Ummat: “Ustadz Ganteng, mohon maaf, berapa ya kami perlu ganti untuk
transportasi?”Ustadz Ganteng: “Untuk administrasi aja ya, sediakan aja
30 juta, 10 juta dibayar di depan ke account saya. Oya, kalo nggak jadi
DP nya angus ya..”
Percaya atau nggak percaya, fakta semacam ini ada. Begitulah suatu
hari, ketua DKM salah satu masjid bilang ke saya. Saya jadi mikir
“pantes aja mobil si Ustadz Ganteng Fortuner dll” hehe..
Saya pribadi juga seringkali ditanya, “Ustadz, maaf nih,
administrasinya berapa yang harus kita siapkan?”Jawab saya “Saya nggak
pernah minta bayaran untuk dakwah, berapapun yang panitia kasih akan
saya terima, kalo nggak ada pun nggak papa, asal transportasi dan
akomodasi ditanggung panitia”
Parahnya masa kini, banyak orang yang udah nggak malu menjadikan
Ustadz dan Da’i sebagai profesi. Pekerjaan profesional. Karena itu
layaknya seorang pembicara publik, mereka mematok tarif sekali
pengajian. Kalo udah masuk TV apalagi, matoknya diatas 10 juta. Subhanallah.
Padahal dakwah bukan profesi, dia adalah kewajiban sebagaimana shalat
5 waktu dan puasa. Yang tanpa dibayar pun harusnya dia tetap berdakwah.
Karena itu kewajiban dia.
Bagaimana pendapat Anda bila ada orang mengatakan “Hmm.. boleh saja,
saya mau shalat, dan Anda boleh lihat saya shalat, asal bayar dulu 10
juta”. Aneh, yang perlu siapa yang ribet siapa?
Pantas saja, ketika dakwah sudah jadi profesi, maka Da’i akan
menyesuaikan materi dakwahnya sesuai permintaan pasar. Dia akan
menyampaikan yang diinginkan orang bukan yang dibutuhkan oleh orang. Dia
akan membiarkan kemaksiatan di depan matanya karena dia telah dibayar
untuk itu.
Sikap kritis pun hilang dari situ. Karena dia sudah dibayar. Entah
dipasangkan pengajiannya dengan artis doyan mabok atau penyanyi dangdut,
sang Ustadz tidak merasa risih. Karena dia sudah dibayar!
Bagaimana mau protes, kalo protes bisa-bisa nggak dipanggil lagi!Pembodohan pun terjadi. Karena dakwah telah dianggap profesi.
Saya tidak pernah bilang menerima uang dari menyampaikan Islam adalah sesuatu yang haram
sah-sah saja, bukankah Rasul juga mengatakan bahwa “Sesungguhnya yang paling berhak untuk kalian ambil adalah upah mengajarkan kitabullah” (HR. Bukhari)Namun, ada perbedaan besar antara upah mengajarkan kitabullah dengan memelintir kitabullah untuk mendapatkan harta dari situ.
Nyata-nyatanya, tidak ada satupun Ustadz Ganteng yang membacakan
ayat-ayat nahi munkar, ataupun memperingatkan tentang bahaya-bahaya yang
betul-betul mengancam ummat semisal syirik modern (demokrasi),
ashabiyah modern (nasionalisme), atau liberalisme yang mengajak Muslim
meninggalkan Al-Qur’an.
Uang memang mengerikan. Ia bisa merubah niat seseorang yang awalnya lurus menjadi bengkok. Yang tadinya tegas menjadi samar. Bersyukurlah pada Allah bila anda adalah Da’i yang tidak mengharapkan dan tergantung bayaran dari ummat.
Karena Anda akan selalu objektif dalam memandang masalah, bukan
memberikan yang diinginkan namun mengobati ummat dengan memberikan yang
mereka perlukan. Saya betul-betul bersyukur, ketika baru masuk Islam, Ustadz saya
Fatih Karim menyampaikan kira-kira begini:”Lix, kalo dikasi orang uang,
antum boleh terima, tapi untuk melatih keikhlasan, lebih baik gunakan
lagi di jalan dakwah”
Subhanallah, mudah-mudahan masyarakat akan segera bisa melihat, Da’i
mana yang sebenarnya betul-betul sayang pada mereka, peduli dan
mengasihi mereka. Da’i yang tertumpah air matanya di malam hari karena
memikirkan ummat yang tak kunjung cenderung pada Islam. Da’i yang justru
mengeluarkan uang mereka agar ummat mau berpaling pada Islam. Da’i yang
menumpang angkot dan berjalan kaki demi ummat. Da’i yang siap memasang
badan satu-satunya demi kehormatan Islam.
Sayangnya, Da’i semacam ini mungkin takkan kondang, mungkin takkan
muncul di sinetron atau di TV karena mereka menolak untuk menyesuaikan
materi karena uang. Bagi Da’i semacam ini uang tak bernilai buat mereka walaupun uang sangat mereka perlukan karena demi Islam, tak ada yang bisa menawar
Salamku,
Felix Siauw
pada semua Da’i yang hanya Allah Swt yang tahu mereka
Ya Allah, berikanlah mereka kemudahan, berikan mereka kekuatan
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar