tuhannya. Diharapkan hati dan anggota badan lain dalam keadaan sehat tanpa penyakit apapun, sehingga bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

✍ *Ada dua faktor yang menyebabkan hati tidak sehat.* Faktor pertama adalah karena hati tersebut kering, keras dan tidak berfungsi sebagaimana yang dikehendaki. Ia seperti tangan yang buntung, lidah yang bisu, hidung yang kehilangan daya cium, dzakar yang impoten dan mata yang buta. Faktor kedua adalah penyakit yang menimpanya, sehingga menghalanginya untuk berfungsi secara sempurna dan benar.

```Hati yang sehat adalah hati yang untuk menerima, mengutamakan dan mencintai kebenaran hanya memerlukan sarana pengetahuan mengenainya. Daya tangkap dan kepatuhannya kepada kebenaran baik dan sempurna.``` *Hati yang mati adalah hati yang tidak menerima dan tidak patuh kepada kebenaran. Sedangkan hati yang sakit adalah hati yang apabila penyakitnya lebih dominan maka keadaannya hampir sama dengan hati yang mati dan keras, tetapi apabila kesehatannya lebih dominan maka keadaannya hampir sama dengan hati yang sehat.*

Kata-kata yang dibisikkan oleh setan ke telinga dan syubhat atau keraguan yang dibisikkannya ke hati akan menjadi bencana bagi hati yang mati atau berpenyakit, tetapi justru menjadi penguat bagi hati yang hidup dan sehat. Sebab, hati yang hidup dan sehat akan menolaknya. ia tahu bahwa yang benar justru kebalikannya, lantas tunduk kepada kebenaran itu. ia mengetahui kebatilan bisikan setan itu. lantas keimanannya kepada kebenaran bertambah sebagaimana bertambah pula penolakan dan kebenciannya kepada kebatilan. Hati yang terkena bencana senantiasa dalam keraguan disebabkan oleh bisikan setan, tetapi hati yang sehat tidak akan terkena mudarat darinya. Hudzaifah lbnu Yaman Radhiyallahu Anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

```“Berbagai cobaan dibentangkan dan dilekatkan di hati, sebagaimana dibentangkannya anyaman-anyaman tikar satu persatu. Hati manapun yang dirasukinya, niscaya padanya membekas sebuah noda hitam, sedang hati manapun yang menolaknya, niscaya padanya membekas sebuah titik putih; sehingga seluruh hati akan menjadi dua: ada hati yang hitam berbintik putih dan seperti kendi yang terbalik. Ia tidak mengenal yang makruf dan tidak menolak yang munkar. Yang diketahuinya hanyalah hawa nafsu yang ditusukkan kepadanya. Ada pula hati yang putih, ia tidak terkena mudarat, cobaan selama ada langit dan bumi. ” (HR. Muslim dan Ahmad)```

Beliau menyerupakan dibentangkan dan dilekatkannya cobaan di hati seperti anyaman-anyaman tikar yang dibentangkan dan dilekatkan satu persatu. Beliau juga membagi hati, pada saat menerima cobaan tersebut. menjadi dua, yaitu ada hati yang ketika menerima cobaan, terasuki olehnya sebagaimana bunga karang yang diresapi oleh air. Pada hati tersebut akan timbul sebuah titik hitam. Setiap cobaan yang dibentangkan akan terus meresap padanya, sehingga warnanya menjadi hitam dan posisinya terbalik. Inilah makna sabda beliau “seperti kendi yang terbalik”. Apabila hati menjadi hitam dan terbalik, ia terancam oleh dua penyakit yang berbahaya yang akan mencampakkannya ke dalam kebinasaan:

🖊1. Ia akan kabur dalam melihat makruf dan munkar. Ia tidak mengenal makruf dan tidak menolak munkar. Bisa jadi, penyakit ini semakin parah, sehingga ia meyakini makruf sebagai munkar dan yang munkar sebagai makruf, sunnah sebagai bid‘ah dan bid‘ah sebagai sunnah, serta kebenaran sebagai kebatilan dan kebatilan sebagai kebenaran.

🖊2. Ia lebih mengutamakan hawa nafsu daripada ajaran Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam. Ia tunduk dan mengikuti hawa nafsunya.

Ada pula hati yang putih. Cahaya dan pelita-pelita iman memancar dan menyala di dalamnya.

Apabila fitnah dibentangkan kepadanya, ia menolak, sehingga cahaya, pancaran dan kekuatannya semakin bertambah.

