Ruqyah Mandiri Muslimah
Written By Rudianto on Kamis, 24 Maret 2022 | 07.50
Sembuh Dengan Thibb Qur'ani dan Thibb Nabawi
Written By Rudianto on Jumat, 08 November 2019 | 20.18
APAKAH BELIAU ﷺ MELAKUKAN SEBAB-SEBAB UNTUK MENGHINDARI MARABAHAYA?
Written By Rudianto on Sabtu, 12 Oktober 2019 | 23.50
menggunakan besi panas. pen) dan minta diruqyah, sungguh dia telah terlepas dari tawakal." (HR. Tirmidzi (2055), Ahmad 147249), Ibnu Majah (3489). Hadits ini hasan.
Dinukil dari catatan kaki Musnad Imam Ahmad (3/117) dengan tahqiq Syuaib.
1. Sisi Tauqifiyyah
2. Sisi Ijtihadiyyah
للشيخ محمد بن عبد الله الإمام
✍️ Syaikh Abu Nashr Muhammad bin Abdillah Al Iman
📚PUSTAKA RUQYAH
Ditulis dan di post kembali :
📮Rudi Abu Azka
SYARAT-SYARAT RUQYAH SYAR'I
Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam "Fathul Bari) (10/240): "Para ulama telah bersepakat tentang bolehnya meruqyah jika terpenuhi 3 syarat, yaitu" :
1. Ruqyah tersebut dilakukan dengan menggunakan firman Allah ﷻ atau dengan nama-namaNya dan sifat-sifatNya.
2. Ruqyah dilakukan dengan menggunakan bahasa arab atau dengan sesuatu yang diketahui maknanya dari selain bahasa arab.
3. Meyakini bahwa ruqyah itu tidak memberikan pengaruh dengan sendirinya tetapi dengan izin Allah .
- Jika ruqyah dan perlindungan diri ini difahami maknanya, maka diperbolehkan mengucapkannya secara hukum Islam, berdoa kepada Allah serta berdzikir kepada-Nya dan Allah membolehkan untuk melakukannya. Jika demikian keadaannya, maka boleh baginya meruqyah orang yang kerasukan dengannya dan berlindung diri kepada Allah dengannya.
membolehkan untuk meruqyah selama tidak mengandung kesyirikan. Beliau juga bersabda:
من استطاع منكم أن ينفع أخاه فليفعل
"Barangsiapa di antara kalian yang mampu memberi
manfaat kepada saudaranya, maka lakukanlah."
diharamkan seperti kalimat yang mengandung kesyirikan atau tidak diketahui maknanya dan kemungkinan mengandung kekufuran, maka tidak boleh bagi seseorang untuk meruqyah dengannya, tidak boleh berkeinginan keras dan tidak boleh pula bersumpah untuk menggunakan kalimat tersebut
meskipun terkadang jinnya benar-benar keluar dari orang
yang kerasukan. Karena sesungguhnya apa-apa yang
diharamkan oleh Allah dan RasulNya itu lebih besar
mudharatnya daripada manfaatnya.
dikhawatirkan di dalamnya mengandung makna yang tidak diperbolehkan."
"Dianjuran untuk meninggalkan ruqyah jika ruqyah yang digunakan berasal dari ucapan orang-orang kafir, meruqyah dengan kalimat-kalimat asing, meruqyah dengan menggunakan selain bahasa arab dan yang tidak diketahui maknanya. Semua ini tercela, karena ada kemungkinan maknanya adalah kekufuran, mendekati kekufuran atau makruh. Adapun meruqyah dengan ayat-ayat Al Qur'an dan dzikir-dzikir yang difahami, hal itu tidak terlarang, bahkan amalan yang disunnahkan. Para ulama telah menukil ijma' tentang bolehnya meruqyah dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan dzikir-dzikir kepada Allah.
للشيخ محمد بن عبد الله الإمام
✍️ Syaikh Abu Nashr Muhammad bin Abdillah Al Iman
📚PUSTAKA RUQYAH
Ditulis dan di post kembali :
📮Rudi Abu Azka
DEFINISI RUQYAH SECARA BAHASA DAN ISTILAH
Written By Rudianto on Jumat, 11 Oktober 2019 | 16.42
*DEFINISI RUQYAH SECARA BAHASA DAN ISTILAH*
Berkata Al Fairuz Abadi dalam kamus Al Muhith bahwa الرقية dengan ra' (ر) didhammah artinya berlindung diri. Bentuk jamaknya adalah رقي.
Berkata Al Fayumi dalam "Al Mishbah Al Munir" رقي رقيا
رمی cara penyebutannya seperti
yang artinya berlindung diri kepada Allah ﷻ.
Berkata Ibnul Atsir dalam "An Nihayah fii Ghariibi Al Hadits" (2/254) bahwa Ruqyah artinya berlindung diri dimana orang yang memiliki penyakit itu diruqyah seperti demam, kerasukan dan penyakit-penyakit lainnya.
Disebutkan dalam "Lisan Al Arabi" (5/293): العوذة
(berlindung diri), bentuk jamaknya adalah رقي, dan
bentuk masdar (dasarnya) adalah ترقيا ورقية ور قيا
jika dia berlindung diri dengan cara meniupkan sesuatu ketika berlindung diri.
Sedangkan definisi ruqyah secara istilah (syar'i) adalah berlindung diri dengan ayat-ayat Al Qur'an dan dzikir-dzikir serta doa-doa yang diajarkan oleh Nabi ﷺ
📚كتاب أحكام التعامل مع الجن وأداب الرقى الشرعية
للشيخ محمد بن عبد الله الإمام
✍️ Syaikh Abu Nashr Muhammad bin Abdillah Al Iman
📚PUSTAKA RUQYAH
Ditulis dan di post kembali :
📮Rudi Abu Azka
Share: https://chat.whatsapp.com/Icj9Vv8GJ9j7bXTiRE1tOz
APA itu JIN
Written By Rudianto on Senin, 14 Januari 2019 | 22.34
👥 *Group WA Belajar Ruqyah Syar'iyyah*
═══ ❁✿❁ ══
📚 Kajian Ruqyah dalam Kitab Shahih Bukhari
*APA itu JIN*
👉 Asal penciptaannya, Allah menciptakan jin yang berasal dari api.
📖Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَـقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍ
wa laqod kholaqnal-insaana min sholshoolim min hama`im masnuun
_"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk."_
(QS. Al-Hijr 15: Ayat 26)
📖Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَالْجَـآنَّ خَلَقْنٰهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَّارِ السَّمُوْمِ
wal-jaaanna kholaqnaahu ming qoblu min naaris-samuum
_"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas."_
(QS. Al-Hijr 15: Ayat 27)
👉 Tujuan penciptaan jin sama dengan tujuan penciptaan manusia yakni *menghamba dan beribadah hanya kepada Allah.*
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
wa maa kholaqtul-jinna wal-insa illaa liya'buduun
_"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."_
(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)
👉 Jin dan manusia, sama-sama memiliki alat kelengkapan hidup yang komplit.
📖Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَـقَدْ ذَرَأْنَا لِجَـهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَا وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَا وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَا ۗ اُولٰۤئِكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤئِكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
wa laqod zaro`naa lijahannama kasiirom minal-jinni wal-insi lahum quluubul laa yafqohuuna bihaa wa lahum a'yunul laa yubshiruuna bihaa wa lahum aazaanul laa yasma'uuna bihaa, ulaaa`ika kal-an'aami bal hum adholl, ulaaa`ika humul-ghoofiluun
_"Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah."_
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 179)
👉 Jin ada yang shalih ada pula yang jahat.
📖Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَّاَنَّا مِنَّا الصّٰلِحُوْنَ وَمِنَّا دُوْنَ ذٰلِكَ ۗ كُنَّا طَرَآئِقَ قِدَدًا
wa annaa minnash-shoolihuuna wa minnaa duuna zaalik, kunnaa thorooo`iqo qidadaa
_"Dan sesungguhnya di antara kami (jin) ada yang saleh dan ada (pula) kebalikannya. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda."_
(QS. Al-Jinn 72: Ayat 11)
👉 Jin ada yang muslim ada pula yang kafir.
📖Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَّاَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُوْنَ وَمِنَّا الْقٰسِطُوْنَ ۗ فَمَنْ اَسْلَمَ فَاُولٰٓئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا
wa annaa minnal-muslimuuna wa minnal-qoosithuun, fa man aslama fa ulaaa`ika taharrou rosyadaa
_"Dan di antara kami ada yang Islam dan ada yang menyimpang dari kebenaran. Siapa yang Islam, maka mereka itu telah memilih jalan yang lurus."_
(QS. Al-Jinn 72: Ayat 14)
====================
📚 Ruqyah Syar'iyyah wa Thibu wa 'Ilaju Mashur min Shahih Bukhari wa Fathul Bari - M. H Muhammad Hasan Ismail - Kairo Mesir 1426 H.
✍🏻📮ditulis dan edit ulang oleh Rudi Abu Azka
--------🌴🌴🌴--------
📻 *Belajar Ruqyah Channel*
Beriman Kepada Yang Ghaib
Rudi Abu Azka:
👥 *Group WA Belajar Ruqyah Syar'iyyah*
═══ ❁✿❁ ══
🖊 *Beriman Kepada Yang Ghaib*
════ ❁✿❁ ════
👉Akhir-akhir ini, sangat banyak kita jumpai orang-orang yang mengaku dirinya sebagai dukun, tukang ramal, orang pintar, ustadz atau kyai yang mampu mengobati berbagai macam penyakit. Mereka menyembuhkan penyakit dengan jalan sihir atau perdukunan, mereka mengaku dirinya sebagai thabib. Masyarakat awam tidak menyadari bahwa dirinya sudah menjadi budak setan dan bersama-sama mencemari aqidah secara lembut, tersamar, 'dan' perlahan namun pasti. Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, ternyata banyak juga korban dari orang-orang yang kesehariannya menjalani ibadah secara tertib.
⚠Sungguh keadaan ini merupakan bencana dan bahaya yang besar bagi Islam dan umat lslam. Ketergantungan kepada Allah tergantikan dengan ketergantungan kepada selain Allah.
💊 Berobat - mencari kesembuhan atas penyakit-diperintahkan oleh Islam. Seorang yang sakit hendaknya berusaha mendatangi seseorang yang ahli untuk diperiksa penyakit apa yang dideritanya dan diobati sesuai dengan obat-obatan yang diperbolehkan syara' sebagaimana dikenal dalam ilmu kedokteran (untuk gangguan medis) , ilmu psikologi (untuk gangguan psikis), dan ilmu ruqyah untuk gangguan sihir dan sejenisnya.
Sesungguhnya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menurunkan penyakit dan pasti menurunkan pula obatnya. Namun, Allah tidak memberikan obat dari sesuatu yang telah diharamkan kepada ummatNya.
❌🛌Oleh karena itu, tidak dibenarkan bagi orang-orang yang sakit mendatangi dukun-dukun yang mengaku dirinya dapat mengetahui perkara yang ghaib -yang dengannya ia dapat mengatakan apa sakit yang dideritanya. Tidak diperbolehkan pula mempercayai atau membenarkan apa yang mereka katakan. Sebab, semua yang mereka katakan tentang perkara yang ghaib sesungguhnya hanya didasarkan pada prasangka, perkiraan belaka, atau dengan cara mendatangkan jin dan meminta pertolongan jin-jin tersebut tentang sesuatu yang mereka kehendaki. Dengan cara demikian, dukun-dukun tersebut telah melakukan kekufuran dan penyesatan.
📜Dari Amran bin Hushein ra yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,
_"Bukan dari golongan kami orang yang menentukan nasib sial dan untung berdasarkan tanda-tanda benda, burung dan lain-lain, yang bertanya dan yang menyampaikannya, yang bertanya pada dukun atau yang mendukuninya, yang menyihir atau yang meminta sihir untuknya, dan barangsiapa yang mendatangi dukun dan membenarkan apa yang dikatakan, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam."_ (HR Al-Bazaar)
☝Oleh karena itu, setiap orang wajib menjauhi praktek-praktek perdukunan dan mencegah orang-orang mendatanginya. Hendaknya tidak boleh tertipu pengakuan segelintir orang yang membenarkan apa yang dilakukan para dukun. Sebab, sesungguhnya orang tersebut tidak mengetahui tentang perkara yang dijalankan dalam perdukunan. Bahkan, kebanyakan mereka adalah orang-orang awam yang tidak mengerti tentang hukum dan larangan-larangan yang harus mereka pegang.
✍🏻Agar terhindar dari keburukan, orang harus mengenali keburukan itu.
🎙Hudzaifah Bin Yunan berkata, *orang-orang yang bertanya tentang kebaikan, Sedangkan aku, aku tanya tentang keburukan, takut terjerumus kedalamnya. Setan adalah musuh nyata manusia, pengetahuan tentangnya diperlukan agar kita dapat menghindari tipu daya makar, konspirasi, dan jerat-jeratnya.*
Sumber :
📚 Ruqyah Syar'iyyah wa Thibu wa 'Ilaju Mashur min Shahih Bukhari wa Fathul Bari
🖊 M. H Muhammad Hasan Ismail
✍🏻kembali dan📮oleh Rudi Abu Azka
INDIKATOR KESEMBUHAN
Written By Rudianto on Jumat, 11 Januari 2019 | 13.09
Banyak orang mengira, bahwa jika sudah muntah. Atau jika sudah sadar dari kesurupan. Atau tidak ada lagi reaksi setelah diruqyah maka ia menyatakan dirinya sembuh. Saudaraku, mari simak artikel ini. Semoga ia jadi jalan hidayah dan turunnya taufiq kedalam ruangan Qolbu kita.
Setidaknya ada 5 hal dalam diri dan kehidupan kita, yang bisa kita analisa dan rasakan sendiri terkait status sembuh atau tidaknya. Kondisi fisik/biologis tubuh kita hanyalah salah-satunya saja.
1. Kondisi Qolbu.
- Takut dan bertambah iman.
Munculnya rasa takut yang menyelimuti isi hati, ketika melanggar aturan Allah. Biasanya lurus-lurus saja.
- Tenang, lapang, semangat, bahagia.
Turunnya ketenangan, kelapangan, kebahagiaan dan semangat yang menyeruak. Biasanya sepi dan gelisah, penuh gejolak dan penuh kemarahan serta kebencian.
- Lembut.
Al Quran hanya akan masuk dan menggetarkan qolbu yang lembut. Maka, melemahnya nafsu terhadap dunia adalah modal terlahirnya semangat taqwa. Dan itu dimulai dari kelembutan hati.
- Sabar dalam masalah.
Mulai berfikir ulang ketika akan marah. Lebih senang mengalah. Dan teringat dosa ketika kena musibah
- Fitrah.
Kembalinya qolbu kedalam fittahnya yang kuat dan sehat.
2. Rezeki
- Lancar Rezeki (Jasmani
& Ruhani).
Rezeki jasmani meliputi makanan, minuman, kendaraan, rumah, harta benda, anak, ayah ibu, istri, saudara, keluarga, pekerjaan, bisnis, keuangan dan semua nikmat yang nampak.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan [1] sehat badannya,[2] aman pada keluarganya, dia [3]memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya.” (HR. Ibnu Majah, no: 4141, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir no. 5918)
Sedangkan rezeki ruhani adalah semua kemudahan dan kekuatan (taufiq) dalam beramal dan taat kepada Allah. Islam dan iman adalah rezeki ruhani terbesar bagi manusia.
- Mudah untuk tunduk dan ta’at, bersedekah dll.
Perubahan kondisi qolbu yang mudah/ringan untuk tunduk kepada Aturan dan hukum-hukum yang ditetapkan Allah.
Merasa ringan untuk bersedekah baik dalam keadaan sempit atau lapang. Tidak merasa rugi bahkan meyakini dengan pasti, bahwa setiap harta yang di infaqqan itu adalah sejatinya sedang dikirim ke akhirat. Tempat ia kembali.
- Qonaah/berkah (terasa cukup).
Merasa cukup dengan apa yang dimiliki hari ini, sederhana dalam rencana-rencana dunia. Dan mulai membangun masterplan untuk akhiratnya.
Memang ada sihir dalam bentuk blokade terhadap rezeki jasmani, dan disisi lain itu adalah ujian yg merupakan fitrah bagi manusia.
Allah Ta’ala berfirman;
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit [1] ketakutan, [2] kelaparan, [4]kekurangan harta, [5] jiwa, dan buah-buahan“. (QS. Al-Baqarah: 155).
Sihir yang blokade rezeki misalnya, membuat seseorang sakit saat mau berangkat kerja ke kantor. Maka ketika sihir itu hancur, blokade lepas bisnis berjalan sebagaimana perhitungan.
Sihir yang blokade dari jodoh (sebagaimana disampaikan sebelumnya, istri/pasangan adalah bagian dari harta atau kenikmatan jasmani). Ketika blokade lepas, maka rasa waswas ketika akan masuk ke jenjang akad nikah hilang.
3. Ibadah.
Mudah dan khusyuk untuk taat.
Mudah saat bangun malam, bangun subuh, bersedekah dll.
Adanya kekhusyukan dalam beribadah dan menghamba kepada Allah. Nafsu yang tunduk dan terkendali, muncul semangat dan ringan dalam ibadah.
Tidak berat lagi, tidak malas dan tergesa. Bahkan ingin berlama-lama..
4. Kondisi Jasad.
- Ringan.
Berkurang atau bahkan Hilangnya ikatan yang selama ini membelenggu leher, belikat, jantung/dada atau bagian organ tubuh lain.
- Respon pada tubuh, sakit berkurang.
Berkurangnya rasa sakit, mulai aktifnya syaraf sensorik dan motorik yg mrnggerakkan tubuh. Atau berfungsinya kembali komunikasi jiwa - akal - fikiran - syaraf dan otot tubuh sesuai fitrahnya.
- Tubuh Kuat (tidak lemas), - Pandangan jelas.
Ada beberapa kondisi habis diruqyah itu lemas, lemah dan pusing. Jika kondisi itu terus menerus terjadi, hal ini menandakan pengaruh sihir yg belum sirna.
- Peredaran darah lancar.
Darah kembali sehat dan lancar sirkulasinya. Tidak ada sumbatan, penggumpalan ataupun kadar yg tidak normal.
- Pandangan jelas, dll
Hilangnya warna hitam pada kelopak mata, lelah, suram pada mata. Pandangan jelas dan tajam. Kadang yang memiliki mata minus atau silinder berkurang atau membaik lebih dari 50% bahkan sampai lepas kacamata.
5. Kondisi Kesehatan.
- Ada perubahan positif yang signifikan.
- Berkurangnya rasa sakit atau sakit berpindah atau hilang.
Seseorang yang sakit jantung, lalu diruqyah dan kemudian hilang sakit jantungya dan lalu pusing pada kepalanya. Maka, hal ini blm bisa dinyatakan sembuh. Namun, sudah ada perubahan yang perlu disyukuri dan ini menandai terjadinya keguncangan pada project syaitan dalam tubuh dirinya.
- Indikator kesembuhan penyakit lebih dari 60%.
Merasakan lebih baik lebih dari 51% dari semua kondisi sudah bisa dikatakan sembuh atau menuju kesembuhan.
Sejatinya, sakit pada permukaan tubuh yang nampak adalah alarm yang mengingatkan akal manusia tentang adanya kondisi kritis pada ruangan inti kehidupan yang disebut Qolbu.
Maka, mereka yang sehat akalnya tidak akan panik dan lalu sibuk dengan alarm yang bunyi dimana-mana. Namun ia mulai melihat, mrnganalisa, mempelajari, memetakan tanda-tanda yang ada untuk mengetahui sumber masalah dan melakukan pembetulan hingga alarm berhenti berbunyi.
Nafsu dalam diri kita menginginkan kesehatan tubuh untuk mengakomodir kebutuhannya agar hidup sampai waktu yang ditentukan, dan disisi lain, energi taqwa dalam diri kita mendorong tubuh untuk taat kepada Tuhannya untuk menjamin kehidupan yang kekal. Jika kebutuhan taqwa diabaikan maka nafsu menguasai akal, sehingga fitrah hati manusia yang kuat terkubur. Disana syaitan perlahan menguasai nafsu dan jasadlah korban utamanya.
Kehidupan ini kemudian dipenuhi kelelahan, keletihan dan kekecewaan. Penyesalan. Depresi. Bahkan gila dan ingin mengakhiri kehidupan sebelum takdir ajal tiba. Subhanallah
Apa yang harus dilakukan, saat Indikator kesembuhan belum mencapai 51% ?
Saudaraku, ujian Allah turunkan bukan untuk menghancurkan namun untuk menguji manusia agar ia menjadi manusia teruji. Menjadi hamba Allah seutuhnya. Seorang hamba akan terus diuji dengan berbagai musibah, kesedihan dan kesulitan hingga ia berjalan dimuka bumi ini tanpa dosa. Karena setiap musibah dan kesabaran didalamnya menggugurkan dosa manusia.
Ketika kita menyadari dosa dan kemaksiatan yang tak terhutung dimasa silam, maka selain bertaubat kita harus perbanyak amal untuk mempercepat berlalunya kesulitan.
Masalahnya, banyak muslima mengira bahwa shalat itu sudah cukup. Sebenarnya, ada 4 jenis ibadah yang harus kita lakukan secara utuh agar impactnya terasa secara signifikan dalam hidup kita.
Ibadah lisan, hati, fisik dan harta. Ibadah hati dengan niat-niat yang baik, ikhlas, sabar, istiqomah, tawadhu, khusyuk, memurnikan aqidah, mentauhidkan Allah dll.
Ibadah lisan, dengan tilawah, wirid sunnah, berkata baik atau menahan lisan dari keburukan, dakwah, nasihat atau bahkan menghibur saudara kita yang sedang sedih dll.
Ibadah fisik, berlelah-lelahan dalam ibadah. Bekerja untuk nafkah bagi laki-laki. Membantu suami bagi istri. Mengurus anak. Mendidik anak. Berjihad. Berwudhu. Tawaf. Sa’i. Rukuk. Sujud. Dan semua gerak untuk Allah.
Ibadah harta; sedekah, infaq, wakaf. Dll
Ini semua ibadah yang akan menguatkan hati, menjadikan dorongan kebaikan (taqwa) lebih dominan dalam qolbu kita. Dan, tentu. Balasan kebaikan adalah kebaikan. Semua amal itu akan tumbuh dan berbuah, dan menjadi tunas kebaikan kemudian.
Semoga Allah mudahkan hati kita untuk menyerah kepada-Nya yang merupakan salah satu jalan untuk mendapatkan rahmat dan kesembuhan dari Allah sebagai pemilik kesembuhan. Asy Syafi..
Nai
OBATI DIRI ANDA DENGAN AL QUR'AN SAAT TIDUR
Written By Rudianto on Senin, 18 Desember 2017 | 22.51
💊 *OBATI DIRI ANDA DENGAN AL QUR'AN SAAT TIDUR*😴
Di antara fakta-fakta yang telah kami bahas adalah tanda kebesaran Allah pada aktivitas tidur. Tidur merupakan tanda kebesaran Allah dan mukjizat yang menjadi saksi akan kebesaran Sang Pencipta dan keakuratan ciptaan'Nya. Para ilmuwan melakukan penelitian bertahun-tahun, mereka mengatakan bahwa tidur merupakan proses yang sangat kompleks untuk mempertahankan hidup. Tanpa tidur berarti tidak ada kehidupan.
Tetapi sebelum itu, kita harus menyadari bahwa tidur sangat penting untuk membangun manusia dan mengembangkan kecerdasannya. Banyak peneliti yang melakukan banyak penelitian terhadap aktivitas tidur. Mereka sepakat bahwa tidur merupakan aktivitas yang sangat kompleks. Semakin banyak pengetahuan mereka tentang tidur. maka mereka menyadari kebodohan mereka akan aktivitas yang kompleks ini.
Allah memberitahu kepada manusia bahwa pengetahuan mereka sangat terbatas, sesuai dengan firman Allah:
وَيَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ ۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَاۤ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا
wa yas`aluunaka 'anir-ruuh, qulir-ruuhu min amri robbii wa maaa uutiitum minal-'ilmi illaa qoliilaa
"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh, katakanlah, Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 85)
Orang yang tidur matanya terpejam dan tidak melihat apa apa. Indra peraba juga berhenti beraktivitas, begitu juga dengan indra penciuman. Akan tetapi, ada indra yang tetap terjaga, yaitu indra pendengaran. Indra ini tetap waspada terhadap setiap suara yang datang dari luar. Oleh karena itu, kita banyak melihat orang yang saat tidur bermimpi seputar kejadian-kejadian yang berkaitan dengan suara di sekitarnya.
Misalnya, jika kita didatangkan orang yang tidur kemudian kita lakukan scan terhadap otaknya dengan alat Functional Magnetic Resonance Imaging or functional MRI (fMRI), maka kami mencatat bahwa otak merespons suara yang bergema di sampingnya. Bahkan, otak ini meracik suara-suara tersebut. Dengan demikian, bisa kita katakan bahwa indra pendengaran memiliki aktivitas yang sangat
penting saat tidur.
Ada cara yang bagus dalam pengobatan Alquran tanpa melakukan usaha apa pun, yaitu dengan mengobati diri Anda pada saat tidur. Maksudnya, Anda mendengarkan Alquran setiap hari sebelum dan setelah Anda tidur. Sel-sel otak Anda dan jantung Anda akan merespons firman-firman Allah dan akan melakukan pemprograman Otak yang baru.
Para ilmuwan memastikan bahwa otak sangat kompleks karena dipengaruhi oleh kata-kata yang didengarnya. Mereka mencoba menggambar peta otak untuk mengetahui apa yang dipikirkan manusia. Mereka mengajukan uji coba terbalik, yaitu mendeteksi aktivitas otak dan mengubahnya menjadi kata'kata. Jika para dokter muslim melakukan percobaan mengenai pengaruh Alquran atas otak, bahkan pengaruh setiap kata-kata dari Alquran terhadap otak, khususnya kata “Allah,” mengapa tidak melakukan eksperimen tentang pengaruh Alquran terhadap orang tidur? Ini merupakan eksperimen yang sangat sederhana namun belum ada satu pun yang
melakukannya.
