Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^
Tampilkan postingan dengan label Oase Iman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Oase Iman. Tampilkan semua postingan

Ibadah Yang Terlalaikan

Written By Rudianto on Minggu, 23 Juni 2013 | 17.54


Kisah-kisah birrul walidain memang seringkali membuat kita terharu. Apalagi kalau
jauh dari orang tua, membuat rindu kepada kedua orang tua tidak tertahankan.
Masih banyak orang yang tidak sadar akan besarnya kewajiban tentang birrul walidain.
Baik orang awam, atau bahkan sebagian aktifis pun masih menganggap remeh birrul walidain

Yang membuat pilu adalah, sebaglan aktifis lebih merasa enjoy mendakwahi orang lain
dari pada berdakwah dan berbakti kepada kedua orang tua. Kesabarannya menghadapi
tantangan dakwah dari orang lain melebihi kesabarannya tatkala berhadapan dengan
kedua orang tuanya.

Kedua Setelah Beriman

Dalam Al-Qur'an maupun Hadits, perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua
menduduki posisi yang sangat urgen. Bahkan dalam beberapa ayat, perintah ini disampaikan
bersamaan dengan perintah untuk beribadah kepada Allah semata. Allah berfiman
"Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa"(An-nisa: 36)

Perintah berbuat baik dalam hadits lebih banyak lagi. Pernah seseorang bertanya kepada
Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, ibadah apakah yang paling utama?" Rasulullah SAW
menjawab, "Shalat tepat pada waktunya." Ia bertanya lagi, "Kemudian apa?" Rasulullah SAW
menjawab, "Berbuat baik kepada kedua orang tuamu." la bertanya lagi, "Kemudian siapa?"
Rasulullah SAW menjawab, "Jihad dijalan Allah." (Muttafaqun Alaihi)

Kedua orang tua adalah dua pintu surga.Sangat rugi kiranya orang yang mendapati
kedua orang tuanya atau salah satunya hidup namun tidak berbakti kepada keduanya.
"Celaka, celaka, celakaiah orang yang mendapati orangtuanya sudah tua; baik salah
satunya atau keduanya, namun keduanya tidak menyebabkan ia masuk surga." Sabda
Rasulullah SAW dalam riwayat Muslim.

Berbuat baik kepada orang tua tidak sekedar di saat mereka hidup, setelah keduanya wafat
pun seorang anak masih diharuskan untuk berbakti kepada keduanya. Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, setelah kedua orang tuaku wafat, masihkah aku bisa berbuat baik
kepada keduanya?' Rasulullah SAW menjawab, "lya, yailu kamu mendoa'akan dan memohon
ampun untuk keduanya, kamu penuhi janji keduanya, menyambung silaturrahim yang dulunya tidak akan terlaksana kecuali melalui  usaha kedua orang tuamu, juga engkau berbuat baik kepada sahabat mereka berdua." (HR. lmam Ahmad dan Abu Dawud)

Pernah putra Umar bin Khattab, yaitu Abdullah bertemu dengan seorang badui di sebuah jalan di Makkah. la memberi salam kepada badui ini, lalui menaikkannya di atas unta tunggangannya. Kemudian ia mencopot
imamah dari kepadalanya lalu menyerahkan kepada badui ini. Saat melihat peristiwa ini, Malik bin Dinar merasa heran. "Semoga Allah melindungimu wahai Abdullah, kenapa engkau berbuat begini. Bukankah badui itu sangat merasa cukup dengan sedikit kebaikan. Kenapa anda berlebih-lebihan menghormatinya.?"
Tanya Malik. Putra Khilafah ke-2 ini menjawab, "Bapak dari orang badui ini sangat mencintai Umar,
bapakku, dan aku mendengar Rasulullah SAW memerintahkan berbuat baik kepada keluarga
orang yang mencintai kedua orang tua kita."

Sudah seharusnya seorang muslim, apalagi aktifis untuk berbakti kepada orang
tuanya semaksimal-maksimalnya. Tidak perlu menunggu keduanya tua renta atau meninggal.
Tentunya ketaatan dan bakti kepada mereka diwajibkan selama tidak bertentangan dengan
syari'at.

