Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

IDUL FITRI

Written By Rudianto on Jumat, 26 Agustus 2011 | 17.49


Hari Raya Idul Fitri datang berkunjung
setiap tahun. Yang sudah menikah dan mulai
membangun rumah tangga baru, tentunya Hari
Raya Idul Fitri ini berdua. Yang dikurniakan
cahaya mata, lebih meriah dengan kehadiran
orang baru dalam hidup. Manakala yang dalam
kesukaran, tentu amat terasa dengan sebuah
kehilangan, kesempitan, dan ada juga yang tidak
merasakan arti kegembiraan di Hari Raya Idul
Fitri.

Walaubagaimanapun Hari Raya Idul Fitri
adalah hari kegembiraan dan kemenangan untuk
semua umatNya yang telah berjaya mengarungi
Ramadhan yang telah berlalu.
Hari Raya Idul Fitri menghidupkan sunnah
Rasulullah dengan mengeratkan tali silaturrahim
keluarga dan sanak saudara yang jauh.
Menghidupkan perasaaan kasih sayang dan
ukhuwwah yang mungkin selama ini semakin
terkikis karena jiwa yang banyak sifat
madzmumah. Dengan ucapan maaf dan terima
kasih, mudah-mudahan penyakit hati yang kotor
telah dihapuskan dan segar kembali bibit rasa
kecintaan sesama saudara. Persaudaraan itu
menguatkan Islam.

Hari Raya Idul Fitri mengajak menginsafi
diri. Tatkala makan hidangan yang sedap dan
enak, fikirlah juga tentang sahabat, saudara
seiman yang hidup di dalam kesukaran. Mungkin
juga yang mengalami malapetaka. Bencana alam,
peperangan, penindasan dan penjajahan.
Zaman dahulu ketika masih hijau, anak-anak
akan ziarah dari rumah ke rumah tidak kiralah
apakah tetangga yang dikenali atau tidak. Zaman
ini pula, anak-anak kecil diberi sampul berisi duit.
Amalan memberi sedekah ini baik disamping
menggalakkan mereka untuk menabung untuk
kegunaan yang bermanfaat pada masa hadapan.
Bila bertandang ke rumah sanak saudara,
jangan pula ‘pilih bulu’. Asal saja sanak saudara
yang hidupnya berada, mewah dan kaya. Di
situlah keluarga diusung, manakala yang tidak
bernasib baik hanya pandang sebelah mata.
Sedangkan nasib diri pun tidak tahu hujung
pangkalnya.

Tentu apabila melihat kesusahan yang
dialami saudara yang selama ini jarang dilihat,
ada terdetik di hati untuk menolong. Maka
panjang-panjangkanlah pula langkah untuk
memberi bantuan di masa-masa akan datang.
Bersedekah itu akan meluaskan rezeki dan
membersihkan hati.

Di Bulan Syawal yang hangat kemeriahan
sambutannya, semoga diri tidak lupa untuk
menghidupkan sunnah berpuasa enam hari di
bulan ini. Semoga diri yang telah berubah menjadi
lebih baik akan terus istiqomah dalam kebaikan.
Ya Allah.. terimalah amalan-amalan kami yang
telah berlalu..
17.49 | 0 komentar

Mengapa Yahudi Pintar? Dan Mengapa Israel Takut Pada Penghafal Al Quran?

Written By Rudianto on Jumat, 19 Agustus 2011 | 23.52


Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, "Mengapa Yahudi Pintar?"

Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?

Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.


Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.

Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.

Stephen bertanya, "Apakah ini untuk anak kamu?"

Dia menjawab, "Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius."

Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya.

Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.

Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.

Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.

Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, "Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),"
ungkapnya.

Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam.

Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk.
Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.

Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.

Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.

Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).

Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban.
Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar.

Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak.

Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.

Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, "Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! !" katanya.

Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari.
Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.

Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius.
Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.

Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya.
Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!

Anda terperanjat?

Itulah kenyataannya.

Kesimpulan pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin?

Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza.

Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak.

Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran.


Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi..

Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur'an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka.
Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan san
Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia. Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya.

Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal.

Benarkah merokok dapat melahirkan generasi "Goblok!" kata Goblok bukan dari penulis, tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini.
"Lihat saja Indonesia," katanya seperti dalam tulisan itu.

Jika Anda ke Jakarta, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! Berapa harga rokok? Cuma US$ .70cts !!!

"Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Ditangga berapakah kedudukan mereka di pertandingan matematika sedunia?

Apakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah sendiri?"(Sabili)

SEBUAH BAHAN RENUNGAN BAGI KITA SEMUA. SEMOGA KITA SADAR APA YANG TELAH , SEDANG DAN KE DEPAN YANG AKAN KITA LAKUKAN....

(Mengapa Yahudi Pintar? Dan Mengapa Israel Takut Pada Penghafal Al Quran?)
Domain name yahoo.com juga berasal dari kata Yahooda artinya Yahudi
23.52 | 0 komentar

MISTERI LAILATUL QADAR


1. Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21
Abu Sa’id Al Khudri r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. beriktikaf pada sepuluh hari di tengah bulan Ramadhan sampai pada malam ke-21, yaitu malam yang ketika itu Rasulullah saw. selesai dari iktikafnya. Keesokan paginya beliau bersabda, “Barang siapa yang telah beriktikaf denganku hendaklah ia beriktikaf (tahun yang akan datang) pada sepuluh malam terakhir. Pada waktu itu aku pernah diperlihatkan Lailatul Qadar, lalu aku lupa pada malam yang keberapa. Hanya saja, pada waktu itu, pagi-paginya aku ingat bahwa aku sujud pada air dan tanah lumpur. Maka, carilah pada sepuluh malam terakhir dan carilah pada malam-malam yang ganjil.” Pada malam itu (Lailatul Qadar yang Rasulullah lupa) turun hujan. Adapun masjid pada waktu itu berlantaikan tanah dan tergenang air. Kata Abu Sa’id, “Aku melihat pada kening Rasulullah saw. ada bekas lumpur pada pagi hari tanggal 21 Ramadhan.” (H.R. Muslim)


2. Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23
Abdullah bin Unais r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Pernah diperlihatkan kepadaku malam Lailatul Qadar, tapi aku melupakannya. Waktu itu, shubuhnya aku sujud di lantai berlumpur.” Abdullah bin Unais berkata lagi, “Pada malam ke-23 itu turun hujan dan Rasulullah saw. shalat bersama kami. Pagi harinya Rasulullah saw. meninggalkan kami, terlihat pada kening dan hidung Rasulullah saw. ada bekas lumpur.” (H.R. Muslim)

3. Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-25, atau ke-27, atau ke-29
Sesungguhnya Rasulullah saw. keluar rumahnya untuk memberitahu kami tentang Lailatul Qadar. Ketika itu ada dua orang yang sedang bertengkar dari kaum Muslimin. Beliau berkata, “Aku datang kepada kalian hendak mengabarkan tentang Lailatul Qadar, tapi ada dua orang yang sedang bertengkar sehingga informasi itu dihilangkan dariku. Barangkali itu lebih baik bagi kalian. Maka, carilah pada malam ke-27, atau ke-29 atau ke-25.” (H.R. Bukhari)

4. Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27
Ubay bin Ka’ab berkata, “Demi Allah, aku mengetahui Lailatul Qadar. Yang paling kuketahui bahwa Lailatul Qadar itu adalah malam yang Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk qiyam, yaitu malam yang ke-27 Ramadhan.” (H.R. Muslim)

Dari Abdullah bin Abbas diceritakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. kemudian berkata, “Saya seorang kakek lemah yang sulit sekali melakukan qiyam. Beritahulah aku malam yang bertepatan dengan Lailatul Qadar!” Rasulullah saw. bersabda, “Lakukanlah qiyam pada malam ke-27 Ramadhan.” (H.R. Ahmad)

5. Lailatul Qadar terjadi pada tujuh malam terakhir
Diceritakan dari Ibnu Umar r.a. bahwa seorang sahabat Rasulullah saw. mendapat kesempatan mengalami Lailatul Qadar berupa mimpi pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan. Ketika itu, Rasulullah saw. langsung bersabda, “Mimpi kalian tepat pada tujuh malam terakhir. Barang siapa yang ingin mencarinya, maka carilah pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan.” (H.R. Muslim)

6. Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil sepuluh malam terakhir
Dari Aisyah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari)

7. Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, baik malam ganjil maupun genap
Rasulullah saw. bersabda, “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.” (H.R. Muslim)

Allah Swt. tidak menentukan secara pasti kapan tepatnya Lailatul Qadar. Hal ini mempunyai hikmah yang sangat dalam, yaitu agar setiap Muslim bersungguh-sungguh dalam beribadah, shalat, berdzikir, beristighfar, berdoa, dan membaca Al Qur’an pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Jika Lailatul Qadar ditentukan dengan pasti, pastilah orang-orang hanya beribadah pada malam itu saja dan bermalas-malasan pada malam-malam yang lainnya.

Amalan yang Dianjurkan

1. Berhias
Seorang sahabat yang bernama Hamad bin Salamah berkata, “Tsabit Al Bunani dan Humaid Ath Thawil memakai pakaian terindah yang ia miliki dan memakai wangi-wangian juga menyemprotkan pengharum ruangan di masjid pada malam yang dikira itu adalah Lailatul Qadar. Kemudian, Tsabit Al Bunani juga berkata, ‘Tamim Ad Dari membeli pakaian seharga 1.000 dirham, lalu memakainya pada malam yang diperkirakan itu adalah Lailatul Qadar.’”

2. Mengerjakan shalat Fardhu dan shalat Sunnah
Barang siapa yang mengerjakan shalat Isya berjamah, maka ia mendapatkan pahala seperti qiyâmullail setengah malam; dan barang siapa yang shalat Shubuh berjamah, maka ia mendapatkan pahala seperti qiyâmullail semalam suntuk. (H.R. Ahmad)

3. Banyak membaca Al Qur’an
Ibnu Rajab berkata, “Para salafusshalih mengkhatamkan Al Qur’an dalam bacaan shalat setiap enam hari sekali.” Seorang tabiuttabiin yang bernama Aswad mengkhatamkan Al Qur’an pada bulan Ramadhan setiap dua hari sekali. Selain Ramadhan, ia khatam Al Qur’an setiap enam hari sekali. Seorang tabiin yang bernama Qatadah mengkhatamkan Al Qur’an setiap tujuh hari sekali. Jika datang bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan Al Qur’an setiap tiga hari sekali. Jika datang sepuluh malam terakhir Ramadhan, ia mengkhatamkan Al Qur’an setiap malam. An Nakha’i juga mengkhatamkan Al Qur’an setiap malam pada bulan Ramadhan dan setiap tiga hari sekali selain bulan Ramadhan. Imam Syafi’i mengkhatamkan Al Qur’an sebanyak 60 kali pada bulan Ramadhan dan semua itu dilakukannya dalam shalat.