Cobaan-cobaan yang dibentangkan pada hati merupakan faktor penyebab sakitnya. Itulah cobaan syahwat dan syubhat, atau al-ghayy dan adh-dhaldl, atau maksiat dan bid'ah, atau kezaliman dan kebodohan.

Cobaan pertama Yaitu fitnah syahwat. Bisa juga disebut al-ghayy, maksiat, atau kezhaliman mengakibatkan rusaknya niat dan kehendak. Sedangkan cobaan kedua Yaitu fitnah syubhat. Bisa pula disebut adh-dhalal, bid'ah, atau kebodohan mengakibatkan rusaknya ilmu dan keyakinan.

Para sahabat Radhiyallahu Anhuma membagi hati menjadi empat, sebagaimana ucapan yang diriwayatkan secara shahih dari Hudzaifah Ibnu Yaman:

```“Hati itu ada empat. Ada hati yang bersih, di dalamnya terdapat pelita yang menyala, itulah hati orang mukmin. Ada hati yang tertutup, itulah hati orang kafir. Ada hati yang terbalik, itulah hati orang munafik, yang telah mengetahui, tetapi kemudian menolak dan telah melihat, tetapi kemudian buta. Adapula hati yang terdiri dari dua unsur, yaitu unsur keimanan dan kemunafkan. Keadaannya tergantung kepada salah satu dari kedua unsur tersebut yang paling dominan.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dan Abdullah bin Imam Ahmad. Syaikh Albani berkata: “Hadits ini mauquf shahih)```

Perkataan beliau, *“hati yang bersih”,* maksudnya bersih dari selain Allah dan Rasul-Nya. Jadi, hati tersebut bersih dan terbebas dari selain kebenaran.

*“Di dalamnya terdapat pelita yang menyala”,* yaitu pelita keimanan. Kebersihannya menyiratkan keterbebasannya dari berbagai syubhat kebatilan dan syahwat penyimpangan. Sedangkan adanya pelita menyiratkan kecemerlangan dan kilauannya dengan cahaya ilmu dan iman.

Beliau mengisyaratkan pula bahwa hati yang tertutup adalah hati orang kafir, karena hati tersebut masuk di dalam bungkusnya, sehingga cahaya ilmu dan iman tidak bisa mencapainya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala *“Wa qaluu quluubuna ghulf* (Mereka berkata, “Hati kami tertutup”)Al-Baqarah [2]: 88

*Ghulf* adalah jamak dari aghluf yang artinya sesuatu yang masuk di dalam bungkusnya. Bungkus di sini adalah yang dipasang oleh Allah di hati mereka sebagai hukuman atas penolakan mereka terhadap kebenaran dan kesombongan mereka untuk menerimanya. Bungkus inilah yang juga disebut sebagai akinnah 'penutup-penutup' yang dipasang oleh Allah di hati mereka sebagai hukuman lantaran mereka menolak dan enggan menerima kebenaran karena sombong. Ia adalah penutup yang membungkus hati, sumbatan telinga, kebutaan mata dan dinding penutup yang disebutkan dalam firman Allah berikut:

```”Apabila kamu membaca Al-Qur'an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding penutup. Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak memahaminya....” (Al-Isra' [ 17]: 45-46)```

Apabila hati semacam ini diingatkan untuk memurnikan tauhid dan mutaba'ah, para pemiliknya akan berpaling menjauh.

Beliau juga menyebutkan hati yang terbalik sebagai isyarat bagi hati orang munafik. Sebagaimana firman Allah: ```“Maka mengapa kamu terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka, disebabkan usaha mereka sendiri.” (An-Nisa” [4]: 88)```

Artinya, Allah telah membalikkan dan mengembalikan mereka kepada kebatilan mereka semula, disebabkan oleh usaha dan perbuatan mereka yang batil. Ini adalah hati yang paling buruk. Ia meyakini kebatilan sebagai kebenaran dan mencintai para pelaku kebatilan, sebaliknya menganggap kebenaran sebagai kebatilan dan memusuhi para pelaku kebenaran tersebut. Hanya Allah tempat memohon pertolongan.

