Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Dari Sepucuk Surat

Written By Rudianto on Sabtu, 08 Desember 2012 | 14.55

Mungkinkah sepucuk surat mengubah nasib sebuah bangsa? Menjadikan mereka jadi gelandangan dan kriminal di negerinya sendiri. Dipinggirkan terus-menerus hingga harus hidup di kamp pengungsian. Sejarah manusia menjawab, bisa. Tentu saja itu bisa terjadi dengan takdir-Nya Yang Maha Kuasa.Beginilah kisahnya. Tahun 1917 di Palestina, Turki Utsmani yang menjadi sekutu Jerman dalam Perang Dunia I menyerah kepada Jenderal Allenby dari Inggris. Pada 2 November tahun itu jug;, Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour menuliskan sebuah janji bagi kaum Yahudi.

Janji itu ditulis dalam surat Balfour yang ditujukan pada Lord Walter Rothschild, tokoh Zionis Inggris terkemuka. Surat yang kelak dikenal sebagai Deklarasi Balfour itu menjanjikan bahwa pemerintah Ratu Inggris menyukai "berdirinya sebuah tanah air bagi kaum Yahudi di Palestina dan akan mengusahakan sebaik-baiknya memfasilitasi tujuan itu."

Rothschild adalah bankir Yahudi ternama di Inggris dan Eropa. la memutar uangnya, dengan riba tentu saja, hingga mampu menghutangi negara-negara yang terlibat perang dan butuh biaya. Ketika Inggris sudah terjerat lehernya oleh hutang dan ribanya, Rothschild meminta tanah untuk bangsanya. Inilah warisan Yahudi sejak zaman para Nabi Bani Israel didustakan dan dibunuh oleh kaumnya sendiri, mereka tak mau meninggalkan bisnis riba yang dilaknat Allah Ta'ala.

Jelas bahwa Balfour tak peduli nasib bangsa Palestina, pemilik tanah yang dijanjikan pada kaum Yahudi itu. Dalam surat lainnya tahun 1919, Balfour mengatakan, "Di Palestina kami tak merencanakan atau bahkan mempertimbangkan pendapat penduduk negeri itu, meskipun komisi dari Amerika mempertanyakannya. Keempat negara besar memiliki komitmen pada Zionisme dan Zionisme, benar ataupun salah, balk ataupun buruk, adalah tradisi yang berakar panjang, dalam kebutuhan masa kini, harapan masa depan, dari makna yang jauh lebih penting daripada keinginan dan prasangka 700 ribu orang Arab yang kini menghuni tanah kuno itu."

Lalu, ide negara zionis di tanah Palestina pun menggelinding bak bola salju. Peran Inggris sebagai pemimpin dunia Barat melancarkan ide Yahudi itu. Inilah kelihaian -Yahudi yang diwarisi sejak era Perang Ahzab. Mereka cerdik, dan licik, menggalang dukungan dari kekuatankekuatan besar untuk kepentingannya dan untuk menghantam musuhnya.

Balfour mendapat pengaruh, agar Inggris mendukung Zionisme, dari Chaim Weizman. Dosen di Universitas Manchester itu adalah ahli kimia Yahudi kelahiran Rusia. la dihormati Barat karena perannya dalam proses penemuan acetone, bahan penting dalam pembuatan mesiu baru yang tak berasap. Inilah warisan Yahudi dari Bani Nadir yang diusir Rasulullah dari Madinah, keahlian membuat persenjataan yang menjadi kebutuhan militer berbagai bangsa.

Maka, kelicikan politik, harta riba dan inovasi senjata dipadukan oleh Yahudi untuk memaksakan cita-citanya kepada dunia. Sebuah negara haram bernama Israel pun berdiri pada tahun 1948. Di atas tanah bangsa Palestina yang menjaganya sebagai wakaf kaum Muslimin, setelah dikuasai Islam sejak era Khalifah Umar bin Khaththab. lronisnya, semua itu dimulai dari sepucuk surat.
Sumber: An Najah

0 komentar:

Posting Komentar