4. Berdoa
Berdoalah kalian kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkan doa kalian, dan sesungguhnya orang yang menyombongkan ibadah kepada-Ku mereka akan masuk Neraka Jahanam dengan kekal. (Q.S. Al Mukmin, 40: 60)
Aku (Aisyah r.a.) berkata kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu andai aku mendapatkan Lailatul Qadar? Doa apa saja yang harus aku baca?” Beliau bersabda, “Ucapkanlah: ‘Ya Allah! Sesungguhnya engkau Maha Pengampun, Mahadermawan, dan Engkau menyukai ampunan. Maka ampunilah aku.’” (H.R. Tirmidzi)

5. Memperbanyak istighfar dan bertobat
Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kalian kepada Allah dengan taubatannasuha, maka Tuhan kalian akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-Nya. (Q.S. At Tahrim, 66:

Barang siapa yang senantiasa beristighfar, Allah akan memberikan kemudahan atas semua urusannya, akan memberikan jalan keluar atas kesulitan yang ia hadapi, dan akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Ciri-Ciri Lailatul Qadar

1. Pada pagi harinya, matahari bersinar dengan redup, tidak terlalu panas
Dari Zura r.a, ia mendengar Ubay bin Ka’ab menyampaikan bahwa Ibnu Mas’ud berkata, “Barang siapa yang pada bulan Ramadhan tahun ini qiyâmullail setiap malam, pasti ia mendapatkan Lailatul Qadar.” Ubay berkata, “Demi Dzat yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya Lailatul Qadar itu terjadi pada bulan Ramadhan. Demi Allah, aku tahu bahwa Lailatul Qadar itu adalah malam yang Rasulullah memerintahkan qiyâmullail pada malamnya, yaitu malam ke-27, yang ketika paginya matahari bersinar dengan sinar putih, tidak dengan cahaya yang menyilaukan.” (H.R. Muslim)

2. Langit cerah, bulan muncul separo, bintang-bintang bermunculan dan tampak jelas
Abu Hurairah r.a. berkata, “Kami berdiskusi tentang Lailatul Qadar di depan Rasulullah saw., kemudian beliau berkata, ‘Siapa di antara kalian yang ingat bahwa Lailatul Qadar itu adalah malam yang ketika itu muncul bulan dalam keadaan separo?’.” (H.R. Muslim)
Imam Nawawi mengomentari hadits ini. Ia berkata, “Bulan muncul dalam keadaan separo menandakan bahwa Lailatul Qadar itu terjadi pada akhir bulan. Bulan tidak akan tampak dalam keadaan separo, kecuali pada akhir bulan.”

3. Cuaca sedang, tidak panas dan tidak dingin
Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah saw. bersabda, “Aku pernah diperlihatkan Lailatul Qadar, lalu aku dijadikan-Nya lupa. Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir. Lailatul Qadar itu malam yang segar dan cerah, tidak panas dan tidak dingin.” Dalam riwayat Az Zayadi ditambahkan, “Pada malam itu bulan dan bintang-bintang terlihat dengan jelas.”

4. Malamnya turun hujan
Abu Sa’id Al Khudri r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. (setahun sebelumnya) beriktikaf pada sepuluh hari di tengah bulan Ramadhan sampai pada malam ke-21, yaitu malam yang ketika itu Rasulullah saw. selesai dari iktikafnya. Pada pagi harinya, beliau bersabda, “Barang siapa yang telah beriktikaf denganku, hendaklah ia beriktikaf (tahun yang akan datang) pada sepuluh malam terakhir. Pada waktu itu, aku pernah diperlihatkan Lailatul Qadar, tapi aku lupa pada malam yang keberapa. Hanya saja, pada waktu itu, pagi-paginya aku ingat bahwa aku sujud pada air dan tanah lumpur. Maka, carilah malam tersebut pada sepuluh malam terakhir dan pada malam-malam yang ganjil. Pada malam itu (Lailatul Qadar yang Rasulullah lupa) turun hujan. Pada waktu itu, masjid berlantaikan tanah dan tergenang air.” Kata Abu Sa’id, “Pagi hari ke-21 Ramadhan, aku melihat ada bekas lumpur pada kening Rasulullah saw.” (H.R. Muslim)

Ada beberapa ciri Lailatul Qadar yang disebutkan oleh Imam Baihaqi dan Imam Thabari. Akan tetapi, ciri-ciri ini tidak terdapat di dalam hadits atau keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pohon-pohon merunduk hingga sampai ke bumi, lalu pagi harinya kembali pada posisi semula.
2. Air laut pada pagi harinya berubah menjadi tawar, lalu siangnya berubah lagi menjadi asin.
3. Pada Lailatul Qadar, anjing tidak ada yang melolong.
4. Malaikat turun dan memberikan salam kepada orang yang sedang beribadah.[]

Catatan: Sebagian isi dirangkum dari buku “Misteri Energi Lailatul Qadar” karangan Maman Surahman Az Zuhri, Lc. yang diterbitkan oleh Penerbit Syaamil, 2007.
21.41 | 0 komentar

Amalan Di Bulan Ramadhan Agar Diampuni Dosa Yang Telah Lampau


Alhamdulillah, wa shalaatu wa salaamu 'ala Rosulillah wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'in.Bulan Ramadhan sungguh adalah bulan penuh dengan limpahan pahala. Bahkan pahala setiap amalan akan dilipatgandakan di bulan Ramadhan. Berikut penjelasannya.

Allah Ta'ala berfirman,



شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ



"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu." (QS. Al Baqarah: 185)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, "Allah Ta'ala memuji bulan Ramadhan (bulan puasa) dibanding bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan tersebut, Allah memilihnya sebagai waktu turunnya Al Qur'an yang mulia."[1]



Ini menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa dari bulan lainnya.

Allah Ta'ala pun telah mewajibkan puasa Ramadhan. Ini berarti puasa Ramadhan lebih utama dari puasa lainnya yang dihukumi sunnah. Dan amalan wajib tentu saja harus lebih didahulukan daripada amalan sunnah. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,



وَجَبَ التَّقَرُّبُ بِالْفَرَائِضِ قَبْلَ النَّوَافِلِ وَالتَّقَرُّبُ بِالنَّوَافِلِ إنَّمَا يَكُونُ تَقَرُّبًا إذَا فُعِلَتْ الْفَرَائِضُ



"Wajib mendekatkan diri pada Allah dengan melakukan hal-hal wajib sebelum yang sunnah. Mendekatkan diri pada Allah dengan perkara yang sunnah bisalah dianggap sebagai ibadah jika yang wajib dilakukan."[2]

Telah ada dalil yang menjelaskan motivasi untuk melaksanakan qiyam ramadhan yaitu shalat tarawih. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,



مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ



"Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni."[3]



Begitu pula dalam hadits lainnya diterangkan mengenai keutamaan melakukan amalan lainnya (amalan apa saja) di bulan Ramadhan. Sebagaimana yang dikeluarkan dalam Sunan At Tirmidzi dari hadits Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,



إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِى مُنَادٍ



يَا بَاغِىَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِىَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ



"Pada malam pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu pun pintu yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru: "Wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah". Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadhan".[4]



Syaikh Ibrahim bin 'Amir Ar Ruhaili hafizhohullah mengatakan, "Dalil ini menunjukkan keutamaan seluruh amalan kebaikan yang dilakukan di bulan Ramadhan, lebih-lebih lagi amalan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) setelah puasa wajib, sebagaimana keterangan yang telah lewat mengenai keutamaan qiyam Ramadhan."[5]



Dari sinilah ada beberapa hadits dho'if (hadits lemah) yang menjelaskan bahwa amalan di bulan Ramadhan itu akan berlipat-lipat pahalanya. Hadits dho'if tersebut masih tercakup dalam hadits shahih riwayat Tirmidzi di atas.

Berlipatnya pahala amalan di bulan Ramadhan ini mutlak untuk amalan apa saja sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Ibrahim Ar Ruhaili dalam kitabnya Tajridul Ittiba'[6].



Kita dapat pula melihat dari perkataan para salaf berikut.

Guru-guru dari Abu Bakr bin Maryam rahimahumullah pernah mengatakan, "Jika tiba bulan Ramadhan, bersemangatlah untuk bersedekah. Karena bersedekah di bulan tersebut lebih berlipat pahalanya seperti seseorang sedekah di jalan Allah (fii sabilillah). Pahala bacaaan tasbih (berdzikir "subhanallah") lebih afdhol dari seribu bacaan tasbih di bulan lainnya."

An Nakho'i rahimahullah mengatakan, "Puasa sehari di bulan Ramadhan lebih afdhol dari puasa di seribu hari lainnya. Begitu pula satu bacaan tasbih (berdzikir "subhanallah") di bulan Ramadhan lebih afdhol dari seribu bacaan tasbih di hari lainnya. Begitu juga pahala satu raka'at shalat di bulan Ramadhan lebih baik dari seribu raka'at di bulan lainnya."[7]



Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengatakan, "Sebagaimana pahala amalan puasa akan berlipat-lipat dibanding amalan lainnya, maka puasa di bulan Ramadhan lebih berlipat pahalanya dibanding puasa di bulan lainnya. Ini semua bisa terjadi karena mulianya bulan Ramadhan dan puasa yang dilakukan adalah puasa yang diwajibkan oleh Allah pada hamba-Nya. Allah pun menjadikan puasa di bulan Ramadhan sebagai bagian dari rukun Islam, tiang penegak Islam."[8]



Intinya, di antara pahala suatu amalan bisa berlipat-lipat karena amalan tersebut dilaksanakan di waktu yang mulia yaitu seperti pada bulan Ramadhan. Begitu amalan bisa berlipat pahalanya jika dilaksanakan di tempat yang mulia (seperti di Makkah dan Madinah) atau bisa pula berlipat pahalanya karena dilihat dari keikhlasan dan ketakwaan orang yang mengamalkannya.[9]



Semoga dengan mengetahui hal ini, kita akan semakin semangat melakukan amalan di bulan suci Ramadhan ini. Apalagi dengan dibukakannya pintu surga, ditutupnya pintu neraka dan dibelenggunya setan di bulan Ramadhan, seharusnya kita lebih giat lagi untuk beribadah dan beramal. Oleh karena itu, janganlah meremehkan satu kebaikan sedikit pun juga di bulan penuh berkah ini. Semoga Allah beri kemudahan untuk beramal sholih dengan senantiasa meminta pertolongan Allah, dengan niatan ikhlas karena mengharap wajah-Nya dan mengikuti tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.



Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat.







[1] Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Qurthubah, 2/179.

[2] Majmu' Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, Darul Wafa', cetakan ketiga, 1426 H, 17/133.

[3] HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759.

[4] HR. Tirmidzi no. 682 dan Ibnu Majah no. 1642. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[5] Tajridul Ittiba', Ibrahim bin 'Amir Ar Ruhaili, Dar Al Imam Ahmad, cetakan 1428 H, hal. 118.

[6] Lihat Tajridul Ittiba', hal. 117-118.

[7] Lihat Lathoif Al Ma'arif, Ibnu Rajab Al Hambali, Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, 1428 H, hal. 270.

[8] Lathoif Al Ma'arif, hal. 271.

[9] Lihat penjelasan Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah dalam Lathoif Al Ma'arif, hal. 269-271.

_________________________
I have added cool emoticons to this message.
To see them go to http://x.exps.me?bb339cdca0a79c9242e86a4f0f56c569
00.37 | 0 komentar

Potret Diri Kita di Bulan Ramadhan

Written By Rudianto on Rabu, 17 Agustus 2011 | 12.44


"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". (Q.S Al Baqarah:183)

Sahabat, menjadi manusia bertaqwa tidak cukup hanya dibulan Ramadhan. Namun ketaqwaan ini harus kita pelihara di sebelas bulan selain Ramadhan.
Pertanyaannya, "Apakah selama ini, sejak kita diberi kesempatan oleh Allah untuk menjalani puasa Ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya hingga saat ini, kita sudah berupaya untuk mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya yang akan mendekatkan kita padaNya atau justru kita meninggalkan segala perintahNya dan melanggar laranganNya yang justru menjauhkan diri kita dariNya?"

Oleh karena itu, di bulan Ramadhan seperti ini, adalah saat-saat terbaik bagi kita untuk melihat potret diri kita selama ini. Evaluasi diri ini sangat penting untuk dilakukan agar kita mengetahui, apa yang harus kita perbaiki dari diri kita di bulan Ramadhan dan di sebelas bulan lainnya.
Dengan atau tanpa kita sadari, betapa selama ini kita menghabiskan siang dan malam dan mengerahkan segenap potensi diri kita untuk mengurus kepentingan duniawi dan melupakan kepentingan akhirat kita.
Semarak berbagai kemaksiyatan yang mewarnai kehidupan mayoritas kaum muslimin di negeri ini sekiranya sudah cukup untuk membuktikan hal itu. Mulai kasus kriminalitas semacam pembunuhan, pencurian, perampokan, pemerkosaan, perzinahan dan pornografi, aborsi serta narkoba, kekerasan terhadap anak, perempuan, dan manusia melalui perdagangan manusia (human trafficking), perilaku hidup hedonis dan individualis serta materialis melalui antusiasme kita mengikuti ajang hura-hura yang hanya mengutamakan kepentingan syahwat kita, hingga kezhaliman baik yang dilakukan oleh individu, masyarakat dan negara terhadap sesama umat manusia bahkan alam semesta. Terkait dengan apa yang sudah dan sedang kita lakukan selama ini, tentu hanya diri kita dan Allah yang maha tahu.

Betapa kita memberi ruang yang berlebihan pada kepentingan duniawi dan melupakan kepentingan kita di akhirat. Maha benar Allah dengan firmanNya, " Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kalian ini (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, dan meninggalkan kehidupan akhirat " (Qs al Qiyamah : 20-21).

Selain itu, meskipun kita mengetahui bahwa Allah telah mengajarkan dalam al Qur'an dan hadist :

" Sesungguhnya Tuhan tidak melihat badanmu atau bentukmu, tetapi kedalam hatimu " (HR Muslim)

" Berbekalah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepadaKu, hai orang-orang berakal " (Qs Al Baqarah : 197),

sebagian dari diri kita masih menghargai kehidupan dunia melebihi kehidupan akhirat.
Perhatikan sistem penghargaan sosial ditengah masyarakat. Derajat seseorang dinilai dan ditentukan oleh masyarakat kini dengan seberapa besar ia berhasil mengumpulkan materi sepanjang hidupnya. Implementasinya, orang-orang berada, tak peduli darimana dan dengan usaha apa mereka mendapatkan kekayaannya dan tak peduli apakah mereka berakhlaqul karimah ataukah tidak, lebih dihormati dan dihargai daripada orang-orang miskin walaupun si miskin tersebut orang-orang yang beriman dan bertaqwa . Padahal jelas, standard penilaian baik-buruk nya manusia di hadapan Allah adalah tingkat ketaqwaannya.

" Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepadaNya ; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. " (Qs Ali Imran : 102)

Pribadi yang bertawa tidak pernah gusar dalam kesempitan dan tidak pernah larut dalam kelapangan. Ia menyikapi semua keadaan yang dialami dengan hati penuh keimanan dan ketaqwaan. Ia yakin bahwa segala sesuatu terjadi menurut kadar yang Allah tentukan bagi makhlukNya. Ia imani firmanNya,

" Kami jelaskan yang demikian itu, supaya kalian jangan berduka cita terhadap apa yang luput darimu, dan supaya kalian jangan terlalu gembira dengan apa yang diberikanNya padamu. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri " (Qs Al Hadiid :23)

Allah juga berfirman dalam dua hadist QudsiNya,

" Sebagian orang yang pernah menyembah kenikmatan di dunia, calon penghuni neraka, dipanggil pada hari kiamat. Ia dibenamkan dalam satu kali benaman kedalam neraka. Lalu ia ditanya, ' Hai manusia, apakah engkau merasakan ada kebaikan sedikitpun? Apakah engkau masih terasa nikmat yang engkau rasakan dulu itu selama di dunia?' Ia menjawab, ' Tidak ada, wahai Tuhanku!. Aku sama sekali tidak merasakan ada kebaikan yang pernah kurasakan dan merasa tidak ada kenikmatan yang pernah kurasakan.' Lalu dipanggillah orang yang paling sengsara di dunia, ia calon ahli syurga. Dia dibenamkan kedalam syurga satu kali. Kemudian ia ditanya, 'wahai manusia! Aapakah engkau merasakan kesengsaraan? Pernahkah engkau merasakan kesusahan luar biasa (selama di dunia)?' 'Tidak pernah, wahai Tuhanku! Sama sekali aku tidak merasakan sengsara dan tidak merasakan kesusahan'. "


" Jika calon penghuni syurga telah masuk syurga, Allah SWT berfirman, ' Hai ahli syurga! Apakah kalian ingin sesuatu yang lebih nikmat dari nakmat ini?'. Mereka menjawab, ' Bukankah Engkau telah mencemerlangkan wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami kedalam syurga dan menyelamatkan kami dari neraka?' ; Maka disingkaplah hijab. Maka tidak ada kenikmatan yang lebih mereka senangi daripada memandang Tuhan mereka " (HQR Imam Muslim).

Dan terkait hal ini, Allah berfirman dalam kitabNya,

" Wajah orang-orang mu'min pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat ". (Qs Al Qiyamah : 23-24)

Tidakkah hati dan fikiran kita tergerak untuk menjadi manusia bertaqwa di sepanjang usia yang diberikan Allah pada kita agar kita bisa berjumpa dan menatap wajah Allah SWT, Rabbul alamiin yang sangat menyanyangi diri kita?
12.44 | 0 komentar

ROBOH...

Written By Rudianto on Selasa, 16 Agustus 2011 | 23.42


Bila Iman terasa mulai luntur, dilindas
kesibukan dunia. Difikirkan obatnya ada di majlis-
majlis zikrullah atau taman syurga. Namun tak
berapa lama setelah pulang dari majlis-majlis itu,
imannya kembali roboh juga.
Difikirkan rindu itu ada pada hamparan
sejadah di sepertiga malam, namun segalanya
terasa kering dan hambar semata. Disangkanya
madu kasih Ilahi pasti ada pada kalam-Nya,
sayangnya hatinya semacam tanah gersang yang
hanya mampu menampung air kasih-Nya tetapi
gagal menyerap indah cinta-Nya ke dalam diri.
Dan salah satu cara yang paling baik, pal-
ing berkesan dan paling segera adalah dzikrul
maut. Ingati mati. Karena memang benar, mati
itu senantiasa mengejar, dan manusia pun
terkadang tidak menyangka dia akan mati pada
saat ‘Izrail menjemput.
Teguhkan iman, tetapkan amal. Ketika
hamba melangkah mencari-Nya selangkah, Dia
berlari mendapatkannya seribu langkah...
23.42 | 0 komentar

BERSEDIH


Kesedihan ini bukanlah kesedihan yang bisa dirasakan oleh golongan yang mengejar
keduniaan, bersedih karena dunia dan bergembira pun karena dunia! Namun, ini
kesedihan yang dilandai rasa takut, waspada dan penuh harapan, jauh dari putus asa dan
pesimis, itulah yang dinasihatkan oleh tabiin yang agung Al-Hassan Al-Basri Rahimahullah yang
berkata: “Sesungguhnya seorang mukmin itu di pagi hari bersedih, di petang hari bersedih, karena ia berada di antara dua rasa takut. Pertama karena dosa yang telah lalu sedang ia tidak tahu adakah Allah telah mengampuninya. Kedua tentang umur yang tersisa karena ia tidak tahu apakah
kebinasaan akan menimpa dirinya.”

Jika demikian maka hal itu adalah rasa takut jika dirinya mengikuti hawa nafsu dan
penyimpangannya, khawatir jika dirinya binasa karena terjerumus ke dalam kejahatan atau
terperangkap ke dalam kebinasaan. Inilah kesedihan karena pengaruh iman,
kesungguhan untuk menyahutnya, kuat pengaruh, yang mendorong seorang mukmin
untuk berusaha bersabar, menjaga diri, membekali dirinya dengan kesabaran dan
mujahadah, karena dia hidup selalu di antara dua rasa takut, kesalahan yang telah lampau,
tanggungjawab dan pengaruhnya pada masa mendatang yang penuh godaan dan tentangan.
Dia akan bersungguh-sungguh untuk menghapus kesalahan yang telah lalu, berbuat
baik dan menjaga diri dari tipu daya syaitan di masa yang akan datang.

Begitulah kesedihan yang terpuji, tidak seperti kesedihan orang-orang yang cintakan
dunia dan rakus, sebagai buah yang baik bagi seorang mukmin yang hatinya dipenuhi dengan
rasa ini. Adapun orang-orang yang menyangka bahwa dunia adalah tempat untuk bermain-main,
bersenang-senang, berfoya-foya, bersuka-ria dengan berpaling dari akhirat, lupa akan hakikat
dunia dan rahasianya, alangkah beratnya kesedihan mereka pada hari di mana manusia
berdiri di hadapan Rabbul ‘Alamin.

Alangkah besar kerugian mereka karena telah bersuka-ria dan mengolok-olok orang yang
bertakwa yang senantiasa berhati-hati dan bersedih di dunia. Padahal orang-orang yang
bertakwa nantinya akan berkata yang artinya “Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu
berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diadzab). Maka Allah memberikan
kurnia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka.” (QS. ath-Thur: 26-27)

Sesungguhnya kemajuan yang diraih oleh orang barat yang mampu memiliki hegemoni kuat di
tengah-tengah manusia dari timur hingga barat, tiada target yang hendak diraih selain bersenang-lenang, bermain-main, bernikmat-nikmat dan berfoya-foya. Kemajuan tersebut adalah kemajuan atheis yang tidak beriman kepada hari akhirat dan tidak ada perhatian sama sekali agar manusia mendapat
kebahagiaan di akhirat.

Ironinya, pandangan barat tersebut telah menjalar menjadi perkara umum dalam masyarakat
Islam yang ditelan oleh kemajuan dan menjadikannya sebagai pedoman bertindak dan standard penilaian. Sesungguhnya kesenangan, kegembiraan dan keceriaan memang tidak dilarang dalam Islam, akan tetapi tidak boleh bagi seorang muslim lupa akan tujuan wujudnya dunia, tidak boleh pula melupakan tugas hidupnya, bahkan Islam menyerunya untuk selalu bermuhasabah, banyak berfikir, mengikuti perintah dan mempersiapkan diri sebagaimana dalam al-Quran ada menyebut yang artinya:
“Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-
orang yang lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasiq.” (QS. al-Hasyr: 18-19)

Dan telah sampai pula kepada kita nasihat Al-Hasan Al-Basri Rahimahullah yang menjelaskan
maksud dari kesedihan yang mulia tersebut yang memenuhi hati orang yang bertakwa, beliau berkata:
“Sudah sepatutnya orang yang mengetahui bahwa kematian akan mendatanginya, hari kiamat
menunggunya dan bahwa berdiri di hadapan Allah Ta’ala akan dialaminya, dia bersedih dalam waktu
yang panjang.” Setiap kita akan mengalaminya, maka siapakah yang patut mengambil iktibar?
17.32 | 0 komentar

KASIH


Termasuk yang paling berharga dalam hidup
ini adalah kasih. Mereka yang memiliki kasih
sejati menolong sesamanya dengan riang-
gembira. Mereka selalu berbahagia dalam
hidupnya yang indah dan penuh makna.
Mangasihi dan dikasihi adalah berkah.