17.54 | 0 komentar

Akhirnya, Ia Menikahinya

Written By Rudianto on Kamis, 20 September 2012 | 21.55

"Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah,  maka Allah akan mengganti¬kannya dengan yang lebih balk." Nasehat ini beberapa tahun silam disampaikan oleh se¬orang dosenku saat kuliah di salah satu Ma'had yang terletak di pinggiran kota Solo.

Saat itu saya tidak tahu apakah itu hadits atau hanya atsar ulama'. Saya tidak terlalu mempermasalahkan statusnya. Namun, setidaknya surat ath-thalaq ayat 2-3 memperkuat makna untaian nasehat di atas.
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." (Qs. Ath-Thalaq: 2-3)

Imam Abu Dawud dan Ahmad meriwayatkan dalam musnad-nya dengan jalur sanad yang shahih, tentang dua ulama yang suka berkelana ke berbagai tempat untuk mencari ilmu, Abu Qatadah dan Abu Dahma', nama kedua ulama itu.

Ketika mereka berada di Makkah, keduanya ditemui oleh seorang Arab Badui yang pernah semasa dengan Nabi Muhammad SAW. la bercerita, "Suatu ketika, tanganku dipegang oleh Rasulullah seraya menasehatiku, 'Jika kamu meninggalkan sesuatu  yang haram ¬sebagai bentuk ketakwaanmu kepada Allah , niscaya Allah akan menggantikan yang terbaik untukmu."

Seiring    perjalanan    hidup    yang mempertemukan saya dengan banyak kalangan, kisah nyata, cerita dan pengalaman hidup mereka, saya menemukan relevansi hadits di atas dalam dunia nyata. Namun, di sini saya paparkan kisah yang ditulis oleh para ulama' terkait hadits ini.

Kuda, Diganti Angin Awan "Kinton"

Salah satu kisahnya, putra Nabi Dawud yaitu Nabi Sulaiman    Konon, beliau sangat menyukai binatang. Salah satunya kuda perang. Beliau sangat memperhatikan kendaraan jihad itu, bahkan kuda perang beliau jumlahnya mencapai 20.000 ekor.

Suatu ketika, begitu asyiknya beliau dengan kuda-kuda perang tersebut, shalat ashar terlewati, beliau menyadarinya saat matahari hampir tenggelam. Beliau berguman, "Demi Allah, kuda-kuda ini telah melalaikan dari beribadah kepada Allah, sungguh ini melalai¬kan." Kemudian kuda-kuda gagah tersebut di-sembel ih untuk orang-orang miskin.

Saat Allah    melihat kejujuran hati Nabi Sulaiman, Allah-pun menggantikan kendaraan kudanya itu dengan angin yang tunduk di bawah kendali Nabi Sulaiman. Angin ini bisa mengantarkannya ke manapun beliau inginkan. Subhanallah.

Bau Busuk Berubah Wangi
Meninggalkan hal-hal yang diharamkan pun demikian balasannya. Allah akan menggantikan dengan yang terbaik. Salah seorang tabi'in mulia, Qatadah bin Di'amah, berkata, "Jika seseorang mampu melakukan perbuatan haram, namun ia meninggalkannya karena takut kepada Allah it. Niscaya Allah  akan menggantikan sesuatu yang lebih balk baginya di dunia ini; selain balasan kebaikan di akherat kelak." (aI-Hilyah, 1/253)

Dulu ada seorang pemuda yang terkenal dengan sebutan, 'al-miski', karena dari tubuhnya keluar aroma minyak wangi misk hingga beliau wafat. Awalnya, pemuda ini adalah pedagang keliling. la dikaruniai wajah yang rupawan dan tubuh yang atletis. Siapapun melihatnya, pasti menyukainya. Wajahnya memang sedap dipandang.

Suatu ketika, saat la menjajakan dagangan- nya, seorang wanita kaya dan cantik memanggil hendak membeli dagangannya. la disuruh masuk ke dalam rumah wanita tersebut. Begitu melihat keelokan penjual tersebut, wanita ini mulai menggodanya.
"Aku memanggilmu bukan untuk membeli daganganmu, tapi agar engkau mau bersenang-senang denganku. lni rumahku, tidak ada seorangpun di sini kecuali kita berdua." Wanita itu mengajaknya berzina.
Pemuda itu kagetbukan kepalang. Tubuhnya bergerinding, keringat dingin keluar dari pori-porinya. Dia teringat Allah it Kemudian ia menasehati wanita tersebut, mengingatkannya tentang peng-awasan Allah, hari akhir dan akibat buruk dari perbuatan zina.