Alquran memiliki kelebihan bahwa semua katafkatanya datang pada tempat yang tepat. Allah telah meletakkan pada ungkapan- ungkapan itu sebagai mukjizat yang menjadi saksi bahwa tidak mungkin seseorang mengubah satu huruf dari kitab Allah. Bahkan jika itu terjadi maka akan merusak sistem yang detail pada ungkapan- ungkapan tersebut. Tetapi mari kita bertanya, adakah hubungan antara tidur dengan mendengar? Secara ilmiah, para ilmuwan telah membuktikan adanya hubungan. Namun, secara qur'ani bagaimana
Allah berbicara tentang tidur? Allah berfirman:
Allah SWT berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖ مَنَامُكُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَآؤُكُمْ مِّنْ فَضْلِهٖ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّسْمَعُوْنَ
wa min aayaatihii manaamukum bil-laili wan-nahaari wabtighooo`ukum min fadhlih, inna fii zaalika la`aayaatil liqoumiy yasma'uun
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 23)
Di sini, mari kita berhenti sejenak dan apa yang kita harapkan setelah adanya firman Allah yang indah ini. Ayat ini berbicara tentang ayat tidur atau mukjizat tidur. Sebab, kata ayat berarti mukjizat. Maksud tafsir ayat ini adalah bahwa di antara mukjizatnya itu adalah tidur Anda pada waktu siang dan malam.
Yang lebih menakjubkan lagi, Allah mengakhiri ayat ini dengan firman-Nya yang berbunyi:
Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَـكُمُ الَّيْلَ لِتَسْكُنُوْا فِيْهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا ۗ اِنَّ فِيْ ذٰ لِكَ لَاٰيٰتٍ لِّـقَوْمٍ يَّسْمَعُوْنَ
huwallazii ja'ala lakumul-laila litaskunuu fiihi wan-nahaaro mubshiroo, inna fii zaalika la`aayaatil liqoumiy yasma'uun
"Dialah yang menjadikan malam bagimu agar kamu beristirahat padanya dan menjadikan siang terang-benderang. Sungguh, yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar."
(QS. Yunus 10: Ayat 67)
Subhanallah, Allah mengaitkan tidur dengan mendengar. Ini merupakan sinyal atau isyarat qur'ani yang lembut tentang pentingnya Alquran pada saat tidur. Oleh karena itu, sangat logis dan alamiah ketika berbicara tentang tidur kita juga berbicara tentang pendengaran. Inilah yang dilakukan Alquran ketika menghubungkan ayat:
Allah SWT berfirman:
مَنَامُكُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ
"tidurmu pada waktu malam dan siang hari..."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 23)
Dengan indra pendengaran:
اِنَّ فِيْ ذٰ لِكَ لَاٰيٰتٍ لِّـقَوْمٍ يَّسْمَعُوْنَ
"Sungguh, yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar."
(QS. Yunus 10: Ayat 67)
Perlu dicatat bahwa Surah Ar Ruum yang di dalamnya banyak mengulas pernyataan-pernyataan ini, senantiasa berkaitan dengan sebelum nya dan sejalan dengan teks Alquran. Ini adalah i'jaz yang ditambahkan oleh para peneliti kemukjizatan kitab Allah. ()
📚 'Alij Nafsaka bil Qur'an
✍ " Ir. ABDEL DAEM AL KAHEEL"
--------🌴🌴🌴--------
📻 *KCRT Channel*
✍📮 Rudi Abu Azka
| www.kisahruqyah.com
| www.inforuqyah.com
| www.ibnukatsironline.com
|www.abuazkacollection.blogspot.com
---------- 🌴🌴🌴 -----------
🛍 *WhatsApp@Kcrtangerang*
+62 857 1686 3625
Bijak Dengan Ruqyah Syar'iyyah
Written By Rudianto on Minggu, 10 Desember 2017 | 13.25
*LARANGAN MINTA DI RUQYAH*
Seperti yang telah di-request oleh salah seorang sahabat, aku mencoba menghadirkan sebuah artikel mengenai hadits yang melarang dan memperbolehkan ruqyah. Janganlah dipandang dengan satu sisi, tapi pandanglah sisi-sisi yang lain apabila itu dirasa benar, maka amalkanlah.
Larangan Meminta Ruqyah
Mengapa ada hadist yang Melarang Meminta di Ruqyah tapi dalam redaksi hadist lain ada yang menyatakan minta Ruqyah di bolehkan .
Kita semua tahu golongan Masyarakat tidak semua hfal alqur,an dan Doa rukqyah jadi mungkin inilah mengapa ada hadist nabi yang memperbolehkan seseorang meruqyah atau minta di Ruqyah , tapi akan lebih baik jika anda mempelajari Do,a dan surat- surat dalam al qur'an nul karim yang bisa untuk Ruqyah Mandiri tanpa bantuan atau Meminta Ustadz atau Kiyai untuk meruqyahnya .
Berikut Redaksi Hadist yang melarang dan membolehkanya meminta Ruqyah .
Terkadang satu redaksi hadits melengkapi redaksi lainnya.
Namun terkadang juga satu redaksi sedikit agak bertentangan dengan redaksi lainnya padahal menjelaskan tema yang sama.
Sebagai contoh ada hadits yang menyatakan di antara 70.000
orang yang masuk surga tanpa dihisab adalah orang yang tidak minta diruqyah.
Al Hadist :
Telah menceritakan kepada kami Imran bin Maisarah telah menceritakan kepada kami Ibnu Al Fudlail telah menceritakan kepada kami Hushain dari ‘Amir dari Imran bin Hushain radliallahu ‘anhuma dia berkata; “Tidak ada ruqyah (jampi-jampi dari Qur’an dan Sunnah) kecuali dari penyakit ‘Ain atau demam, lalu hal itu kusampaikan kepada Sa’id bin Jubair, dia berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Abbas Rasulullah s.a.w.bersabda:
“Di beritahukan kepadaku (oleh Jibril); “Ini adalah ummatmu, dan di antara mereka terdapat 70.000 yang masuk surga tanpa hisab.”
Setelah itu beliau masuk ke rumah dan belum sempat memberi penjelasan kepada mereka (para sahabat), maka orang-orang menjadi ribut, mereka berkata; “Kita adalah orang-orang yang telah beriman kepada Allah dan mengikuti jejak Rasul-Nya, mungkinkah kelompok tersebut adalah kita ataukah anak-anak kita yang dilahirkan dalam keadaan Islam sementara kita dilahirkan di zaman Jahiliyah?.”