Mereka yang dapat mengasihi dan dikasihi adalah
orang-orang yang beruntung. Jangan memagari
diri. Pancarkanlah kasih yang murni kepada or-
ang lain supaya mereka juga berkesempatan
untuk memberikan kasihnya kepadamu.

Bila kita selalu memperlakukan orang lain
dengan ramah dan penuh kasih, kita tidak akan
pernah benar-benar menderita. Terkadang kita
harus bersedia menanggung sedikit kerugian,
dan memang orang bijaksana kadang-kadang
nampak seperti orang dungu.

Memberi dan mempersembahkan dana
bukanlah hak kaum berada saja, itu merupakan
suatu kepuasan bagi hati yang tulus dan penuh
kasih. Perasaan paling menyedihkan dalam hidup
adalah : “Orang lain berlimpah kasih sayang,
sedangkan aku merana sendirian.”

Tapi hal itu tidak akan menimpa mereka yang
menempuh jalan, yang memandang orang yang
lebih tua sebagai orangtua dan menaruh hormat
kepada mereka, memperlakukan yang sama usia
sebagai saudara, dan yang lebih muda sebagai
anak kandung. Ini adalah kasih yang paling luhur,
murni, indah dalam hidup. Jangan mencampur
adukkan kasih dengan cinta duniawi, karena yang
terakhir itu penuh noda dan belenggu.

Pancarkanlah kasih yang murni dan tidak
bernoda, singkirkan konsep-konsep “untung dan
rugi”. Bila kita mengasihi tanpa membelenggu,
noda-noda itu tidak akan muncul. Kasih yang
menuntut sesuatu sebagai imbalan tidak akan
bertahan selamanya. Yang tidak lekang oleh
waktu adalah kasih yang tidak berbentuk, tidak
ternoda dan tidak menuntut apa-apa.

Bila orangtua selalu mencintai anak-
anaknya, akibatnya cinta itu akan berubah
menjadi kekecewaan. Jangan mencintai anak-
anak secara berlebihan karena hanya dengan
demikian batin mereka bisa berkembang.
Secawan teh yang harum, segar, penuh
aroma, akan membangkitkan semangat. Tapi
jangan menaruh daun teh terlalu banyak karena
rasanya akan sangat pahit dan tidak dapat
diminum. Begitu juga dengan cinta dan kasih
sayang.

Memaafkan memang tidak semudah
menyebutnya, tetapi apabila kita berhasil
melaksanakan perkara ini, kesan dari dalam jiwa
kita akan dapat dirasai. Ia kemudiannya akan
terpancar ke wajah. Inilah hikmah lain yang bisa
kita peroleh, selain jiwa tenang, wajah pun akan
berseri-seri. Insya Allah.
09.22 | 0 komentar

CINTA

Written By Rudianto on Senin, 15 Agustus 2011 | 11.51


Didalam raga yang tak berdaya ini terdapat
sebuah hati yang sedang sakit. Bertarung
dengan kegelapan dan kehampaan hidup.
Menggoncang dan menghancurkan hati. Sudah
terlalu banyak pertumpahan darah. Sudah terlalu
banyak kehinaan yang membekas. Dan bercat-
bercat hitam yang suram dalam segumpal daging
yang membeku ini
.
Ketika berteriak sekeras-kerasnya
merasakan kepedihan yang tak pernah berhenti
menyayat-nyayat jiwa dan raga ini. Dan
mengeluarkan keringat yang bercucuran.
Kebencian dan cinta telah bercampur aduk dalam
hati ini. Membuat mata hati buta dan tak tahu
perbedaan keduanya.

Peperangan dalam jiwa akan berakhir ketika
jiwa dan raga ini terpisah. Antara dua alam yang
sangat jauh berbeda dan inilah akhir dari
perjuangan yang sangat menentukan antara
kemenangan dan kekalahan.

Setiap manusia pasti mati, tak akan ada
yang bisa lari darinya, tapi betapa lalai tuk
mengingatnya seakan akan hidup untuk
selamanya. Jauhkah langkah seakan tak akan
ada yang dapat menghentikannya? jauhkah
langkah seakan tak akan memutih rambut
dimakan usia?

Seandainya kematian adalah akhir dari
segalanya itu akan menjadi sangatlah mudah,
tetapi kematian bukanlah akhir melainkan awal
dari segalanya, kematian adalah pintu dimana
akan memasuki hidup yang sebenarnya, hidup
yang tak akan pernah ada habisnya.
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang
kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu
akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia
beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (QS. 62:8)

Ada yang bekerja keras dengan
mengorbankan begitu banyak harta dan dana,
lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah
mengenangnya lagi.

Ada yang beramal besar dan selalu
mengingat-ingatnya, bahkan sebagian
menyebut-nyebutnya.

Ada yang beramal sedikit dan mengklaim
amalnya sangat banyak.

Ada yang sama sekali tak pernah beramal,
lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang
yang beramal, karena kekurangan atau
ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan
pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal
di belakang para pejuang. Mereka menukar kerja
dengan kata.

Dimana engkau wahai diriku ?
11.51 | 0 komentar

KELIRU



"Keliru Engkau Keliru
Memilih Warna Hidupmu
Keliru Engkau Keliru
Yang Putih Atau Yang Kelabu

Keliru Engkau Keliru
Memilih Arah Langkahmu
Keliru Engkau Keliru
Ke Barat Atau Ke Timur

Hanyalah Engkau Yang Tahu
Pilih Warna Hidupmu
Yang Putih Tandanya Bersih
Itu Yang Harus Kau Pilih

Berhati-Hati Melangkah
Menuju Ke Suatu Arah
Kelak Kau Akan Menyesal

Janganlah Engkau Keliru
Memilih Tuhan Yang Satu
Dialah Arah Tujumu
Yang Mewarnakan Hidupmu"(Nowseeheart)

Umat Islam terkadang sering keliru dalam
membedakan antara pikiran Islam dengan pikiran
umat Islam. Pikiran Islam dengan pikiran umat
Islam sangat jauh berbeda. Tidak sama antara
keduanya. Perbedaan antara pikiran Islam
dengan pikiran umat Islam sangat jelas.

Pikiran Islam itu baik dalam urusan
pendidikan, ekonomi, kebudayaan,kemasyarakatan,
perundang undangan,
perhubungan, pembangunan atau kemajuan
mesti berdasarkan atau berteraskan iman.
Apabila berdasarkan iman dan didisiplinkan oleh
syariat Islam, maka semua tindakan itu menjadi
ibadah.

Berlainan dengan pikiran umat Islam.
Pikiran umat Islam ialah buah pikiran dari umat
Islam atau pemimpin umat Islam atau ulama Is-
lam tapi belum tentu berdasarkan iman dan
mengikut disiplin syariat.

Kadang-kadang ada yang memberikan
pandangan atau buah pikiran dalam berbagai
aspek tidak berdasarkan iman dan tidak
didisiplinkan secara syariat Islam samasekali.
Hanya karena pikiran itu dikeluarkan oleh
pemimpin-pemimpin Islam atau cendekiawan Is-
lam terutama ulama Islam maka orang
menganggap pikiran itu atau pandangan itu
adalah pikiran Islam.

Orang awam tidak dapat menilai apakah
benar atau tidak pandangan itu. Berdasarkan
iman atau berdisiplinkan syariat Islamkah atau
tidak. Kebanyakan langsung menerima dan
mengamalkannya tanpa ragu.
Sesuatu pandangan atau buah pikiran itu,
sekalipun diucapkan oleh pemimpin Islam,
cendekiawan Islam atau ulama Islam, kalau tidak
berdasarkan iman dan tidak berlandaskan syariat
Islam maka ia bukanlah buah pikiran Islam.
***
Umat Islam hari ini hendaknya berhati-hati
karena hari ini pemimpin-pemimpin umat Islam,
cendekiawan-cendekiawan umat Islam dan
ulama-ulama umat Islam sebagian pemikiran
mereka telah rusak karena belajar dari Barat yang
sangat kebenciannya terhadap Islam.
Lebih-lebih lagi universitas-universitas di
Barat dan Amerika membuka fakultas fakultas
Islam. Ada dari umat Islam turut belajar Islam
yang telah diselewengkan dan diajar oleh musuh-
musuh Islam.

Selesai belajar, pulang ke tanah air umat
Islam. Menjadi pemimpin-pemimpin, menjadi
cendekiawan atau digelar ulama-ulama oleh umat
Islam. Tak sedikit yang terpengaruh sehingga
diambil pandangan mereka tanpa ditapis lagi.
Padahal mereka berbicara atau memberi
pandangan menyambung lidah musuh-musuh Is-
lam.
11.19 | 0 komentar

CAHAYA


Sumber keharmonian di dalam sebuah rumah
adalah bilamana semua penghuninya dirahmati
dan diberkati Allah. Namun, rahmat Allah tidak
akan turun jika rumah dipenuhi suasana pergaulan
dan aktivitas yang Allah tidak ridhai. Lebih-lebih
lagi jika kehidupan penghuni-penghuninya
bergelimang dengan dosa dan tidak ada ketaatan
kepada Allah.

"Rumah yang di dalamnya dihiasi alunan
bacaan al-Quran akan memancarkan cahaya
hingga terlihat oleh para penghuni langit,
sebagaimana bintang-bintang memancarkan
cahaya terlihat oleh para penghuni bumi."
(Riwayat Baihaqi)

Rumah yang sempit sekalipun akan terasa
lapang dan terang-benderang karena adanya
cahaya dari bacaan al-Quran.
Betapalah kalau sesebuah rumah itu
senantiasa dihiasi dengan dzikir, puji-pujian
kepada Allah, taubat, sedekah, menjalin
silaturrahim serta pelbagai amalan baik oleh para
penghuninya. Diperindah pula dengan sifat saling
menyayangi, saling pemaaf, penyantun,
penyabar, pemurah, berlapang dada dan lain-
lain sifat mulia.

Nabi saw pun pernah bersabda bahwa di
antara ciri-ciri keluarga yang bahagia ialah rumah
yang lapang, selain dari isteri yang solehah dan
beberapa faktor lain.

Tapi rumah yang lapang pun, mestilah rumah
tersebut dihidupkan dengan suasana masjid.
Janganlah dijadikan sebagai hotel sebagai
tempat makan, minum, berhibur dan tidur saja.
Biarlah di dalam rumah tersebut ada
didirikan solat berjemaah sekali sekala, selalu
diperdengarkan bacaan Al Quran, adakan sedikit
majlis ilmu sekurang-kurangnya untuk keluarga
sendiri.