Sedangkan yang dimaksudkan beliau dengan *hati yang memiliki dua unsur adalah hati yang di dalamnya terdapat keimanan, akan tetapi pelita keimanan tersebut tidak menyala di dalamnya. Ketundukannya kepada kebenaran yang dengannya Allah mengutus Rasul-Nya, tidak murni.* Di dalamnya terdapat unsur tersebut dan unsur kebalikannya. Kadang-kadang ia lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan, tetapi kadang-kadang lebih dekat kepada keimanan daripada kepada kekafiran. Yang menentukan adalah unsur yang paling dominan. Ke situlah ia kembali.

•┈◎❅◎❀🌺❀◎❅◎┈•

✍ *Ighatsatul Lahfan - Ibn Qayyim Al Jauziyyah*

*➡ Repost By*
Rudi Abu azka

*🔍kunjungi my blog:*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
*🌏https:// abuazkacollection.blogspot.com*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
*🔍Fanspage :*
*🌏https://www.facebook.com/ibnukatsironline/*
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

*Silahkan Bagikan Artikel Ini Dengan Tidak merubah Isi Artikel, Semoga Menjadi Amal Jariyyah*

*وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*

18.50 | 0 komentar

MEMAKAN HARTA RIBA

Written By Rudianto on Rabu, 01 Maret 2017 | 08.21

Memakan Harta Riba

Riba yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah utang-piutang atau pinjam-meminjam, baik dalam bentuk uang maupun barang, yang disertai syarat adanya bunga. Riba pada dasarnya merugikan pihak penghutang ataupun peminjam, sebagaimana halnya riba nasyiah yang terjadi pada zaman jahiliyah. Karena itu, dilarang oleh agama. Dalam hal ini Allah telah menegaskan: "Hai orang-orang beriman, janganlah kalian memakan riba yang berlipatganda. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, agar kamu mendapatkan keberuntungan." (QS. Ali Imran: 130).

Orang yang memakan harta riba, tidak akan pernah tenang hidupnya. Bahkan akan mendapatkan siksa yang berat di akhirat. Dalam hal ini Allah telah menegaskan: "Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan karena mereka berkata, bahwa sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalal kan jual-beli, dan mengharamkan riba. " (QS. Al-Baqarah: 275).

Ketika Allah membangkitkan manusia pada hari kiamat nanti, mereka keluar dengan berjalan cepat, kecuali orang-orang yang mema kan riba . Mereka berdiri
kemudian jatuh lagi sebagaimana berdirinya orang-orang yang jatuh lalu terlempar. Bila mereka berdiri, lantas mereka terlempar lagi. Sebab ketika di dunia mereka memakan harta riba yang diharamkan agama, sehingga Allah selalu menambah perutnya semakin berat. Setiap kali mereka menghendaki berdiri, lantas jatuh lagi. Padahal mereka menginginkan berjalan cepat bersama-sama manusia yang lain, tapi tidak pernah mampu.

Semakin banyak pemraktek riba, semakin banyak pula orang stres dan gila. Dalam hal ini Rasulullah telah menegaskan: "Apabila riba merajalela pada suatu kaum, penyakit stres dan gila pun semakin merambah mereka. Bila perzinaan merajelala pada suatu kaum, kematian pun banyak melanda mereka. Dan bila timbangan maupun takaran dalam jual-beli sudah dikurangi, maka Allah akan menghalangi mereka dari kesejahteraan." (HR. Ibnu Majah, Bazar, Baihaqi dan Hakim).

Pemakan riba, selamanya tidak akan pernah masuk sorga. Rasulullah telah menegaskan: "Empat golongan manusia yang tidak bakal dimasukkan sorga oleh Allah, serta tidak bakal mengenyam kenikmatan di dalamnya: Peminum minuman keras, pemakan riba, pemakan harta anak yatim dengan cara zhalim, dan orang yang durhaka kepada orangtua, kecuali kalau mereka bertaubat." (HR. Bukhari).

Riba, banyak jenisnya. Rasulullah telah menegaskan: "Riba ada tujuh puluh macam. Yang paling ringan diantara dosa riba, adalah seperti dosa seseorang yang berzina dengan ibu kandungnya sendiri." (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abi Hurairah).

Kini rentenir dalam berbagai bentuknya, sudah banyak kita jumpai dalam kehidupan ini. Tidak jarang kita dengar jeritan dari si miskin lantaran terjerat hutang yang semakin hari bunganya semakin membengkak. Padahal semua itu, adalah praktek pekerjaan yang sangat dibenci Allah. Mereka telah terjerat pada ranjau setan, hingga mengalami penderitaan yang berkepanjangan Untuk itu, marilah kita berdoa, memohon kepada Allah untuk dihindarkan dari praktek riba. Diberi keselamatan dunia dan akhirat, serta diberi rizki yang halal.

🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾
📚Ranjau-ranjau setan dalam Menyesatkan Manusia.
✍ A. Mudjab Mahalli
📮 Abu Azka

08.21 | 0 komentar

Uban Putih Telah Memperingatkan

Written By Rudianto on Jumat, 25 November 2016 | 16.09

Wahai kaum yang bertobat, marilah kita menangis!

Ini waktunya bersedih. Mari tumpahkan segala air mata dan sesali jauhnya kita dari-Nya. Mudah-mudahan hubungan kita membaik seperti semula. Lihatlah, uban putih telah mengingatkan bahwa negeri ini sebentar lagi akan sirna. Wahai yang tertinggal hingga ia beruban, keranda kematian telah lewatl Wahai yang tersesat dalam padang ketertinggalan, wahai yang kebingungan di tengah-tengah pendosa, siangmu lalai di dunia sedangkan malammu terlelap dalam tidur. Sungguh ini adalah kerugian yang nyata, jika masa muda beranjak tanpa keuntungan sama sekali, maka di masa tua adalah kerugian. Anganmu terlalu panjang dan jauh, padahal kain kafanmu telah disiapkan.

Berhentilah di pantai tobat! Sungguh, lautan maksiat dan dosa adalah air bah. Kamu habiskan musim semi masa mudamu hingga layu karena maksiat dan dosa. Lalu saat masa tua tiba, kamu menyesalinya. Duhai, kalau saja tidak diberi taufik untuk bertobat kamu pasti akan sangat menderita. Semoga Allah mengasihi orang yang lemah untuk bertobat. Kata Allah Subhanahu wa ta'ala:

ÙŠَÙ…ْØ­ُÙˆْا اللّٰÙ‡ُ Ù…َا ÙŠَØ´َآØ¡ُ ÙˆَÙŠُØ«ْبِتُ   ۖ  ÙˆَعِÙ†ْدَÙ‡ٗۤ اُÙ…ُّ الْÙƒِتٰبِ
Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuz). [QS. Ar-Ra'd: Ayat 39]

Kata penyair,

Apakah kamu akan membangun bangunan kekekalan
 Padahal masa tinggalmu hanyalah sebentar saja

Sungguh di bawah tanah ada tempat peristirahatan
Bagi siapa saja yang tiap hari dibuntuti kematian

✍ Al Imam Ibnul Jauzi
"Lautan Air Mata  Cinta"
16.09 | 0 komentar

KALAH BABAK PERTAMA

KALAH BABAK PERTAMA

Menaklukan Musuh Sejati

Sejatinya, setiap hitungan hari yang kita jalani adalah medan peperangan melawan musuh abadi kita yang bernama setan. Sadar atau tidak sadar, mau atau enggan, makhluk tersebut sudah menganggap kita sebagai musuh utamanya.

Nenek moyang mereka, Iblis, berhasil mengelabuhi nenek moyang kita, Nabi Adam dan Ibunda Hawa. Keduanya pun akhirnya dikeluarkan dari surga dan harus rela hidup di dunia. Kini pun, sebagian besar dari mereka berhasil mengelabuhi sebagian besar dari kita. Sebagian besar dari kita mulai melupakan rumah kita yang pertama yakni surga dan rela dengan kehidupan dunia.

Inilah salah satu hakikat yang kita jalani setiap hari. Dan,saking hebatnya keinginan mereka untuk menyesatkan kita dari jalan yang lurus, mereka bahkan memasang jebakan untuk kita sebelum pagi bermula. Setiap malam. Mereka mengikat tengkuk kita dengan tiga ikatan ketika kita masih tidur.

Rasulullah bersabda, “Setan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan. Dia mengikatkannya sedemikian rupa sampai-sampai setiap ikatan diletakkan pada tempatnya. (Lalu ia berkata) ‘Malam masih panjang... Tidurlah yang nyenyak...” (HR Al-Bukhari).

Tiga ikatan tersebut, jlka seseorang tidak melepas kannya, la akan menjalani hari dengan jiwa yang buruk serta malas. Dan ini berarti kekalahannya pada babak pertama. Na ’udzubillah min dzalik.

Hal lain yang perlu diketahui pada saat yang sama Allah turun ke langit dunia. Allah Yang Maha Melihat lagi Maha Mengetahui turun ke langit dunia di sepertiga malam. Allah hendak melihat siapa di antara hamba-hamba-Nya yang bangun dan berbakti kepada-Nya.Tentunya kita tidak ingin Dia melihat kita sedang terlelap tidur saat itu sementara orang-orang lain justru beribadah kepada-Nya.

Nah, inilah salah satu keutamaan bangun awal. Kita tidak mengatakannya bangun pagi. Akan tetapi bangun di penghujung malam. Pagi ditandai dengan berkumandangnya azan Subuh. Jika kita baru bangun saat Subuh dikumandangkan, berarti kita sudah kalah di babak pertama.

Untuk memenangkan babak ini,yang harus kita lakukan pertama kali adalah bangun di penghujung malam. Akan tetapi tidak sekadar bangun. Ada tiga hal yang harus kita lakukan agar ikatan setan di tengkuk kita terlepas.

Tiga hal itu ini disampaikan Rasulullah sang panutan. Berikut penjelasan beliau:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: *"Setan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan dan syaitan mengikatkannya sedemikian rupa sehingga setiap ikatan diletakkan pada tempatnya lalu (dikatakan) kamu akan melewati malam yang sangat panjang maka tidurlah dengan nyenyak. Jika dia bangun dan mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan. Jika kemudian dia berwudhu' maka lepaslah tali yang lainnya dan bila ia mendirikan shalat lepaslah seluruh tali ikatan dan pada pagi harinya ia akan merasakan semangat dan kesegaran yang menenteramkan jiwa. Namun bila dia tidak melakukan seperti itu, maka pagi harinya jiwanya merasa tidak segar dan menjadi malas beraktifitas".*
(Shahih Bukhari No 1074)

Luar biasa bukan? Hanya dengan melakukan tiga hal di atas, kita bisa mengatahkan tipu daya setan. Kita bisa mendapatkan semangat dan berjiwa baik sebagai bekal bekerja dan berprestasi sepanjang hari.

06.21 | 0 komentar

Mengatasi Stress dalam Islam

Written By Rudianto on Kamis, 31 Januari 2013 | 20.41

DALAM kehidupan moderen, stres menjadi pelengkap hidup. Banyak masalah dan sedikit solusi yang diketahui. Orang yang kurang kuat imannya, dapat melakukan bunuh diri. Orang yang kuat iman, tapi terlalu ambisi mencapai sesuatu, dapat mengalami stroke. Seorang dokter neorologi berkata, sekalipun tekanan darah tinggi, insya Allah tidak akan stroke, selama orangnya, tidak stres. Berarti stres pemicu utama lahirnya stroke yang banyak didera bangsa ini.

Stres yang datang pada diri seseorang, banyak penyebabnya. Siswa yang tidak lulus ujian nasional, dapat stres. Orangtua yang mengurus anaknya mencari sekolah yang lebih tinggi, dapat stres. Pejabat yang terlalu sibuk, dapat stres. Rakyat kecil yang sukar mendapat makan, dapat stres. Calon Bupati yang mengeluarkan miliaran rupiah dalan pilkada, dapat stres, jika suara yang diharapkan, tidak seperti yang diprediksi. Alhasil, semua golongan dan status social, berpeluang stres. Laki-laki dan perempuan.

Mencegah:Menurut dokter neorologi, perasaan stress sering menjadi musuh dalam selimut.Perasaan ini datang tiba-tiba dan sulit dikendalikan. Bila tidak, dapat memicu timbulnya berbagai penyakit, seperti jantung, darah tinggi dan stroke. Ibarat sedia payung sebelum hujan. Menghindari stress ada baiknya dilakukan cara berikut:

Pertama, Mengeluarkan energi positif, yaitu optimis dalam menghadapi setiap permasalahan. Jangan terlalu keras terhadap diri sendiri. Ketahuilah bahwa setiap rencana, ada hambatan Tapi ada juga solusi.Sebab itu, harus bersikap lebih fleksibel, sehingga dapat menikmati hidup.

Kedua, menjaga kesehatan. Dengan cara olahraga yang teratur, tidur yang cukup dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Olahraga dapat membuat manusia nyaman. Makanan bergizi membangkitkan vitalitas hidup. Sebab itu Islam memerintahkan “ Mengkonsumsi halalan tayibah atau yang bergizi.
.
Ketiga, banyak minum air putih, terutama saat diambang kemarahan. Air putih, dapat menenangkan perasaan, dan berpikir lebih jernih. Rasulullah menganjurkan kalau marah, hendaklah berwudu dan mendinginkan badan (HR.Muslim).

Keempat, meluangkan waktu sedikit, untuk setiap minggu, keluar dari rutinitas, dengan berkumpul bersama keluarga. Atau berkunjung kepada teman-teman. Nabi mengajarkan Hubungkan silaturahim, sebab dapat menambah rezeki dan memperpanjang umur (HR.Muslim).

Kelima, meningkatkan rasa humor. Secara klinis humor dapat mengatasi stress. Alhamdu lillah kini sudah muncul kelompok-kelompok di TV yang menjajakan humor 5 sampai 1O menit untuk relaksi. Jangan sampai anda lupa meluangkan waktu biar sebentar ( Kompas 26/7). Penulis teringat seorang Kiyai di Pesantren tahun 5O-an, sering mendatangi suatu desa yang berjarask 15 Kilometer dari kota dan membayar pemuda-pemuda yang pintar membawakan cerita yang humoris.

Menurut Al-Quran ?.Menurut Al-Quran, kelima cara yang ditawarkan kesehatan diatas, tidak ada yang bertentangan dengan Al-Quran. . Namun Al-Quran lebih memfokuskan terutama kepada dua hal utama dimana Al-Quran sebagai Syifa’ (Penawar) :

Sabar :Jika stress menghadapi masalah yang sukar diputuskan “ salah atau benarnya sesuatu “ maka Al-Quran memberi petunjuk “ FA SHABRUN JAMIL “ ( Maka bersabar itu lebih indah ). Dan hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan. (QS. Yusuf 18 ).

Ucapan itu disampaikan Nabi Ya’kub, ketika anak-anaknya datang membawa kemeja yang berlumuran darah kepunyaan Yusuf, sebagai bukti bahwa ia telah diterkam binatang buas. Daripada stress, karena darahnya meragukan, Nabi Ya’kub berkata “ Sabar itu lebih indah.” Demikian Sitti Maryam, ketika dituduh melacur karena melahirkan anak (Isa) tanpa ayah, juga sabar, untuk mengobati stres yang berkepanjangan. Bahkan Aisyah, isteri Rasul, ketika digossip, juga menjadikan Sabar sebagai pengobatan dalam stress.

Zikrullah:Mengingat Allah (Zikrullah) termasuk dapat mengatasi stres. Dengan mengingat dan mengembalikan segalanya dari dan untuk Allah, maka stres akan dapat diatasi. . Sesuai Al-Quran, “ TATHMAINN AL-QULUB “ ( Mengingat Allah, hati akan tenang ) ( QS. Al-Raad 28 ).

Menurut ulama Tafsir, Yang masuk Zikrullah, adalah melakukan salat, membaca Al-Quran dan langsung menjebut Lailaha ilallah sebanyak-bamnyaknya.

Diperkuat Al-Quran dengan ayat “ Dan carilah pertolongan, dengan berlaku Sabar dan mengerjakan Salat ( QS.2: 45).

Menurut Huzaifah, bila Nabi bersedih atau menghadapi masalah, Beliau langsung melakukan salat, sekalipun, sedang dalam perjalanan. Memperbanyak Zikrullah berupa salat sunnat, atau membaca Al-Quran, atau istigfar, atau membaca Lailaha Ilallah.

Istigfar yang sering dibaca Rasul “ Allahumma Anta rabbi. Lailaha illa Anta. Khalaqtani waana abduKa. Wa ana ala ahdiKa. Wa wa’diKa mastata’tu. Audzu biKa, min syarri ma shana’tu. Abuu laKa bini’ mati alayya. Waabuu bidzanbi. Fagfirli. fainnahu la yagfir al- dzunuba illa Anta.( Al-Azkar :347 ).

Disamping kedua hal tersebut, juga yang dapat mengatasi stres, adalah akidah dengan meyakini kebenaran ayat Al-Quran yang berbunyi “ INNA MA’AL USRI YUSRA ( Sesungguhnya setelah kesulitan, ada kemudahan. Setelah kesulitan, ada kemudahan).. ( 94: 5-6 ).( Disebutkan dua kali ).

Menurut ulama Tafsir, karena kata kesulitan (Al-usri ), menggunakan “al ” dan kemudahan (Yusra) tidak menggunakan “al “ , itu artinya kesulitan itu cuma satu macam, tapi ada beberapa solusi kemudahan. Berarti dua alternative kemudahan . dalam satu kesulitan. Ada dua. Misalnya berkonsultasi dengan dokter mencari pengobatan lahir dan batin ialah menggunakan petunjuk Al-Quiran sebagai Syifa’.
. .

Alhasil, dari uraian singkat diatas, dipahami mengatasi stres sesuai Al-Quran disamping mencari solusi berupa pengobatan lahir, juga diperlukan pengobatan batin, yaitu meyakini kesempurnaan Tuhan, dan meyakini kekurangan manusia, serta kaifiatnya, banyak bersabar, salat, istigfar dan zikir.

Praktek Rasul SAW dalam mencari penyegaran dan menghilangkan stres, diantaranmya dianjurkan kepada umatnya berpuasa dan bercampur isteri dua kali seminggu.
20.41 | 0 komentar

ANGAN-ANGAN

Written By Rudianto on Rabu, 28 November 2012 | 20.20

Pernah satu malam Rasulullah S.A.W risau
ketika hendak tidur. Ketika ditanya oleh isterinya
kenapa? Baginda bersabda:
“Aku risaukan dua tiga keping dirham yang
masih tinggal dalam rumah ini. Takut-takut aku
dipanggil oleh Allah (mati) dalam keadaan dirham
itu tidak aku sedekahkan.”
***
Hidup adalah satu putaran perubahan yang
tidak henti-henti. Hukum alam menetapkan bahwa
yang tidak
berubah hanyalah perubahan.
Siapapun tidak akan dapat menjejakkan kaki
pada air sungai yang sama dua kali. Air sungai
senantiasa mengalir... dan begitu jugalah
kehidupan akan terus berubah.
Usah coba mengendalikannya. Usah coba
mengambil ‘tempat’ Tuhan untuk mengendalikan
semua perubahan karena yang mampu
mengawalnya hanyalah Allah yang tidak berubah-
rubah.
Antara hikmah mengapa Qada’ dan Qadar
Allah dirahasiakan dari pengetahuan manusia.
Agar dengan itu manusia bisa hidup dengan aman
tanpa diganggu walau sedikitpun oleh
pengetahuan tentang masa hadapan.
Dapatkah seorang yang sehat makan
dengan enak jika mengetahui pada hari esoknya
dia akan mati? Atau mampukah seorang ayah
membesarkan anaknya dengan sabar jika
diketahuinya bahwa anaknya bakal
mendurhakainya?
Panjang angan-angan menyebabkan sikap
bertangguh-tangguh untuk melakukan suatu
kebaikan atau meninggalkan suatu kejahatan.
Banyak orang yang khawatir, bukan berfikir,
tentang masa depannya. Sebaiknya menerima
realita walaupun takdirnya ia tidak seperti yang
diri harapkan.
Pendek angan-angan bukan berarti tidak
bersedia untuk hari esok. Sesiapa yang khawatir
tentang hari esok, akan mensia-siakan peluang
yang ada pada hari ini. Sebaliknya sesiapa yang
berfikir tentang hari esok, akan memanfaatkan
peluang pada hari ini.
Dalam riwayat Bukhari, Anas ra berkata,
Nabi membuat garis seraya bersabda, Ini
manusia, ini angan-angannya, sedangkan ini
ajalnya. Ketika dia sedang berada dalam angan-
angan, tiba-tiba datanglah kepadanya garisnya
yang paling dekat. Maksud dari garisnya yang
paling dekat adalah ajal kematiannya.
Manusia yang panjang angan-angan tidak
akan dapat merancang, bekerja dan berusaha
dengan baik.
Cara yang paling tepat untuk hari esok ialah
menumpukan perhatian dan bekerja dengan
sepenuhnya pada hari ini.


20.20 | 0 komentar
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahu. (QS. Al-Baqarah:261)

DONASI

TEBAR DAKWAH FILM ISLAM

Teknik Support Streaming

DJ ONLINE

IP

Visitor

free counters

TAFSIR IBNU KATSIR

NURIS TV

AGENDA TV

STREAMING RADIO RUQO FM

STREAMING RADIO RUQO FM
Radio Dakwah Ruqyah Syariyyah

RUQO FM

Server Luar Negeri

Dengarkan Nurisfm Disini

Total Tayangan Halaman

Pengunjung