Maka hal itu sampai kepada Nabi s.a.w., lantas beliau keluar dan bersabda: “Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah minta untuk di Ruqyah, tidak pernah bertathayur (menganggap sial pada binatang) dan tidak pula melakukan terapi dengan kay (terapi dengan menempelkan besi panas pada daerah yang sakit), sedangkan kepada Rabb mereka bertawakkal.” Lalu Ukasah bin Mihshan berkata; “Apakah aku termasuk di antara mereka ya Rasulullah?” beliau menjawab; “Ya.”
Selanjutnya sahabat yang lain berdiri dan berkata; “Apakah aku termasuk dari mereka?” beliau bersabda: “Ukasah telah mendahuluimu.”
(H.R. Bukhari No. 5270)
Demikian pula pada hadits yang lain dikatakan :
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Manshur Dari Mujahid dari ‘Aqqar bin Al Mughirah bin Syu’bah dari bapaknya ia berkata;
Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Barangsiapa yang berobat dengan Kay atau meminta untuk diruqyah, maka sungguhnya ia telah berlepas diri dari sifat tawakkal.”
(H.R. Tirmidzi No. 1980)
Hadist tersebut diatas di nyatakan sahih oleh Nashiruddin Al-Albani
yang jadi panutan para pembenci Maulid Nabi.
Abu Isa berkata; Hadits semakna juga diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, dan Imran bin Husain. Abu Isa berkata : “Ini adalah hadits hasan shahih”
Jika melihat satu hadits ini saja maka orang bisa berkesimpulan bahwa tidak boleh minta diruqyah atau ruqyah itu haram.
Namun dalam kesempatan lain banyak hadits yang meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. yang menyuruh seseorang untuk melakukan ruqyah, atau Rasulullah melakukan ruqyah baik atas inisiatif Beliau sendiri maupun atas permintaan seseorang.
Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Dari mana kalian mengetahui bahwa Al Fatihah adalah ruqyah?
Sesungguhnya kalian telah berbuat baik, bagilah dan berilah aku bagian bersama kalian.”
(H.R. Abu Daud No. 3401)
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari Muhammad bin ‘Umarah dari Abu Bakar bin Muhammad bahwa Khalidah binti Anas Ummu bani Hazm As Sa’idi datang menemui Nabi s.a.w., dia meminta pertimbangan kepada beliau untuk diruqyah, maka beliau memerintahkan agar di ruqyah.” (H.R. Ibnu Majah No. 3505)
Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Humaid bin Qais Al Makki berkata;
“Suatu ketika dua anak Ja’far bin Abu Thalib dibawa ke hadapan Rasulullah s.a.w..
Beliau bertanya kepada perawatnya: “Kenapa aku melihat keduanya sangat kurus?” penjaganya menjawab, “Wahai Rasulullah, penyakit ‘ain telah menyerang mereka berdua dengan cepat. Tidak ada yang menghalangi kami untuk meminta mereka diruqyah, hanya saja kami tidak mengetahui apakah anda menyetujuinya.’
Rasulullah s.a.w.lalu bersabda: ‘Ruqyahlah mereka!”
(H.R. Imam Malik dalam Al-Muwatha’ No. 1473)
Bahkan Malaikat Jibril pun mengajari ruqyah pada Rasulullah s.a.w.ketika Rasulullah sakit
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu ‘Umar Al Makki; Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz Ad Darawardi dari Yazid yaitu Ibnu ‘Abdillah bin Usamah bin Al Hadi dari Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman dari ‘Aisyah istri Nabi s.a.w.dia berkata; “Bila Rasulullah s.a.w.sakit, Jibril datang meruqyahnya (Nabi s.a.w). Jibril mengucapkan; ‘Bismillaahi yubriika, wa min kulli daa-in yusyfika, wa min syarri hasidin idza hasad, wa syarri kulli dzi ‘ainin.’ Dengan nama Allah yang menciptakanmu. Dia-lah Allah yang menyembuhkanmu dari segala macam penyakit dan dari kejahatan pendengki ketika ia mendengki serta segala macam kejahatan sorotan mata jahat semua makhluk yang memandang dengan kedengkian.
(H.R. Muslim No. 4055)
Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Hilal Ash Shawaf; Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Warits; Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Shuhaib dari Abu Nadhrah dari Abu Sa’id : “Bahwa Jibril mendatangi Nabi s.a.w.kemudian berkata; “Hai Muhammad, apakah kamu sakit? Rasulullah s.a.w.menjawab: ‘Ya. Aku sakit. Lalu Jibril meruqyah beliau dengan mengucapkan; ‘Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu dan dari kejahatan segala makhluk atau kejahatan mata yang dengki. Allah lah yang menyembuhkanmu. Dengan nama Allah aku meruqyahmu.”
(H.R. Muslim No. 4056)
Maka duduk masalah sebenarnya Rasulllah memang pernah melarang meruqyah (menjampi) karena pada awalnya pengaruh budaya jahiliyah masih kuat dan kebanyakan ruqyah yang dibaca oleh masyarakat adalah ruqyah syirkiyah (bacaan ruqyah yang mengandugn kesyirikan seperti menyebut nama dewa, menyebut raja jin dll) maka Rasulullah s.a.w. ketika itu melarang ruqyah. Namun setelah ruqyah syar’I itu diajarkan oleh Jibril dan kemudian banyak doa-doa lainnya diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. mengatakan bahwa sebenarnya yang dilarang itu adalah ruqyah yang syirik sedangkan jika tidak mengandung kesyirikan tidak mengapa.
Kami bertanya kepada Rasulullah s.a.w.; ‘Ya Rasulullah! bagaimana pendapat Anda tentang mantera? ‘ Jawab beliau: ‘Peragakanlah ruqyahmu itu di hadapanku.
Ruqyah itu tidak ada salahnya selama tidak mengandung syirik.’
(H.R. Muslim No. 4079)
‘Amr berkata; Wahai Rasulullah, dahulu anda pernah melarang ruqyah Beliau bersabda: “Bacakan hal itu kepadaku”, lalu dia membacanya, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak mengapa, sebab ruqyah pada hakikatnya adalah penawar (pelindung).”
(H.R. Ahmad No. 14699)
Jangan Jadikan Ruqyah sebagai mata pencaharian .
Jangan jadikan ruqyah sebagai ladang pencaharian seperti yang terjadi saat ini Mulai banyak bertebaran Clinik ( klinik ) Ruqyah center yang memberikan paket terapi Ruqyah dengan tarip Bahkan sampai ada yang memberikan Paket Terapi dengan Harga tertentu . padahal ada hadist yang melarang menjadikan ruqyah sebagai mata pencaharian .
Beda menerima upah dengan pencaharian .
Menjadikan ruqyah sebagai profesi atau mata pencaharian.
Ini adalah penyimpangan dalam praktek ruqyah karena tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para shahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in.