Kalau ada televisi, radio, dan media
electronik lainnya, biasakan diri dan anak-anak
dengan hiburan yang dapat mendidik dan
melembutkan jiwa. Walau pun awalnya mungkin
agak susah dan rasa janggal tapi lama-lama akan
dapat rasa perbedaan dalam diri dan keluarga.
Dari Ibnu Abbas Ra yang berkata bahwa
Rasulullah Saw bersabda, “Seseorang yang tidak
ada Al Quran dalam dirinya maka seperti rumah
usang tua yang rusak.” (HR. Tirmidzi)

“Janganlah kalian jadikan rumah kalian
seperti kuburan, karena sesungguhnya syaitan
akan lari dari rumah yang dibaca di dalamnya
surat al-Baqarah.” - (Hr. Imam Muslim)
Ya Allah, Bantulah kami untuk mengingati
Mu.... Amin
11.14 | 0 komentar

AMANAH

Written By Rudianto on Kamis, 11 Agustus 2011 | 17.32


Seorang pemuda sedang dalam satu
perjalanan yang jauh, merasa amat letih. Dia
pun berhenti berehat di satu kawasan
perkampungan dan melepaskan kudanya mencari
makan di situ. Oleh karena keletihan, pemuda itu
tertidur di bawah pohon. Kudanya yang kelaparan
merumput di satu kawasan ladang dan memakan
tanaman di situ. Tidak berapa lama kemudian,
sang petani yang memiliki ladang itu pun balik.
Melihat habis tanamannya musnah, petani itu
hilang kesabaran lalu membunuh kuda yang
memakan tanamannya.

Apabila terjaga dari tidur, pemuda itu
mencari kudanya. Puas dia mencari tidak juga
berjumpa. Akhirnya dia ketemu bangkai kudanya
di sebuah ladang. Melihat keadaan itu, dia
menjadi marah dan mencari pembunuh kudanya.
Dia terus menuju ke sebuah rumah berdekatan.
Begitu menjumpai tuan rumah, dia terus
mengamuk dan terjadilah pertikaian dan akhirnya
petani itu terbunuh.

Peristiwa itu diketahui orangramai. Pemuda
itu dibawa berjumpa khalifah untuk diadili.
Mengikut hukum qisas, bunuh dibalas dengan
bunuh. Khalifah memerintahkan supaya dia
dipenjarakan sehari semalam sebelum dia
dipancung pada jam 5.00 keesokan petangnya.
Pemuda itu merayu supaya dia dibolehkan
balik dahulu berjumpa ibunya untuk
menyelesaikan satu perkara yang amat penting.
Khalifah tidak meluluskan rayuan pemuda itu.
Namun pemuda itu tidak berputus asa dan terus
merayu sambil menyatakan dia mempunyai
tanggungjawab yang mesti dibereskan sebelum
dia dihukum bunuh. Dia berjanji akan balik segera
begitu urusannya selesai.

Khalifah meminta pandangan waris si mati.
Anak petani itu tidak mengizinkan pemuda itu pergi
karena bimbang dia tidak akan datang lagi untuk
menerima hukuman mati. Berkali-kali pemuda itu
merayu dan bersumpah akan datang semula,
namun tiada seorangpun menunjukkan tanda
simpati. Akhirnya tampil seorang tua menuju
menghadap khalifah menyatakan kesanggupan
untuk menjadi tebusan/jaminan untuk
membolehkan pemuda itu balik ke rumah.

Orang tua itu tidak lain tidak bukan ialah
Abu Dzar, seorang sahabat Nabi yang banyak
merawikan Hadits. Melihat apa yang berlaku,
semua hadirin tercengang dan sebahagian besar
memarahi Abu Dzar karena tindakannya yang
membahayakan diri sendiri. Abu Dzar berjanji
untuk menjadi tebusan dan membolehkan pemuda
itu pulang menyelesaikan masalahnya. Melihat
kejadian ini, pemuda itu menjadi tenang dan
mengikat janji bahwa dia akan kembali
secepatnya untuk dipancung begitu urusannya
selesai.

Abu Dzar faham kegagalan pemuda itu
menunaikan janji akan mengakibatkan nyawanya
tergadai. Ketika ditanya Khalifah bagaimana dia
sanggup meletakkan dirinya dalam keadaan
membahayakan, Abu Dzar menerangkan demi
keluhuran Islam, dia sangat malu melihat tiada
siapapun sanggup mengulurkan bantuan ketika
pemuda asing itu dalam kesusahan yang amat
sangat. Pemuda itu dibolehkan pulang ke rumah
sementara Abu Dzar pula dikurung di penjara.
Pada keesokan petangnya, penuh sesak
manusia menuju ke istana khalifah untuk
menyaksikan episode yang mencemaskan. Ramai
menganggap Abu Dzar akan dibunuh karena
kemungkinan besar pemuda itu tidak akan datang
menyerahkan lehernya untuk dipancung. Saat
yang mendebarkan berlaku ketika beberapa menit
lagi jam lima petang, pemuda itu masih belum
tiba.

Abu Dzar dikeluarkan dari kurungan.
Kegagalan pemuda itu menghadirkan diri akan
menyebabkan Abu Dzar menjadi mangsa. Di saat
terakhir, orangramai melihat kelebat seorang
lelaki menunggang seekor kuda dengan amat
kencang sekali. Ketika itu riak cemas orangramai
bertukar menjadi reda. Tepat sekali bagaimana
dijanjikan pemuda itu sampai genap jam lima
petang. Pemuda itu lantas turun di hadapan
Khalifah seraya meminta maaf karena 'terlambat'
menyebabkan suasana tegang dan cemas.

Pemuda itu menerangkan sepatutnya dia
sampai lebih awal, tetapi terlambat disebabkan
tali kudanya putus di tengah perjalanan. Dia
menerangkan urusan yang dikatakannya amat
penting dulu ialah karena terpaksa menyelesaikan
tanggungjawabnya sebagai penjaga harta anak-
anak yatim dan menyerahkan tugas itu kepada
ibunya. Pemuda itu berjumpa Abu Dzar untuk
mengucapkan terimakasih di atas
kesanggupannya menjadikan dirinya sebagai
tebusan. Selepas itu dia segera ke tempat
dilakukan hukuman pancung. Ketika pengawal
hendak menghayun pedangnya, tiba-tiba anak
petani dengan suara yang kuat meminta hukuman
dibatalkan. Dengan rela hati dia memaafkan
kesalahan pemuda itu. Mendengar kata-kata
anak petani itu, pemuda itu amat lega dan terus
sujud tanda syukur kepada Allah.
***
Kisahnyata ini menggambarkan betapa
luhurnya pribadi individu apabila Islam telah
menyelinap di sanubari. Seseorang sanggup
mengorbankan jiwa dan raganya demi menjaga
maruah Islam untuk mengulurkan pertolongan kepada
orang yang di dalam kesusahan.

Agama Islam jika diamal dan dihayati sepenuh
jiwa dan raga mampu menjadikan seseorang
berakhlak mulia dan sanggup mati karena
menunaikan janji yang telah dibuat. Orang Islam
semuanya bersaudara saling bantu-membantu dan
sanggup mengulurkan pertolongan sekiranya ada
saudara berada di dalam kesusahan.

Sebaik-baik mahkamah adalah mahkamah
syariat yang 100% berlandaskan syariat Islam.
Hukuman yang dijatuhkan adalah yang paling adil.
Ini adalah karena hukuman yang dikenakan adalah
setimpal dengan kesalahan dan sejalan dengan
perintah Allah. Dia menjadikan segala sesuatu di
dunia ini dan Dialah juga yang maha mengetahui
obat atau penyembuh segala penyakit sosial. Dalam
Islam, bunuh dibalas dengan bunuh. Inilah keadilan
Allah. Manusia yang tidak mengiktiraf hukuman Allah
dan ridha dengan keputusan mahkamah sekuler
jelas membelakangi dan mempersendakan Allah.
Jika hukuman tidak ikut hukum qisas/hudud,
mereka akan diseret ke mahkamah Allah di akhirat di
mana mereka akan dihukum seadil-adilnya.
Sebaliknya mereka yang telah dihukum di dunia
berlandaskan syariat Islam, dia tidak akan dihakimkan
sekali lagi di akhirat.
17.32 | 2 komentar

Karkoons; Pahlawan Bertopeng Akhir Zaman…


Ketika Panglima Maslamah ibn Abdul Malik bersama pasukannya mengepung sebuah benteng Romawi, hanya ada satu jalan masuk ke dalamnya. Masalahnya, pintu gerbang Romawi tersebut sangat sulit dibuka dan terdapat sandi-sandi yang sulit dipecahkan.

Setelah pengepungan berlangsung beberapa lama, Maslamah berseru kepada pasukannya, "Barangsiapa berani menerobos pintu dan bisa membobol sandinya, kalau dia mati saat menerobosnya, maka dia akan mendapatkan surga, insya Allah. Kalau dia selamat, maka tanah yang ada di balik pintu itu pantas untuknya. Dia harus membuka pintu itu agar pasukan Islam dapat masuk ke dalam benteng tersebut."

Seorang prajurit, yang mukanya ditutup kain surban, berdiri seraya berkata, "Aku akan melakukannya, wahai Panglima."

Keesokan harinya, benteng tersebut sudah terbuka sehingga tentara islam bisa masuk dan memenangkan peperangan.

Selama tiga hari Panglima Maslamah ibn Abdul Malik bertanya-tanya, "Siapakah orang yang mengenakan tutup muka itu?

Maslamah berkata lagi; "Aku bersumpah, agar orang yang mengenakan tutup muka menemui aku, kapan pun waktunya, siang ataupun malam."

Setelah Maslamah berbicara, tengah malamnya ada seorang tentara bertamu kepada Maslamah. Orang itu berkata; “Aku tahu siapa orang bertopeng serban itu, wahai panglima. Dia meminta tiga syarat sebelum engkau boleh melihatnya."

"Katakan, apa syaratnya?", tanya Maslamah.

"Satu, engkau tidak boleh mengumumkan namanya kepada orang-orang. Dua, engkau tidak boleh memberinya imbalan apapun. Dan yang ketiga, engkau tidak boleh melihatnya sebagai orang yang memiliki keistimewaan." Dengan kata lain, dia tidak menginginkan apa-apa dari jasanya itu.

"Baiklah, aku terima…", kata Maslamah.

Orang itu berkata, "Akulah orang yang mengenakan tutup muka itu, wahai panglima..."

Maslamah langsung menghampiri dan memeluknya. Maslamah lalu berdoa, "Ya Allah kumpulkanlah aku bersama orang yang mengenakan tutup muka ini. Ya Allah, kumpulkanlah aku bersama orang yang mengenakan tutup muka ini…"

NB: Diambil dari Kitab Al-Minhaj Fi Al-Mafahim Al-Islamiyah Wad Da'wah, Karya Syeikh Hasyim Muhammad, jilid 2 hal. 76

---------------------------------------------------------------------------

Karkoons...

Dia bagaikan seorang pahlawan bertopeng yang dengan gagah berani menembus kokohnya benteng pertahanan kebatilan yang terbungkus sangat rapi dengan menggunakan simbol-simbol propaganda Dajjalisme dan Satanisme di akhir zaman ini.

Sang "Karkoons" melihat celah dan membuka pintu itu lebar-lebar, dan memberikan cahaya kebenaran yang terang sehingga pasukan pencari kebenaran bisa masuk, melihat kebenaran dan dapat melihat letak musuh yang selama ini bersembunyi dibalik baju modernisasi.

Sekarang dan mungkin sampai kapanpun, mungkin Pahlawan Bertopeng Surban (Karkoons) ini tidak mau memperlihatkan dirinya yang sebenarnya. Bukan berarti dia pengecut atau tidak berani berdebat, tetapi hanya semata mencari ridha Allah bukan popularitas.

