Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Agar Sakit Menuai Pahala

Written By Rudianto on Sabtu, 28 September 2019 | 13.22

Agar Sakit Menuai Pahala
Sakit merupakan qadla dan qadar Allah yang diturunkan kepada mukmin dan juga kepada kafir. Sebab semua kejadian telah diatur oleh Allah pada zaman azali, zaman dimana waktu belum berjalan. Bagi seorang muslim sakit merupakan rahmat bukan siksa.
Sebagaimana difahami dari firman Alah ﷻ:
مَا يَفْعَلُ اللّٰهُ بِعَذَا بِكُمْ اِنْ شَكَرْتُمْ وَاٰ مَنْتُمْ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ شَا كِرًا عَلِيْمًا
maa yaf'alullohu bi'azaabikum in syakartum wa aamantum, wa kaanallohu syaakiron 'aliimaa
"Allah tidak akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 147)
Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengenal Allah dan hikmahNya, meskipun demikian Allah tetap menyayanginya karena itu semua disebabkan ketidaktahuan, kelemahan dan kekurangannya.
Terdapat hikmah yang banyak di balik berbagai musibah.
Rasulullah ﷺ  bersabda, "Sesungguhnya Allah ta'ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan." (HR. Tirmidzi). Dalam riwayat lain disebutkan, “ Penyakit merupakan cambuk Allah di bumi ini, dengannya Dia mendidik hamba-hamba-Nya."
Bagi Penderita, wajib bersabar dan ikhlas terhadap cobaan (sakit) yang menimpanya, sedang bersabar (dari cobaan itu akan diberi pahala dan mendapatkan kebaikan di sisi Allah. Bagi keluarga, kerabat, dan orang lain disyariatkan menjenguk setiap orang sakit.
Diriwayatkan di dalam hadits sahih muttafaq 'alaih dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabiﷺ Bersabda : “ Hak orang muslim atas orang muslim lainnya ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazahnya, mendatangi undangannya, dan mendo'akannya ketika bersin."
Terdapat keutamaan kesabaran bagi keluarga dan kerabat si sakit dalam merawat dan mengusahakan kesembuhannya, yang tidak kalah besar pahalanya. Diantara orang yang paling wajib bersabar apabila keluarganya ditimpa sakit ialah suami atas istrinya, atau istri atas suaminya. Namun yang lebih wajib lagi ialah kesabaran anak laki-laki terhadap penyakit kedua
orang tuanya. Sebab hak mereka adalah sesudah hak Allahﷻ, dan berbuat kebajikan atau berbakti kepada mereka termasuk pokok keutamaan yang diajarkan oleh seluruh risalah Ilahi. Karena itu Allah menyifati Nabi Yahya a.s. dengan firman-Nya:
وَّبَرًّا بِۢوَا لِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّا رًا عَصِيًّا
wa barrom biwaalidaihi wa lam yakun jabbaaron 'ashiyyaa
"dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka."
(QS. Maryam 19: Ayat 14)
Demikian juga dengan anak perempuan, bahkan dia lebih berhak memelihara dan merawat kedua orang tuanya, dan lebih mampu melaksanakannya karena Allah telah mengaruniainya rasa kasih dan sayang yang melimpah, yang tidak dapat ditandingi oleh anak laki-laki. Al-Qur'an sendiri menjadikan kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua ini dalam urutan setelah mentauhidkan Allahﷻ, sebagaimana difirmankan-Nya:
وَا عْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـئًـا ۗ وَّبِا لْوَا لِدَيْنِ اِحْسَا نًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَا لْيَتٰمٰى وَ الْمَسٰكِيْنِ وَا لْجَـارِ ذِى الْقُرْبٰى وَا لْجَـارِ الْجُـنُبِ وَا لصَّا حِبِ بِا لْجَـنْبِۢ وَا بْنِ السَّبِيْلِ ۙ وَمَا مَلَـكَتْ اَيْمَا نُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَا نَ مُخْتَا لًا فَخُوْرَا ۙ 
wa'budulloha wa laa tusyrikuu bihii syai`aw wa bil-waalidaini ihsaanaw wa bizil-qurbaa wal-yataamaa wal-masaakiini wal-jaari zil-qurbaa wal-jaaril-junubi wash-shoohibi bil-jambi wabnis-sabiili wa maa malakat aimaanukum, innalloha laa yuhibbu mang kaana mukhtaalan fakhuuroo
"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri,"
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 36)
Allah ﷻ  berfirman:
وَقَضٰى رَبُّكَ اَ لَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِا لْوَا لِدَيْنِ اِحْسَا نًا ۗ اِمَّا يَـبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
wa qodhoo robbuka allaa ta'buduuu illaaa iyyaahu wa bil-waalidaini ihsaanaa, immaa yablughonna 'indakal-kibaro ahaduhumaaa au kilaahumaa fa laa taqul lahumaaa uffiw wa laa tan-har-humaa wa qul lahumaa qoulang kariimaa
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 23)
Ungkapan Al-Qur'an "sampai ke usia lanjut dalam pemeliharaanmu" menunjukkan bahwa si anak bertanggung jawab atas kedua orang tuanya,
dan mereka telah menjadi tanggungannya. Sedangkan bersabar terhadap keduanya (ketika kondisi mereka telah lemah atau tua) merupakan pintu yang paling luas yang mengantarkannya ke surga dan ampunan.

0 komentar:

Posting Komentar