Tabi'at manusia, semakin di larang semakin penasaran dan ingin mencoba. Wanita tadi, bukannya sadar. Justru hasyratnya untuk bernista kian memuncak. "Jika kau tidak mau, aku akan berteriak, sehingga orang-orang dating. Akan aku sampaikan, kamu ingin merenggut kehormatanku, karenanya kamu menyelinap ke dalam rumahku."
Pemuda shaleh itu tidak putus asa. Bayang-bayang dosa dan hari kiamat telah menguasai alam sadarnya. Lalu ia berkata, "Jika kamu ingin aku memenuhi keinginanmu, biarkan aku bersihkan tubuhku, tunjukkan aku di mana kamar mandi dan WC.!"

Dengan senang hati wan ita itu mengantarnya ke kamar mandi yang dilengkapi toilet. Dalam keadaan serba bingung itu, pemuda tadi berpikir, satu-satunya jalan untuk selamat dari godaan wanita ini adalah dengan melumuri tubuhnya dengan kotoran manusia.

Saat ia keluar dari kamar mandi, wanita itu berteriak, "Minggat dari sini wahai orang gila!". Segera pemuda tersebut mengambil dagangannya kemudian keluar menuju rumahnya. Di jalan, setiap kali ia berpapasan dengan orang, mereka mencelanya. la hanya diam dan berdzikir kepada Allah.
Sesampainya di rumah ia membersih¬kan diri. Setelah mandi, Allaht mengganti aroma busuk kotoran dengan semerbak misk dari tubuhnya. Semerbak wangi ini selalu keluar dari tubuh beliau setiap saat dan hingga wafatnya.

Akhirnya la Menlkahlnya
Mungkin kisah yang paling masyhur adalah kisah nabiyullah Yusuf  AS. la mampu memaksa nafsunya untuk meninggalkan syahwatnya. la menahan diri dari menikmati tubuh cantik, elok, kaya dan terpandang, permaisuri Raja Mesir. Sebagian catatan sejarah menyebutkan, wanita yang dianugerahi kecantikan yang maha dahsyat itu bernama Zulaikha.

Walau akibatnya mendekam di dalam penjara, Nabi Yusuf tabah menghadapi ini semua. Apa yang Allah anugerahkan kepada beliau sebagai ganti pengorbanannya karena Allah?
Di dunia beliau dianugerahi jabatan yang prestesius, perdana menteri sekaligus janda kembang perdana menteri yang terkenal keelokannya, yaitu Zulaikha. Selain itu, beliau mendapatkan manisnya iman.
Rasulullah SAW bersabda, "Memandang wanita adalah salah satu anak panah beracun¬nya !Wis. Barangsiapa yang mening-galkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan menggantikannya dengan betambah¬nya- iman, sehingga ia merasakan manisnya iman." (HR. Ahmad)

Cermin Seorang Aktifis
Tawaran dunia yang, kerap menggoda, bujukan setan manusia untuk menghancurkan perjuangan Islam acap kali hadir dalam keseharian seorang aktifis, apalagi mereka yang berada dibalik jeruji besi para thaghut. Entah menjadi mata-mata bagi thaghut, atau tawaran untuk membuka rahasia, atau bujukan untuk taraju' bertaubat dari jalan perjuangan yang pernah dan sedang ia lalui.
Mereka yang mampu menepis ini semua, karena takut kepada Allah dan hari kiamat, bukan karena malu kepada teman perjuangan, akan mendapat ganti yang lebih balk dari Allah
Bisa berupa, kelancaran rezeki bagi anak- istri yang ditinggal, keshalehan putra-putrinya kelak, penghormatan dan kewibawaannya dihadapan kawan dan lawan, maupun ketenangan bathin yang ia rasakan sehingga mudah merasakan manisnya munajat maupun beribadah kepada Allah Saat ketenangan jiwa itu hadir, ia dimudahkan untuk menghafal al-Qur'an, hadits-hadits maupun ilmu-ilmu Islam lainnya.
21.55 | 0 komentar

Bahaya Syahwat Popularitas

Written By Rudianto on Rabu, 11 Juli 2012 | 02.23

SYAHDAN suatu hari Imam Abu Hanifah melihat seorang anak kecil bermain-main di lumpur. Ia khawatir jika anak itu, dengan lembut ia menasehatinya, "Wahai Nanda, hati­-hati! jangan sampai engkau jatuh di lumpur itu." Tak disangka, sang anak menjawab dengan bagus, "Wahai Imam, Tuan juga harus berhati-hati, jangan sampai Tuan terjatuh (berbuat salah). Karena jatuhnya (berbuat salah) seorang ulama, berarti kehancuran bagi alam semesta.!" Imam Abu Hanifah takjub dengan nasehat anak yang cerdas ini.