Anda bisa melihat karya-karyanya di youtube/user/karkoons

•Sheikh Imran N. Husein – Penjelasan Tentang Datangnya Dajjal (9 video)
•Satanisme Kebudayaan Modern (15 video)
•Freemason Dhani Dewa - Yahudi (8 video)
•The Arrivals -Teks Indonesia- (49 video)
•Phase 3 -Teks Indonesia- (20 video)
•Freemason War Against Islam -Teks Indonesia- (6 video)
•The Divine Book -Teks Indonesia- (10 video)
•Keajaiban Mekah & Ka'bah (1 video)
•Keagungan Nabi Muhammad SAW (1 video)
•Konspirasi Media (2 video)
•Food Inc -Teks Indonesia- (6 video)
•Penguasa Ekonomi Dunia (5 video)
•The New Rulers of The World_teks indonesia (6 video)
•Rahasia Museum Prasasti Jakarta (2 video)
•Dan masih banyak video-video lain yang mengejutkan bila anda lihat

Saya bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya kepada Saudara Karkoons ini yang berupaya dengan segala daya dan kekuatan untuk mengkaji dan analisa kritisnya yang mendalam dan mendetail, sehingga dengan izin Allah, dia berhasil membuka sebagian kedok penyembah Dajjal (Mata Satu) di negeri ini.

Maju terus Karkoons!... Bongkar semua konspirasi licik yang anda ketahui. Semoga Allah memberikan panjang umur dan sehat wal ‘afiat, tetap istiqomah di jalan Allah ini dan semoga Allah selalu melindungi dan menjaga keselamatan anda dari setiap makar jahat kaum penyembah Iblis dan Dajjal. Amin…


NB: Video-video karya Karkoons diatas bukanlah kebenaran mutlak dan tidak bermaksud menghakimi seseorang. Tapi, inilah bukti yang terkuak & terpecahkan. Karkoons mengajak anda untuk menganalisis dan menelitinya lebih lanjut tentang kebenarannya

Sumber
09.00 | 0 komentar

Melampaui Harumnya Minyak Kesturi

Written By Rudianto on Rabu, 10 Agustus 2011 | 17.39

Allah SWT berfirman melalui sabda Rasulullah Saw.,:
وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ عِنْدَ اللَّهِ أَطْيَبُ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Sungguh, khulûf (bau busuknya mulut) orang yang shaum, lebih harum dari wanginya minyak kesturi di sisi Allah.” (HR. Bukhari)

Setelah Allah SWT menggambarkan pahala tak terbatas dan fungsi perisai dari ibadah shaum, kemudian Allah memberikan sifat-sifat Al-Shâim (orang yang sering berpuasa). Apakah makna mendalam di balik ungkapan sejati ini?

Khulûf (bau busuk mulut) dalam redaksi hadits di atas berarti perubahan bau mulut seseorang karena shaum. Dalam Fath Al-Bâri, persoalan ‘Khulûf yang shaum itu lebih wangi dari minyak kesturi’, terbagi kepada beberapa pendapat. Pertama, ada yang berpendapat bahwa maksudnya Allah SWT menghilangkan wanginya mulut orang shaum untuk digantikan dengan sesuatu yang lebih baik. Kedua, ada juga yang berpendapat bahwa maksudnya Allah SWT menugaskan kepada malaikat untuk lebih mengharumkan khulûf orang yang shaum lebih dari wanginya minyak kesturi. Ketiga, sebagian lagi berpendapat, bahwa wangi dan tidak wangi menurut Allah SWT adalah dua hal yang berbeda jika dibandingkan dengan apa yang manusia ketahui. Keempat, sebagian lainnya memegang pendapat bahwa khulûf yang shaum akan dibalas dengan wangi yang melebihi minyak kesturi di akhirat. Kelima, Al-Dâwuddi berpendapat bahwa khulûf yang shaum lebih besar pahalanya daripada memakai wewangian di mesjid atau majelis ilmu. Pendapat terakhir ini dikuatkan oleh Imam Nawawi.

Akan tetapi, seluruh pendapat berujung pada kesimpulan yang sama bahwa perbandingan khulûf dengan minyak kesturi adalah gambaran keridhaan dan penerimaan amal shaum di sisi Allah SWT, baik di dunia maupun akhirat. (Lihat penjelasan lebih dalamnya di Fath Al-BârÎ, 6/129).

‘Menengok’ Isyarat Hadits

Melihat tinjauan di atas, kita dapat melihat bahwa khulûf (halitosis) atau bau busuk mulut orang shaum adalah salah satu bentuk ta’dîb (pendidikan) yang harus dijalani orang yang shaum. Tentu saja dalam rangka menghasilkan hidup yang lebih berkualitas dan memanusiakan manusia. Jika dilihat, ternyata banyak isyarat yang dapat dikaji dalam dunia makanan dan minuman, yang semuanya ditahan selama proses shaum.

Dalam Surat Al-Maidah (hidangan)—yang tentu saja memiliki konotasi makanan serta minuman—terdapat ayat tentang tata cara wudhu, yaitu pada ayat ke 6. Pertanyaannya adalah apa hubungan makanan dengan wudhu? Imam Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Manar menjelaskan bahwa kaitan wudhu dengan makanan terletak pada najâsah (najis) dan hadats (pembatal wudhu) yang keduanya dihasilkan dari makanan dan minuman. Air kencing, tinja, dan mâdzhi (najis) berasal dari makanan yang kita makan. Begitu pula buang air kecil, buang air besar, mengeluarkan air mani, haidl, serta nifas yang semuanya berasal dari makanan.

Pada ujung ayat ke-6 Surat Al-Maidah ini, Allah SWT berfirman,
مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Tidaklah Allah (dengan syariat wudhu dan mandi junub ini) hendak membuatmu merasa berat, akan tetapi Allah berkehendak untuk membuatmu suci, menyempurnakan nikmatnya kepada kalian, dan agar kalian bersyukur (QS. Al-Maidah, [5]:6).

Tujuan syariat wudhu dalam ayat ini disebutkan tiga macam: 1) membuat suci (li yuthahhirakum), 2) menyempurnakan nikmat (liyutimma ni’matahu), dan 3) agar kita bersyukur (la’allakum tasykurûn).

Pertama, taklîf al-ibadah (tanggung jawab ibadah) yang tergambar dalam bersuci adalah syarat mutlak sahnya seseorang melakukan sholat. Kedua, ahdâf al-mâdiyyah (tujuan fisik/medis)-nya terletak pada kesempurnaan nikmat. Ketiga, ahdâf al-haqîqiyyah (tujuan inti)-nya terletak pada syukur nikmat.

Untuk yang pertama, biarlah para ahli fiqih ibadah membahas tuntas kajian tentang fikih bersuci.

Sedangkan ahdâf al-mâdiyyah (tujuan medis/fisik) dari mengeluarkan kotoran merupakan kesempurnaan nikmat yang telah Allah berikan dalam tubuh manusia. Beberapa bulan yang lalu, saya diberi ilmu oleh seorang dokter spesialis anak di Kabupaten Garut, dr. Manan Affandi, Sp.A. Beliau menjelaskan tentang keajaiban ginjal. Menurutnya, dalam satu ginjal kita, terdapat ‘kabel’ (hilus) tipis sejauh (bukan sepanjang lagi) Garut-Surabaya. Setiap air yang kita minum wajib melewati ‘kabel’ tersebut sebelum kita mengeluarkannya lewat testis dalam bentuk air seni. ‘Kabel’ inilah yang bertugas menetralisir kotoran untuk segera dibuang dan memastikan konsentrasi ion mineral diserap tubuh, menyeimbangkan PH, serta komposisi air dalam darah. Gangguan ginjal berarti mengganggu ion mineral diserap tubuh, suhu badan terganggu, dan yang lebih parah adalah darah menjadi mengental hingga menyulitkan kerja jantung. Itu hanya persoalan air, lalu bagaimana dengan makan padat yang masuk ke lambung? Lebih menakjubkan lagi. Saking takjubnya, tidak cukup kita mengucap al-hamdulillâh, tapi harus diikuti dengan sikap bersyukur.

Sikap syukur dalam ayat di atas adalah bagian dari ahdâf al-haqîqîyyah (tujuan inti). Rasa, ucap, pikiran, dan kerja mesti bersyukur pada Rububiyyah Allah yang telah mengatur seluruh sistem tubuh kita secara sempurna secara gratis dan tak berbayar! Syukur yang dimaksud adalah dengan melaksanakan ke-thâ’at-an dan khidmat (pengabdian) dengan sebaik-baiknya pengabdian.

Begitu pula syariat shaum. Di dalamnya mengandung tiga tujuan yang sama, taklîf al-‘ubûdî, ahdâf al-mâdiyyah, berikut ahdâf al-haqîqîyyah. Lagi-lagi, biarlah para ahli fikih al-‘ibadah yang membahas tuntas taklîf al-‘ubûdiyah-nya. Sebab penulis hanya akan memperdalam isyarat hissiyyah dan maknawiyyah-nya.

Ahdâf Al-Mâdiyyah

Salah satu sistem penghancur makanan dalam lambung kita adalah zat asam lambung. Asam lambung akan merespon makanan yang mengendap di lambung sesuai dengan pola dan kebiasaan makan. Jika kita biasa makan pukul 07.00 secara konsisten selama satu bulan, maka asam lambung akan merespon makanan itu pukul 07.00 juga. Inkonsistensi pola dan jadwal makan, mengakibatkan respon asam lambung tidak karuan. Akibatnya, ia akan keluar di saat endapan makanan belum sampai ke lambung. Atau sebaliknya, yaitu ketika makanan sudah mengendap di lambung, asam lambung belum nongol juga.

Walhasil, jika pola makan lebih diperparah dengan asupan makanan yang tidak seimbang, akan mengakibatkan gejala penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau kelainan yang menyebabkan cairan lambung mengalami refluks (mengalir balik) ke kerongkongan dan menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar di dada, kadang-kadang disertai rasa nyeri serta gejala lain seperti rasa asam dan pahit di lidah, nyeri ulu hati, perut kembung, sering bersendawa, serta kesulitan menelan. Setidaknya begitu menurut informasi yang dapat dibaca di internet.

Dalam kacamata medis barat, bau mulut atau halitosis adalah penyakit. Namun dalam dunia medis timur (herbal), halitosis tidak sepenuhnya penyakit. Dalam herbal, bau mulut akibat perpindahan pola makan dari tidak teratur kepada teratur, akan mengakibatkan refleksi tindak balas tubuh yang bersifat positif. Barulah disebut penyakit jika yang terjadi adalah proses sebaliknya, yaitu baut mulut akibat perpindahan pola makan dari teratur ke pola makan serampangan.

Refleksi tindak balas positif pola makan teratur dari yang sebelumnya tidak teratur adalah mengendapnya makanan tanpa direspon langsung oleh asam lambung. Dengan demikian, endapan makanan akan sedikit membusuk sebelum asam lambung ‘mengunyah’ dan menghancurkan makanan. Proses itu terjadi sebanding dengan berapa lama pola makan yang tidak teratur selama ini. Jika pola tidak teratur kita sudah menahun, maka bau mulut (halitosis) akan berlangsung lama.