Yang diamalkan oleh para ulama dan diajarkan oleh As-Sunnah bahwa seseorang meruqyah saudaranya, baik dengan upah atau tidak untuk memberi kemanfaatan bagi saudara-nya.
Namun mereka tidak menjadikan amalan ruqyah sebagai profesi layaknya seorang dokter. Sungguh yang demikian itu hanya muncul dari orang-orang yang datang belakangan.
Padahal di masa ulama salaf juga banyak orang yang membutuhkan ruqyah.
Tetapi mereka tidak melakukannya, berarti meninggalkannya merupakan kebaikan. Sebaik-baik petunjuk adalah mengikuti jejak Ulama salaf.
Asy-Syaikh ‘Ali bin Nashir Al-Faqihi berkomentar tentang hal ini sebagai berikut:
“Barangkali seseorang akan bertanya-tanya, ‘Apakah di masa lampau ada seorang ulama salaf yang baik, yang berprofesi sebagai peruqyah baik secara gratis atau dengan mengambil upah, karena hal itu diperbolehkan?’
Aku tidak mengira bahwa ada seseorang yang bisa menetapkan hal itu.
Sungguh dahulu bila seseorang datang dan meminta ruqyah dari para ulama dan orang-orang baik serta bertakwa, mereka meruq-yahnya dengan ruqyah-ruqyah yang disya-riatkan lalu selesai urusannya tanpa meminta imbalan atau upah.
Sebagian manusia telah menyimpang dari para ulama salaf yang baik dalam perkara ini. Seperti yang kita lihat pada hari ini di mana telah dibuka berbagai klinik Ruqyah center
(atau yang bisa disamakan dengan klinik terapi pengobatan, red.)
yang berorientasi bisnis disertai iklan bahwa kliniknya memiliki ‘pakar-pakar dan ustad-ustad yang ahli dalam ruqyah syarriyah ’ yang menangani secara khusus ruqyah syar’i , yang dimaksud beliau adalah ruqyah center yang sekarang sedang menjamur di mana-mana, pen.
Sementara yang selain mereka dianggap tidak bisa memberi kemanfaatan kepada manusia bahkan kadang mereka para beranggapan mereka paling sunah dan paling murni tauhidnya hingga bisa ahli dalam Ruqyah (dengan ruqyah itu).
Padahal ruqyah tidaklah terbatas pada orang-orang tertentu saja.
Jika memang ada yang minta di ruqyah berikut ketentuan yang harus
di perhatikan sang peruqyah .
Jangan Memukul, mencekik, membuat gerakan seperti menyembelih walau hanya berupa gerakan dengan jari tangan atau yang semacamnya ketika meruqyah
Semua ini tidak dicontohkan oleh Rasulullah da maupun ulama shalih.
Memang diriwayatkan bahwa sebagian ulama melakukan hal itu ketika meruqyah.
Namun hal ini sekedarnya saja, dan tidak menjadi kebiasaan atau bagian
aktivitas dalam ruqyah.
Apalagi jika dilakukan dengan cara yang keras dan kasar sehingga menyakiti pasiennya.
Ini jelas merupakan kedzaliman yang dilarang oleh Allah SWT.
Bahkan Rasulullah n terkadang hanya menyebutkan:
“Keluarlah wahai musuh Allah.”
Hanya dengan demikian, orang yang kemasukan jin sembuh dari penyakitnya.
Praktisi Ruqyah dilarang Banyak berdialog dengan jin
Banyak berdialog dengan jin Hal ini lebih baik ditinggalkan.
Rasulullah dan ulama salaf tidak pernah mencontohkan yang demikian dalam meruqyah. Hanya orang-orang belakangan yang melakukannya.
Berdialog dengan jin ketika meruqyah akan melalaikan dari ruqyah itu sendiri.
Lagipula, perbuatan ini tidak membawa manfaat yang nyata bagi yang diruqyah.
Semestinya peruqyah berupaya sesegera mungkin mengusir jin yang merasuki pasiennya dengan ruqyah syar’i dan tidak berlambat-lambat.
Berdialog dengan jin tentunya akan menunda kesembuhan bagi yang dirasuki jin itu.
Tentunya sikap tidak berdialog dengan jin merupakan bentuk kasih sayang kepada orang yang kerasukan. Sebab ketika jin diajak berdialog, dia akan menggunakan fisik orang yang kemasukan. Sehingga tatkala ruqyah selesai dilakukan, orang itu terlihat sangat letih karena tubuhnya dipakai oleh jin untuk melayani acara dialog yang digelar oleh si peruqyah.
Sesungguhnya dialog yang dilakukan bersama jin cenderung sia-sia, karena ucapannya tidak bisa dipegang mentah-mentah, ingat sebaik-baik jin adalah sejahil-jahilnya dan sejahat-jahatnya manusia .
Pemberitaan jin tentang identitas diri, komunitas, dan ke-Islamannya serta berbagai hal lainnya adalah perkara yang tidak bisa dipastikan kebenarannya.
Manusia tidak bisa mengetahui keberadaan dan kondisi jin yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, bagaimana kita bisa membenar-kan ucapannya?
Sebagaimana yang telah lalu bahwa para ulama hadits melemahkan periwayatan
jin muslim karena kebenarannya tidak bisa diteliti dan dibuktikan.
Tentu penyebabnya adalah keberadaan jin sebagai makhluk ghaib.
Bahkan Rasulullah n mengatakan kepada Abu Hurairah z yang berhasil menangkap setan jin yang biasa mencuri kurma zakat:
“Dia jujur kepadamu padahal dia seorang pendusta.”
(HR. Al-Bukhari).
Hadits ini menunjukkan bahwa kebiasaannya ( Jin ) adalah berdusta.
Kejujuran-nya tidak diketahui kecuali setelah diberitakan Rasulullah .
Yang jelas, manusia tidak bisa mengetahui kebenaran jin, baik sedikit ataupun banyak.
Karena itu, hendaknya seorang peruqyah meninggalkan berdialog dengan jin yang sedang merasuki tubuh pasiennya, kecuali bila memang sangat dibutuhkan.
Dalam kondisi yang sangat dibutuhkan dia berdialog dengan jin itu
seperlunya dan tidak melebihi kebutuhan.
Setiap kebutuhan diukur dengan kadarnya dan tidak lebih dari itu.
Hendaknya imam-imam masjid diarahkan agar mereka menerangkan dalam khutbah dan pelajaran-pelajaran mereka tentang ruqyah syar’i, dan menerangkan pula bahwa ruqyah itu dengan membaca Al-Qur`an yang mulia dan As-Sunnah yang shahih. Niscaya di setiap kota dan kampung akan didapatkan orang yang bisa meruqyah dengan cara yang disyariatkan.
Orang yang bertakwa dan shalih adalah orang yang tepat untuk melakukan ruqyah itu (tanpa menjadikannya sebagai profesi, pent.).
Mereka itu –alhamdulillah– ada di setiap pelosok negeri.
Demikian pula dianjurkan seorang muslim untuk menguatkan imannya, tawakalnya, dan penyandaran dirinya kepada Allah I dalam seluruh perkara.
Demikianlah, kita memohon kepada Allah I niat yang baik dan bimbingan-Nya bagi kita semua.”
(Lihat Ahkam Ar-Ruqa wa At-Tama`im hal. 82).
Menjadikan ruqyah sebagai arena ikhtilath
(campur baur antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram tanpa hijab)
atau khalwat ;seorang lelaki berduaan dengan wanita yang bukan mahram, tanpa disertai mahram si wanita.
Ini merupakan pelanggaran syariat yang nyata dalam praktek ruqyah yang dilakukan oleh banyak pihak dari kaum muslimin.
Padahal Islam telah meng-haruskan para wanita untuk berhijab dari para lelaki yang bukan mahramnya.
Allah SWT berfirman:
“Apabila kalian meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (para istri Nabi), maka mintalah dari belakang hijab (tabir).
Cara yang demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka.”
(Al-Ahzab: 53).
Jika Allah SWT melarang para sahabat untuk meminta sesuatu kepada istri-istri Nabi kecuali dari belakang hijab –padahal mereka adalah orang-orang
suci– dengan alasan untuk menyucikan hati-hati mereka, bagaimana dengan yang selain mereka yang tidak suci sebagaimana mereka?
Semoga Allah SWT tidak membutakan hati-hati kita.
Islam juga melarang khalwat antara lelaki dan wanita yang bukan mahram tanpa kehadiran mahramnya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah seorang laki-laki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali bila si wanita itu bersama mahramnya.
Dan janganlah seorang wanita bepergian jauh kecuali bersama mahramnya. Bangkitlah seorang laki-laki dan bertanya:
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya istriku telah keluar untuk pergi haji, sedangkan aku telah mendaftarkan diri untuk ikut serta dalam peperangan ini dan itu?
Beliau pun bersabda: ‘Berangkatlah dan hajilah bersama istrimu’.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Banyak pula di antara peruqyah yang berhadapan langsung dengan pasien wanitanya dalam jarak yang sangat dekat.
Sehingga mereka meruqyah sekaligus me-ru`yah (melihat) wanita yang bukan mahramnya dengan puas dan tanpa sungkan-sungkan.
Padahal Allah SWT berfirman:
“Katakanlah kepada kaum mukminin: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada kaum mukminat: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya’.”
(An-Nur: 30-31).
Bahkan lebih dari itu, para wanita yang datang untuk diruqyah banyak yang berpakaian dengan model yang tidak diperbolehkan dalam Islam karena tidak menutup aurat secara sempurna.
Pakaian mereka walaupun sebagiannya dilengkapi dengan jilbab (gaul), tetapi lekukan tubuh mereka masih kelihatan jelas.
Mereka mengenakan jeans atau celana panjang dan baju yang tidak lebar, bahkan ketat. Belum lagi warna pakaian mereka yang norak dan menarik disertai bersolek ala jahiliyyah. Dengan penampilan yang demikian, sebagian wanita itu bila KERASUKAN JIN atau Jin dari wanita yang diruqyah bereaksi ada yang tertawa, menangis, dan tergeletak dengan bentuk tubuh yang tampak di hadapan laki-laki yang meruqyah.
Banyak peruqyah memegang bagian tubuh wanita yang diruqyah, walaupun dengan memakai sarung tangan tetapi sentuhannya tetap saja dirasa oleh kedua belah pihak. Dengan bebas, sang peruqyah memegang dan melihat wanita yang sedang menjadi pasiennya.
Bukankah ini pelanggaran yang nyata terhadap syariat?
Apakah mereka tidak takut kepada Allah swt ketika melakukan pelanggaran itu?
Jika mereka beralasan bahwa ini dilakukan dalam rangka pengobatan, maka yang demikian tidaklah tepat. Karena ruqyah bisa dilakukan tanpa harus melanggar ketentuan syariat Islam.
Ruqyah bukanlah hujjah untuk menghalalkan segala cara.
Ruqyah adalah amalan yang disyariatkan, maka semestinya dipraktekkan tanpa melanggar ketentuan-ketentuan syariat lainnya.
Karena praktek ruqyah yang menyim-pang ini, banyak kaum lelaki dan wanita yang terfitnah hati dan agamanya.
Sebab mereka adalah keturunan Nabi Adam dan Hawa yang memiliki ketertarikan terhadap lawan jenisnya.
Ambillah pelajaran wahai orang-orang yang berfikir.
Wallahul Musta’an wa ‘alaihi tiklan.
Praktek ruqyah yang diabadi-kan dengan kamera, foto, dan gambar
bahkan Video . Ini merupakan praktek ruqyah yang melanggar syariat, walaupun dengan alasan untuk pengajaran ruqyah, sosialisasi, penyebarluasan ruqyah syar’i, atau alasan lainnya. Karena Rasulullah saw, telah memberitakan bahwa di antara orang yang paling keras siksanya di hari kiamat nanti adalah para penggambar.
Hal ini sebagaimana yang diriwayat-kan oleh Abdullah bin Mas’ud z, bahwa
Rasulullah n bersabda:
“Sesungguhnya manusia yang paling keras adzabnya di sisi Allah pada hari kiamat nanti adalah para penggambar.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Umar , bahwa Rasulullah saw, bersabda:
“Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar-gambar ini diadzab
di hari kiamat nanti, dinyatakan kepada mereka:
‘Hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan’.”
(HR. Al-Bukhari).
Gambar tangan (manual) atau foto (digital) hukumnya sama yaitu haram.
Karena keduanya disebut sebagai gambar.
Sedangkan Rasulullah saw menjatuhkan hukum yang satu pada segala gambar yang bernyawa sebagaimana hadits di atas. Wallahu a’lam.
Inilah beberapa praktek ruqyah yang menyimpang dan sering terjadi di tengah kaum muslimin saat ini . Kami yakin masih banyak lagi penyimpangan praktek ruqyah yang terjadi di kalangan mereka.
Semoga yang kami sebutkan cukup bagi mereka sebagai peringatan untuk berhati-hati dari para peruqyah yang melanggar syariat Allah Swt.
Kami berharap kepada Allah I swt semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin yang membacanya dengan harapan dapat meraih ilmu
dan kebaikan dunia dan akhirat.
Wallahu a’lam bish shawab.
📲 Abdurrahman
📮Abu Azka for KCRT