Sejak mendengar nasehat ini, Abu Hanifah tidak segera menjawab pertanyaan jika ada yang bertanya. la tidak tergesa-gesa berfatwa, jika ada yang meminta fatwa dalam suatu perkara, maka Abu Hanifah akan mempelajari perkara tersebut selama sebulan bersama murid-muridnya. Hal ini yang membuat Ibnu 'Abidin, seorang ulama Hanafiyah yang tersohor mengabadikan kisah indah ini dalam masterpiece-nya, "Hasyiyatu Ibnu 'Abidin."

Subhanallah, menakjubkan kehidupan Imam ini. Hari ini, sangat langka mendapatkan ulama seperti Abu Hanifah; tidak gegabah dan sembrono menjawab pertanyaan dan memiliki ketelitian yang sangat tinggi.

Ulama Hari ini dan Umar
Di masa kini, sangat mudah menjumpai orang bicara dan berfatwa dalam urusan agama. Begitu mudah mereka berbicara tentang Islam. Padahal ia tidak memahaminya dengan baik. Berbeda dengan salaf, jika mereka dimintai pendapat tentang sesuatu dalam masalah agama, mereka akan menyarankan penanya untuk bertanya kepada ulama lain. Dalam kitab "Akhlaq Ulama" Imam al-Ajiri meriwayatkan;

Hajjaj bin Umair mengisahkan, "Suatu kali aku bertanya kepada Al-Qomah tentang suatu masalah. Ia berkata, 'Tanyakan kepada Ubaidah'. Akupun bertanya kepada imam Ubaidah, namun ia malah berkata, 'Tanyakan kepada al-Qomah'. 'Justru al Qomah lah yang menyuruhku menemuimu.' Terangku. Imam Ubaidah berkata, 'Kalau begitu, tanyakan kepada Masyruq - ulama tabi'in-.' Aku pun bertanya kepada Masyruq, ia malah menyarankan aku untuk bertanya kepada al­-Qomah, 'Aku disuruh oleh Al Qomah untuk bertanya kepada Imam Ubaidah, lalu Ubaidah memintaku untuk bertanya kepadamu.' Jelasku kepada Imam Masyruq. 'Kalau begitu tanyakan kepada Abdurrahman bin Abi Laila.' Saran Masyruq. Untuk kesekian kalinya aku belum mendapat jawaban. Aku tanyakan masalah itu kepada Ibnu Abi Laila, namun ia tidak suka menjawab. Lalu aku kembali ke Masyruq, ku ceritakan semua yang terjadi. Ia pun berkata, 'Manusia yang paling berani berfatwa adalah orang yang paling rendah ilmunya."


Karena ingin dikenal baik, cerdas, berilmu atau zuhud, tidak jarang seorang ustadz menjawab pertanyaan hanya berdasarkan dugaan, belum mendalami dengan baik. Dalam perdebatan, seringkali seorang aktifis berani menyusun argumen dengan ngawur hanya karena ingin memenuhi syahwat bicaranya, padahal topik yang dibicarakan adalah perkara dien.

Tabi'in As-Sya'bi    berkata, "Sesungguhnya kalian terlalu mudah berfatwa dalam suatu masalah, andaikan masalah tersebut diajukan ke Umar bin Khattab, niscaya ia akan mengumpulkan seluruh veteran Perang Badar untuk dimintai pendapatnya tentang itu."

Salah satu sebab seseorang 'gegabah' dalam berfatwa dan menghukumi sebuah perkara dien adalah karena sudah terlanjur masyhur dan populer. Atau dalam istilah Syaikh DR. Musa AsY-Syarif, "matang prematur," terlanjur dituakan, diidolakan, dikenal sementara ilmunya belumang. la menegaskan, aktifis atau da'i yang 'matang prematur' ini adalah salah satu sebab kehancuran Islam..

Mewaspadai Popularitas
Suatu kali, sahabat Syadad bin Aus menangis. la kemudian ditanya, "Apa yang menyebabkan Engkau menangis?" Ia menjawab, "Karena aku mengingat suatu hal yang pernah kudengar Iangsung dari Rasulullah. Beliau bersabda,'"Yang paling aku khawatiikan menimpa ummatku adalah kesyirikkan dan syahwat yang tersembunyi.'"

Kemudian aku bertanya kepada Beliau "Wahai Rasulullah, apakah umatmu akan berbuat syirik sepeninggalanmu?" Rasulullah menjawab; "Ya, tetapi syiriknya mereka bukan menyembah matahari, bulan, batu, ataupun patung. Tetapi mereka syirik dengan memperlihatkan kepada manusia amal­-amal mereka -agar terkenal baik-. Adapun syahwat tersembunyi adalah, seseorang diantara mereka melaksanakan puasa, di saat puasa ia tergoda oleh syahwat dunia, iapun membatalkan puasanya -untuk memenuhi syahwat dunianya-." (HR. al-Baihaqi)

Cinta popularitas adalah penyakit syahwat yang sangat berbahaya. Salah satu efek orang yang cinta popularitas adalah sangat susah berkata jujur. Orientasinya bagaimana mendapatkan sanjungan manusia. seorang tabi'in yang bernama Ibrahim bin Adham berkata,   
"Orang yang rnencintai popularitas tidak akan bisa membenarkan Allah."

Abdah bin Sulairnan mengisahkan "Aku pernah bersama Abdullah bin Mubarak dalam suatu peperangan disalah satau daerah kekuasaan Romawi. Ketika kami berhadapan dengan musuh, keluarlah jagoan dari pihak musuh mengajak kami untuk perang tanding terlebih dahulu. Maka keluarlah salah seorang dari pasukan Islam, dalam beberapa saat la berhasil menikam dan membunuh musuh tersebut. Lalu keluar lagi seorang' jagoan musuh, ia pun terbunuh di tangan rnujahid itu. Kemudian keluar lagi jagoan musuh, dan nasibnya sama dengan dua kawannya; ia mati ditangan mujahid tadi.

Kemudian kaum muslimin berkerumun di sekitar mujahid ksatria tadi, namun ia menutupi wajahnya dengan kain. Lalu kupegang kainnya, dan kutarik hingga terlihat wajahnya: Ternyata ia adalah Abdullan bin Mubarak. "Wahai Abu Amru, engkau termasuk orang yang menjelekkanku," kata Ibnu Mubarak kepada Abdah bin Sulairnan.

Sungguh para salaf adalah manusia-manusia shalih, berbaur bersama manusia dengan akhlaknya yang mulia. Semua aktifitasnya diorientasikan akherat. Harapannya hanya ridha Allah. Ketakutan terhadap adzab Allah, menjadi pengawas yang membuat mereka selalu khawatir akan keselarnatan dirinya.

Berbeda jauh dengan kebanyakan orang yang diulamakan atau ditokohkan dewasa ini. Cinta popularitas dan senang memiliki pengikut banyak menjadi penghancur kebaikan mereka.

Thalhah bin Muthorrif adalah seorang qari' (ahli al-Qur'an). yang menjadi guru, bagi penduduk Kufah. Mereka belajar al-Qur'an darinya. Ketika ia melihat banyak orang yang berduyun-duyun belajar kepadanya, maka ia mendatangi A'masy lalu memperdengarkan bacaan al-Qur'an kepadanya. Setelah itu orang-orang lebih sering mendatangi A'masy dari pada ke Thalhah.

Demikian khawatirnya Para ulama salaf dalam menjaga hatinya agar tidak tertimpa penyakit riya' lalu menumbuhkan virus baru yang lebih berbahaya, cinta popularitas. Karena mereka sadar, kesudahan cinta popularitas dan riya' sangat menyengsarakan, sebagaimana Allah jelaskan,"Dan Karni hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debiu yang berterbangan." (Qs. Al-Furoon: 23) Nas'alullah al'Afiyah.
02.23 | 0 komentar

Obat Mujarab Dari Langit

Written By Rudianto on Senin, 02 Juli 2012 | 06.00

IBU itu kelihatan lesu. Wajahnya tidak memancarkan keceriaan. Rona kebahagiaan yang dulu menghiasi wajahnya kian memudar. Senyuman yang senantiasa tersungging di bibir saat menyambut suaminya pulang dari pekerjaan, tidak semerekah dulu.

Ada apa gerangan..? Ternyata ia sedang dilanda musibah yang berat. Entah bagaimana awalnya, anak semata wayangnya sudah lama ditimpa sakit. Beberapa dokter telah mengo­batinya, puluhan jenis obat telah dicoba untuk menyembuhkan atau meringankan penyakitnya, tetapi semua upaya itu seolah sia-sia.
Sang ayah sudah mengeluarkan banyak biaya, namun kesembuhan belum juga datang. Hampir saja ia pun ikut sakit karena memikirkan keadaan putrinya. Hari-hari berlalu, kesembuhan belum kunjung datang. Semua keluarga sibuk memikirkan keadaan si putri. Putus asa dari rahmat Allah mulai hinggap di hati mereka.

Hingga suatu ketika, sang bapak bertemu dengan seorang yang shalih. Orang shalih tadi menyampaikan sebuah hadits shahih dari Rasulullah "Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah." (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Harapan pun mulai muncul. Sang bapak menyiapkan barang-barang yang akan dise­dekahkan kepada fakir miskin. Namun terlintas dalam pikirannya bahwa ia sudah sering bersedekah. Ia pun menemui orang shalih tersebut. "Saya sudah sering bersedekah," katanya. Dengan lembut laki-laki shalih tadi rnenasehatinya, "Sedekahkan lagi hartamu 

dengan niat untuk kesembuhan putrimu." Bapak itu melaksanakan saran tersebut. Ia menyedekahkan hartanya kepada seorang fakir miskin.

Namun, anaknya tak kunjung sembuh. Ia pun menceritakan hal itu kepada sahabatnya yang shalih tadi. Sang sahabat kembali menasehati, "Engkau adalah orang kaya, hartamu banyak, bersedekahlah dengan harta yang sebanding dengan kekayaanmu."

Saat itu juga ia memenuhi mobilnya dengan berbagai macam kebutuhan rumah tangga; beras, daging dan lain-lain. Lalu ia membagikannya kepada setiap orang yang membutuhkan. Para fakir miskin bergembira atas rezeki yang melimpah ini. Dan keajaiban pun terjadi, sang putri sembuh total. Sungguh sebuah anugerah ilahi yang luar biasa.

Sedekah, Jalan Kesembuhan
Kisah di atas disampaikan oleh Syaikh Sulaiman al-Mufarraj, dalam kitab Min 'Ajaibis Shadaqah. Banyak kisah yang menunjukkan keajaiban sedekah sebagai obat yang sangat manjur. Ritual penyembuhan ini diridhai oleh Allah.

Bagi orang yang jauh dari Islam, kejadian seperti kisah di atas mungkin dianggap tidak masuk akal. Karena menurut mereka, tidak ada hubungan antara sedekah dengan kesembuhan penyakit. Apalagi di zaman tekhnologi kesehatan begitu maju seperti hari ini, peran Allah SWT kerap diabaikan.
Tetapi hal tadi tidak bagi seorang Muslim. Bagi Muslim segala sesuatu yang telah, sedang dan akan terjadi semuanya tunduk di bawah kekuasaan Allah SWT. Termasuk juga rezki

kesembuhan dari sakit.

"Katakanlah: "Sesungguhnya Rabbku mela­pangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya."(Q.S. Saba': 39)

Setiap Muslim harus yakin bahwa Dzat Yang Maha Menyembuhkan hanyalah Allah Bukan obat, bukan juga dokter maupun tabib. lnilah yang diyakini oleh Nabi Ibrahim AS.
"(Ibrahim Berkata), Dan Jika Aku Sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku." (Q.S. Asy­Syu'ara': 80)
Berangkat dari kenyataan ini, para ulama berbeda pendapatdalam menghukumi berobat. Ada yang mengatakan wajib karena bagian dari ikhtiar, ada yang membolehkan tanpa mewajibkan, ada juga yang memakruhkan. Yang memakruhkan beralasan, dikhawatirkan berobat akan membuat orang bertawakkal kepada obat atau dokter.

Walau pendapat yang rajih (kuat) adalah mewajibkan untuk berobat, tetapi perselisihan yang terjadi antara ulama ini menunjukkan bahwa kesembuhan hanyalah wewenang Allah.

Kita sering melihat beberapa orang yang memiliki penyakit yang sama berobat kepada dokter yang sama. Mereka diberi resep dan mengkosumsi obat yang sama. Kenyataannya, hasil yang didapatkan oleh masing-masing pasien berbeda. Ada yang sembuh, banyak juga yang tidak. Inilah bukti bahwa kesembuhan hanyalah milik Allah semata. Di sinilah pentingnya berikhtiar melalui sedekah yang diridhai oleh Allah sebagai jalan kesembuhan.

Sembuh dari Sihir
Sedekah tak hanya menjadi jalan kesembuhan dari penyakit yang bersifat fisik. Ia juga bisa menyembuhkan pengaruh sihir. Syaikh Al-Mufarraj menceritakan tentang seorang wanita yang sudah sekian tahun terkena sihir. Banyak jalan yang telah is tempuh untuk melepaskan ikatan sihir yang telah lama membuhul dirinya. Tapi, semua usaha hanya menemui jalan buntu. Hingga suatu hari, is berkumpul bersama kawan-kawannya. Mereka mengobrolkan keutamaan sedekah. Termasuk keajaiban kesembuhan berkat sedekah.

Dengan spontan wanita itu melepas kalungnya yang mahal. Kalung itu kemudian ia berikan kepada salah seorang temannya agar dijual dan uangnya disedekahkan kepada para fakir miskin.
Di toko emas, kalung tadi ditimbang. Sebelumnya sang penjual melepaskan liontin yang terletak di tengah kalung tersebut. Sang penjual menemukan benda aneh pada liontinnya. Ternyata benda itu adalah buhul sihir yang diletakkan di sana. Sang penjual kemudian mengeluarkannya, dan Alhamdulillah, akhirnya sembuhlah perempuan pemilik kalung tersebut dari sihir yang selama ini menyiksanya.
Gagal Ginjal

Ada lagi sebuah kisah lain. Seseorang wanita divonis oleh dokter tidak akan sembuh dari penyakitnya. Ajalnya tinggal menunggu hari, kecuali jika ginjalnya diganti. Akhirnya dicarilah donor ginjal dengan tawaran uang sejumlah 20.000 riyal sebagai pengganti..

Tersebarlah berita tersebut, hingga ada seorang wanita miskin yang datang ke rumah sakit untuk mendonorkan ginjalnya. Ia menyetujui seluruh ketentuan yang diajukan sebelum menjalani operasi.
Di hari yang telah ditentukan, perempuan yang sakit tersebut menemui sang pendonor. Ternyatacalon donor ginjal itu sedang menangis. Karena heran, is pun bertanya, "Apakah Anda merasa terpaksa dan keberatan dengan operasi yang akan Anda jalani?" Wanita pendonor itu berkata, "Sebenarnya tidak ada yang mendorongku untuk mendonorkan ginjalku selain kemiskinan yang menimpa diriku dan karena aku sangat membutuhkan uang."

Wanita pendonor itu kembali menangis tersedu-sedu, maka wanita yang sedang sakit itu menenangkannya dengan mengatakan, "Silahkan engkau ambit uang ini, dan aku tidak menghendaki sesuatu pun darimu". Beberapa hari kemudian perempuan yang sakit tersebut kembali ke rumah sakit. Ketika tim dokter memeriksa penyakitnya, mereka terkejut karena ginjalnya telah sembuh. Alhamdulillah, Allah  telah menyembuhkannya.

Itulah sederetan kisah tentang sembuhnya penyakit karena sedekah. Ternyata betul­betul mujarab. Tentu masih banyak kisah lain tentang kesembuhan lewat sedekah. Sepertinya Iayak disebut bahwa sedekah adalah obat mujarab dari langit. Wallahu'alam bis shawab.
06.00 | 0 komentar
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahu. (QS. Al-Baqarah:261)

DONASI

TEBAR DAKWAH FILM ISLAM

Teknik Support Streaming

DJ ONLINE

IP

Visitor

free counters

TAFSIR IBNU KATSIR

NURIS TV

AGENDA TV

STREAMING RADIO RUQO FM

STREAMING RADIO RUQO FM
Radio Dakwah Ruqyah Syariyyah

RUQO FM

Server Luar Negeri

Dengarkan Nurisfm Disini

Total Tayangan Halaman

Pengunjung