Oleh sebab itu, dari tinjauan medis, Sahûr dan Ifthâr, menghasilkan efek positif—meski nampaknya yang terasa adalah bau mulut. Halitosis atau khulûf yang diakibatkan oleh shaum terjadi akibat pola makan teratur pada waktu sahûr dan ifthâr (buka shaum). Selama bulan Ramadhan, lambung kita dilatih untuk ‘berkomunikasi’ secara lebih baik dengan asam lambung. Maka satu bulan adalah waktu yang cukup untuk proses sinkronisasi asam dengan endapan makan dalam lambung kita. Apalagi ditambah dengan shaum syawwal dan senin kamis, shaum daud, serta shaum sunnah lainnya di luar bulan Ramadhan.

Ahdâf Al-Haqîqîyah

Bagi seseorang yang sudah terbiasa shahûr dan ifthâr—bukan hanya pada bulan Ramadhan—maka halitosis (khulûf) akan berlangsung cepat. Bahkan untuk beberapa orang dengan derajat shâ-im (banyak shaumnya daripada tidak shaum), halitosis hampir tidak terjadi.

Lalu bagi yang terbiasa, apakah hilangnya halitosis (khulûf) berarti hilangnya wangi minyak kesturi? Di sinilah letaknya al-jawâmi’ al-kalîm hadis Rasulullah. Jika bau mulut orang shaum mampu melampaui harumnya minyak kesturi, apatah lagi wangi mulut akibat shaum? Wangi mulut yang bukan akibat mouth spray, wangi mulut yang terbit dari pola makan teratur serta sumber makanan yang halal sewangi mulutnya Rasulullah Saw!

Itulah sebabnya, jika orang yang sedang shaum adalah orang terpandang di mata Allah, maka orang yang sehari-harinya banyak shaum ketimbang tidak shaumnya (al-Shâim; menggunakan Isim Al-fâ’il) kedudukan mereka lebih dari dari sekedar terpandang di mata Allah. Mereka adalah tamu Surga Al-Rayyân, sebuah surga yang pintunya hanya disediakan untuk mereka!

Dari sinilah, syukur yang dimaksud dalam rangkaian penutup Surat Al-Baqarah ayat 185 yang nafasnya hampir sama dengan syariat wudhu dalam surat Al-Maidah (Hidangan) di atas,

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Allah menghendaki kemudahan kepadamu (dalam syariat shaum ini), dan sama sekali tidak menghendaki kesulitan, dan agar kalian menyempurnakan bilangan (shaum) dan mengagungkan Allah atas petunjuk yang telah Allah berikan kepada kalian, dan agar kalian semuar bersyukur (QS. Al-Baqarah, [2]:185).

Sampai di sini jelaslah, bahwa apa yang dipandang baik oleh Allah SWT sejatinya lebih berharga dari bumi, langit dan seisinya! Bau busuk mulut orang shaum adalah lebih baik di dunia maupun akhirat. Sebab mereka sedang berproses untuk mengagungkan Allah (takbîr). Hingga terlahir menjadi manusia-manusia al-muhtadî (orang yang mendapat petunjuk), sebab hanya kepada orang-orang yang jiwanya bersih dari hal-hal haram (halâlan) serta mengendapkan makanan halal dengan cara yang baik (thayyiban), petunjuk itu akan datang menghampiri.

Oleh sebab itu, benarlah bahwa perbandingan khulûf dengan minyak kesturi adalah gambaran keridhaan Allah di dunia dan akhirat. Dalam ungkapan singkat, Al-Qâdhi ‘Iyâdh mengatakan, “Bagi setiap ketaatan, ada akibat baik (tsamrah) di dunia dan ada pahala (tsawâb) berlimpah di akhirat.”

Dengan mendalami makna ini, jelaslah bahwa syariat yang Allah taklîf-kan kepada manusia—termasuk menahan lapar, haus, syahwat dalam ibadah shaum—seluruhnya adalah untuk mempermudah manusia menjadi manusia yang manusawi. Wallahu’alam

Al-Faqîr ‘Ilâ ‘Aunillâh
17.39 | 1 komentar

(BUKAN) ‘TREND’ RAMADHAN

(BUKAN) ‘TREND’ RAMADHAN

Setiap Ramadhan datang, masyarakat menggambarkannya sebagai bulan malas, bulan enak tidur, serta bulan mengalah. Dengan latah orang mengatakan, “Inni shâ-imun” (aku sedang shaum). Dengan dalil yang sama masyarakat kita tak acuh dengan kemunkaran yang terjadi di sekeliling kita. Katanya, “Di bulan Ramadhan kita tidak boleh marah”. Padahal jika mau jujur, pagar sosial kita sudah mengendur, kepekaan terhadap apa yang kita sebut norma-norma sosial sudah mulai memudar, baik dalam Ramadhan atau tidak. Dulu wanoja (anak muda) Sunda masih merasa malu jika harus berpelukan di tempat umum, namun saat ini sudah tidak.


Dulu masyarakat kita merasa iri jika harus buka-buka aurat di tempat terbuka, namun saat ini sudah tidak. “Tak sopan jika harus mengganggu privasi orang”, katanya. Kita sudah bingung membedakan antara sopan santun dan amar ma’ruf.

Kita juga sudah tidak mampu membedakan antara marah dannahyu al-munkar! Lebih parah lagi, aksi nahyu al-munkar dianggap sebagai upaya kekerasan. Kita sudah latah mengidentikkan kekerasan dengan yang bersifat fisik. Kemerosotan akhlaq, pembudidayaan trend sampah, hingga legalisasi kemaksiatan, tidak lagi dianggap sebagai sebuah KEKERASAN.

Lihat saja, betapa televisi kita dengan penuh ‘sabar’ mendidik anak-anak kita untuk tidak malu mengumbar aurat. Seingat saya di Garut, trend ABG perempuan yang memakai celana sangat pendek sembari naik motor matic, baru merebak satu tahunan ke belakang. Saat ini, “Tidak ‘gaul’ kalo naik motor matic tanpa celana pendek”, katanya. Akibat trend di atas, toko orang-orang muslim terpaksa menyediakan baju dengan model celana jeans pendek. “Kalau tidak disediakan, toko kita sepi pak”, katanya.

Lihat juga bagaimana kita dengan penuh ‘inovasi’ mendidik diri untuk wajib bingung menghadapi Ramadhan. Bingung, menu buka puasa hari ini apa? Bingung, sepatu baru tahun ini merek apa? Bingung, di mana harus beli baju baru tahun ini? Bingung, mudik tahun ini harus bawa apa ke kampung? Bingun, mudik tahun ini harus naik apa? Semua hal dipermasalahkan, kecuali Ibadah Ramadhan kita.
Akibat pola konsumtif di atas, lihat pula bagaimana ‘kreativitas’ pasar. ‘Pasar’ menghendaki kenaikan harga, oleh sebab itu satu buah cabai bisa naik sampai seribu rupiah. ‘Pasar’ juga mengehendaki agar bahan-bahan dasar naik juga harganya. Namun pintarnya, ‘Pasar’ sudah bisa menebak situasi ini dua bulan sebelumnya, hingga untuk bahan-bahan tertentu, ditimbun dulu. Sebab ‘Pasar’ selalu punya prinsip, dengan modal yang sedikit, harus meraih untung sebesar mungkin! Namun ada juga ‘pasar’ kecil kita yang masih memiliki ‘belas kasihan’. Ada ide lain, katanya. Yaitu dengan mengganti bahan-bahan pokoknya dengan bahan buatan. Dan yang penting, “rasanya tetap, harganya tidak perlu naik”. Lalu bagaimana efek sampingnya? “Itu mah, urusan nanti kang?”, jawabnya enteng.

Untuk trend ‘kredit’ kendaraan, bahan dasar idenya sama namun caranya yang berbeda. Dimurahkanlah DP-nya, agar setiap keluarga bisa mudik dengan motor baru ke kampungnya. Bukan sekedar murah, bahkan ada hadiah televisinya. Akhirnya masyarakat kita ramai-ramai berbudaya kredit, tanpa menghitung dari mana bayarnya. Walhasil, pasca Ramadhan, ada yang over kredit, namun ada juga yang mencuri mesin orisinalnya untuk digantikan dengan mesin cina sesaat sebelum dijemput dealer. “Yang penting, tidak rugi pak”, katanya santai. Lihat juga akibat ‘peraturan tak tertulis’ yang kita sebut trend, masyarakat di setiap Ramadhan berfikir bagaimana caranya menghasilkan uang, entah halal atau haram!

Ubah Jika Masih Takut Musibah!

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam, mengajarkan
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ – رواه مسلم
Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, namun jika (masih) tidak mampu maka dengan hatinya dan itu termasuk (diantara orang yang ) lemah iman”. (HR. Muslim).

Ramadhan tidak disyari’atkan untuk menciptakan pola hidup masyarakat seperti di atas. Ramadhan disyari’atkan untuk melahirkan generasi-generai bertaqwa. Wajar jika setelah melewati sepuluh kali Ramadhan, kita tidak pernah beranjak pada derajat taqwa, sebab kita selalu mengejar derajat terendah dari kemanusiaan, yaitu derajat ke-binatang-an. Bahkan sebagian dari kita memilih yang lebih rendah dari binatang!

لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ – الأعراف، 179
Mereka memiliki hati namun tidak digunakan untuk berfikir, memiliki mata tapi tidak digunakan untuk melihat, memiliki telinga namun tidak pernah digunakan untuk mendengar. Mereka itu bagaimana binatang, bahkan lebih sesat dari binatang. Merekalah orang-orang yang lalai. (QS. Al-‘Araf, 7:179)

Dengan sangat tepat Allah Subhanahu Wata'ala menggambar sektsa kebinatangan kita. Betapa hal ini terulang kembali di setiap Ramadhan, namun kita tidak pernah beranjak dan melakukan perubahan. Kita tidak pernah mengompitmalkan apa yang telah Allah Subhanahu Wata'ala anugerahkan.
Mulai dari pejabat hingga rahayat (rakyat) melihat, trend masyarakat di setiap Ramadhan semakin memburuk, namun mereka tidak pernah menggunakan penglihatannya untuk melakukan perubahan. Mulai pengusaha limousin hingga masyarakat miskin, berfikir jika keburukan-keburukan ini dibiarkan, semua manusia akan kena getahnya. Namun fikirannya kalah oleh syahwatnya. Sejak koruptor hingga pengendara motor pernah mendengar, bahwa satu-satunya jalan keluar adalah merubahnya ke arah yang lebih baik, dari yang paling mudah, sejak detik ini, dan dimulai dari diri sendiri. Namun pendengarannya tersumbat oleh kelezatan-kelezatan sesaat!

Rasulullah mengingatkan!
عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رضي الله عنه قال: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إن الناس إذا رأوا المنكر فلم يغيروه أوشك أن يعمهم الله بعقاب منها
Hadits diterima dari Abu Bakar Al-Shidiq –semoga Allah SWT meridhainya, dia berkata, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya manusia apabila melihat kemunkaran namun (sengaja) tidak merubahnya, maka Allah SWT akan menyegerakan adzab pada seluruh orang” (HR. Tirmidzi).

Oleh sebab itu, BERUBAHLAH, SEBELUM KITA MENGANCAM SEGALANYA! Wa Allâhu ‘Alam bi Al-Shawwâb

Rujukan:
1. Al-Quran Al-Karim
2. Jâmi’ Al-Shohîh Li Al-Imâm Muslim (Maktab Al-Syâmilah Al-Ishdâr Al-Tsâlits fi Al-Qism Kutub Al-Mutûn)
3. Sunan Al-Tirmidzi (Maktab Al-Syâmilah Al-Ishdâr Al-Tsâlits fi Al-Qism Kutub Al-Mutûn)
4. Al-Amru bi Al-Ma’rûf wa al-Nahyu ‘an Al-Munkar li Ibn Abi Dunyâ (Maktab Al-Syâmilah Al-Ishdâr Al-Tsâlits fi Al-Qism Kutub Ibnu Abi Dunya)
5. Wawancara dengan sebagian anggota masyarakat di Pengkolan Garut (14/08/2010)
6. Observasi Media Massa (Tempo Interaktif, Republika Online, Detik)

Sumber
17.33 | 0 komentar

MALAM...

Ramadhan pergi dan Ramadhan datang
setahun sekali dengan segala kemuliaannya
sepanjang usia dunia. Tidak diri ketahui apakah
bila telah pergi masih akan jumpa dengan
Ramadhan yang akan datang atau tidak. Malam-
malam tarawih, kenikmatan berbuka puasa
bersama dan kemuliaan Lailatul Qadr dan rahasia
kemuliaan Ramadhan membekas di hari-hari
setelah Ramadhan.

Dari Salamah (Istri Rasul saw) Ra: Sungguh
Nabi SAW terbangun disuatu malam, dan berkata:
Subhanallah....!, betapa malam ini diturunkan dari
cobaan, betapa banyak malam ini diturunkan
anugerah-anugerah, siapakah yang membantuku
untuk membangunkan semua keluargaku, Wahai
...!, barangkali orang yang mempunyai sandang
di dunia, tidak mempunyai sandang di akhirat”
(Shahih Bukhari)

Kemuliaannya tidak sirna, pahala-pahalanya
tidak sirna, dan tarbiyah ruhiyah jasadiyah
(didikan pada ruh dan jasad) yang ada pada bulan
Ramadhan akan berlanjut di hari-hari lainnya jika
diri menjaganya, mudah melakukan puasa sunnah
karena sudah terbiasa puasa sebulan, terbiasa
qiyamullail untuk shalat tahajjud karena sudah
terbiasa bangun sahur .

Demikian indahnya Allah, Allah Maha Tahu
bahwa orang-orang banyak sulit untuk bangun
tahajjud karena sibuknya dalam pekerjaan sehari-
harinya, maka Allah jadikan puasa Ramadhan ada
waktu untuk makan sahur, agar nanti setelah
Ramadhan lebih mudah sampai pada kemuliaan
tahajjud, ruku’ dan sujud berduaan dengan Al-
lah SWT semata, mensucikan mengagungkan
namaNya.

Allah SWT telah memberitahukan dalam
hadits qudsi riwayat Imam Bukhari dan Muslim,
Bahwa Allah SWT menyeru di sepertiga malam
terakhir pada hamba-hambaNya, “Barangsiapa
yang memohon pengampunan Ku maafkan,
barangsiapa yang bertaubat Ku terima
taubatnya “ seruan itu memanggil semua yang
mau bertamu kepada Allah di sepertiga malam
terakhir.

Namun tidaklah para pencinta Allah yang
bangun malam untuk shalat tahajjud,
meninggalkan kasurnya, ranjangnya dan
istirahatnya untuk Sang Maha yang paling berhak
dicintai, terkecuali orang yang dicintai Allah.
Malam-malam agung Ramadhan datang
sekejap dan akan segera pergi kembali, tapi
malam-malam di sisa usia masih menanti setiap
malam untuk bersama Allah sebelum waktu subuh.
Dalam Shahih Bukhari bahwa Rasul SAW tidak
pernah meninggalkan shalat witir sepanjang usia
beliau baik beliau sedang di rumahnya atau
sedang safar (dalam perjalanan), bahkan beliau
melakukan shalat witir di atas tunggangannya.
Ketika Rasul SAW sakit beliau melakukan
shalat witir sambil duduk, tidak meninggalkan
shalat witir sepanjang usianya. Semoga Allah
SWT memuliakan kita dengan kemuliaan shalat
witir.

Rasul SAW berkata dengan kagetnya :
“Subhanallah, sungguh malam ini diturunkan
fitnah ataupun musibah yang akan terjadi, dan
malam ini diturunkan pula sedemikian banyak
anugerah-anugerah “, fitnah berarti satu atau
ada musibah yang akan terjadi suatu hari pada
diri, mungkin.
“Tapi sedemikian banyak yang diturunkan
dari anugerah-anugerah”, kemudian Rasul SAW
berkata :
“Siapa yang bisa bangunkan semua kerabat
keluarga, para tetangga dibangunkan untuk
shalat malam itu”.
“Betapa banyak orang-orang yang
mempunyai sandang pangan di dunia, namun di
akhirat tidak mempunyai sandang pangan apa-
apa”.
Di setiap malam sebelum terbitnya fajar
atau sebelum adzan subuh, di saat itu Allah sudah
menentukan kejadian-kejadian yang akan terjadi
di hari esok, mana musibah yang akan terjadi
mana musibah yang tidak jadi terjadi, mana
musibah yang akan dikurangi mana musibah yang
akan di tambahi.
Bahwa setiap musibah itu menghapus dosa,
Allah melihat hamba-hambaNya, ini musibahnya
ini, ini musibahnya ini, dan demikian pula di malam
itu kata Rasul SAW di dalam setiap sepertiga
malam terakhir itu sedemikian banyak anugerah
yang diturunkan, yang ini doanya dikabulkan,
yang ini hajatnya diberi, yang ini permintaannya
yang sudah tertunda sehari, sebulan, setahun
yang lalu diberi, yang ini tanpa berdoa diberi,
yang ini dipermudah, yang ini diampuni, lebih
banyak anugerah yang diturunkan oleh Allah
daripada musibah.
Kehidupan ini sepanjang lahir hingga wafat
kenikmatan tidak pernah putus. Kenikmatan
m e n d e n g a r, b a ra n g k a l i t i b a - t i b a s a k i t
pendengaran tapi kenikmatan melihat terus,
barangkali ia sakit tidak bisa melihat, tapi
kenikmatan lainnya akan berjalan selalu, demikian
kenikmatan bergerak, karena sakit jika tidak bisa
bergerak, tapi tetap kenikmatan iman tidak di
cabut darinya.
Dia non muslim jauh dari kelembutan Allah
Yang Abadi tapi tetap tidak Allah tutup
kemungkinan dia masuk ke dalam Islam dan
mendapat keluhuran yang abadi. Kenikmatan
terus berlanjut dan tiada akan pernah terhenti.
Dan Rasul SAW bersabda tiada yang lebih
sabar dari Allah, didustakan dan difitnah namun
Allah SWT tetap memberikan rezeki, (shahih
Bukhari) didustakan dikatakan mempunyai anak,
dikatakan banyak tuhan-tuhan yang lain, Allah
didustakan dan difitnah tapi Allah tetap memberi,
inilah Allah SWT Yang Maha Penyabar.
Beruntung yang memahami betapa
indahnya Allah, dan betapa ruginya yang selalu
menghindar dari Sang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Maka dalam setiap malam itu, Rasul
SAW ingin membangunkan orang untuk shalat
tahajjud supaya tidak terjadi hal-hal yang buruk
di hari esok, karena ia bangun di saat itu dengan
doa dan munajat, Allah akan jauhkan dari
musibah karena saat-saat sepertiga malam itu
Allah sedang menentukan anugerah-
anugerah yang akan diturunkan, mungkin
kenikmatan hari esok yang sudah ditentukan
untukmu dikalikan dan diperbesar, mungkin
musibah hari esok yang akan terjadi disingkirkan
oleh Allah dan digantikan yang lebih kecil atau
digantikan dengan kebahagiaan, itulah Sang Maha
Pengatur yang selalu mengatur dengan
kelembutannya.
“dan setiap hari Allah itu selalu mengatur
dan mengatur”. (QS. Arrahman:29)
16.26 | 0 komentar

KEMBALI...


Disebabkan perbuatan manusia Allah
munculkan bencana agar kembali kepada Allah.
Allah perlihatkan betapa dahsyatnya api gunung
berapi. Allah perlihatkan betapa dahsyatnya
gempa bumi yang membunuh ratusan ribu or-
ang.

Bentuk-bentuk musibah yang terjadi pada
manusia yang mengakui “ Laa ilaaha illallah
Muhammadun Rasulullah” maka baginya adalah
penghapusan dosa. Yang tidak mendapatkan
musibah maka sebagai pelajaran agar segera
kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan
tidak pergi terlalu jauh dari-Nya, sebagaimana
firman Allah subhanahu wa ta’ala :
“ Maka segeralah kembali kepada (mentaati)
Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi
peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” ( QS.
Ad Dzaariyaat : 50 )

Tempat menghindar yang paling indah dan
paling aman dari segala musibah hanyalah Allah,
satu-satunya yang paling bisa melindungi
hanyalah Allah subhanahu wa ta’ala.
Semua manusia bisa berlaku tidak setia dan
jika seseorang setia kepada Allah maka Allah akan
lebih setia kepadanya. Manusia bisa berbuat
untuk tidak setia namun Allah tidak demikian,
bukan berarti Allah tidak bisa namun Allah tidak
mau untuk berbuat tidak setia karena Allah Maha
Sempurna.

Bagi pendosa pun perbuatan Allah tetap
indah. Bagi para pendosa masih ditawarkan
pengampunan dan disiapkan penghapusan dosa,
masih ditawarkan kemuliaan untuk dekat kepada
Allah sebelum mencapai sakaratul maut.
“Sekali-kali jangan. Apabila nafas
(seseorang) telah (mendesak) sampai ke
kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya):
“Siapakah yang dapat menyembuhkan?”, dan dia
yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu
perpisahan (dengan dunia). “ (QS : Al Qiyamah :
26 – 28 )

Manusia lebih memilih kehidupan dunia yang
fana dibandingkan dengan memilih Allah Yang
Maha Abadi dan memiliki keindahan.
Adapun orang yang selalu memikirkan
akhirat dan berniat ingin selalu dekat dengan
Allah dan ingin selalu beribadah namun dia tetap
memaksakan untuk beraktifitas dan bekerja
karena kewajiban memenuhi kebutuhan
keluarganya maka dia akan mendapatkan
keberkahan yang jauh lebih mulia daripada or-
ang yang tidak memiliki niat dan keinginan untuk
dekat kepada Allah.
Ketika manusia melupakan kehidupan akhirat

dan lebih memilih kehidupan dunia yang
sementara maka Allah memanggil sanubari yang
terdalam : “ Maka segeralah kembali kepada
(mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang
pemberi peringatan yang nyata dari Allah
untukmu.” ( QS. Ad Dzaariyaat : 50 )
16.14 | 0 komentar
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahu. (QS. Al-Baqarah:261)

DONASI

TEBAR DAKWAH FILM ISLAM

Teknik Support Streaming

DJ ONLINE

IP

Visitor

free counters

TAFSIR IBNU KATSIR

NURIS TV

AGENDA TV

STREAMING RADIO RUQO FM

STREAMING RADIO RUQO FM
Radio Dakwah Ruqyah Syariyyah

RUQO FM

Server Luar Negeri

Dengarkan Nurisfm Disini

Total Tayangan Halaman

Pengunjung