Malam 17 Ramadhan merupakan event yang diperingati umat Muslim
sebagai malam diturunkannya Al Qur’an. Wahyu Pertama yang diturunkan
oleh Allah SWT kepada Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril adalah
Perintah Membaca. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmu-lah Yang Maha Mulia. Yang Mengajari (manusia) dengan Pena.
Dia Mengajarkan Manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. Al ‘Alaq: 1-5).
Ada dua kata yang menjadi sorotan Saya, yaitu Baca dan Pena. Saya mengaitkan antara Perintah Membaca dengan Mengajari Manusia Dengan Pena sebagai simbol Perintah Membaca dan Perintah Menulis dalam Nuzulul Qur’an yang intrinsik di dalamnya. Jadi, antara membaca dan menulis, bagi saya merupakan bagian dari perintah wahyu yang saling berkaitan.
Bukankah Al Qur’an sendiri merupakan manifestasi dari dua unsur perintah wahyu tersebut berupa bacaan dan tulisan? Dan karena menulis itu proses mengabadikan, maka penulisannya yang seperti sekarang ini, mudah dibaca diterjemahkan dan dipahami, menjadikan Al Qur’an abadi di tengah kehidupan manusia. Perintah Membaca dan Menulis inilah yang menurut saya merupakan bagian dari Mukjizat Al Quran untuk peradaban umat manusia sehingga mereka menjadi mahluk yang berilmu dan berpengetahuan. Mengapa? Karena tolak ukur peradaban manusia antara lain diukur dari kadar intelektualitas, ilmu dan pengetahuan yang dikuasainya. Ini juga berarti pula bahwa Al Qur’an sangat menjunjung tinggi pentingnya manusia untuk menggali ilmu pengetahuan melalui aktifitas membaca dan menulis. Dan kita pasti tahu bahwa sekumpulan ilmu dan pengetahuan, banyak kita temui dari, di, dalam dan melalui bacaan dan tulisan, bukan?
Ada saat di mana manusia sama sekali tidak melek aksara atau huruf. Ada saat di mana manusia harus mengekspresikan rangkaian aksara dan huruf menjadi sebuah kalimat, paragraf kemudian menjadi bab, sub bab dan bahkan menjadi sebuah buku. Sebagai sumber ilmu dan pengetahuan, buku juga merupakan manifestasi dari gabungan antara bacaan dan tulisan.Dari buku pula, manusia tidak hanya berilmu pengetahuan, melainkan manusia juga berkesempatan untuk meraup penghasilan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.
Memang, setiap orang memiliki kemampuan menulis, dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Setiap orang juga semestinya memiliki kemampuan untuk membaca. Tapi, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menuangkan tulisan dan melakukan aktifitas pembacaan, juga karena keterbatasan yang dimilikinya, termasuk keterbatasan media yang digunakannya.
Ketika blog menjadi media menulis dan membaca yang efektif, maka ini bagian dari praksis ilmu dan pengetahuan manusia yang sudah berkembang hingga saat ini. Menjadi blogger identik dengan menjadi penulis, ini sesuatu yang sangat layak untuk disyukuri. Karena hanya dengan demikian kita bisa merasakan betapa nikmat Tuhan begitu besar telah diberikan-Nya kepada kita; nikmat berupa kemampuan untuk membaca dan menulis sebagai gerbang ilmu pengetahuan.
Penulis Ustadz Adjma Ibnu Idja SE.MM. MBA
Ada dua kata yang menjadi sorotan Saya, yaitu Baca dan Pena. Saya mengaitkan antara Perintah Membaca dengan Mengajari Manusia Dengan Pena sebagai simbol Perintah Membaca dan Perintah Menulis dalam Nuzulul Qur’an yang intrinsik di dalamnya. Jadi, antara membaca dan menulis, bagi saya merupakan bagian dari perintah wahyu yang saling berkaitan.
Bukankah Al Qur’an sendiri merupakan manifestasi dari dua unsur perintah wahyu tersebut berupa bacaan dan tulisan? Dan karena menulis itu proses mengabadikan, maka penulisannya yang seperti sekarang ini, mudah dibaca diterjemahkan dan dipahami, menjadikan Al Qur’an abadi di tengah kehidupan manusia. Perintah Membaca dan Menulis inilah yang menurut saya merupakan bagian dari Mukjizat Al Quran untuk peradaban umat manusia sehingga mereka menjadi mahluk yang berilmu dan berpengetahuan. Mengapa? Karena tolak ukur peradaban manusia antara lain diukur dari kadar intelektualitas, ilmu dan pengetahuan yang dikuasainya. Ini juga berarti pula bahwa Al Qur’an sangat menjunjung tinggi pentingnya manusia untuk menggali ilmu pengetahuan melalui aktifitas membaca dan menulis. Dan kita pasti tahu bahwa sekumpulan ilmu dan pengetahuan, banyak kita temui dari, di, dalam dan melalui bacaan dan tulisan, bukan?
Ada saat di mana manusia sama sekali tidak melek aksara atau huruf. Ada saat di mana manusia harus mengekspresikan rangkaian aksara dan huruf menjadi sebuah kalimat, paragraf kemudian menjadi bab, sub bab dan bahkan menjadi sebuah buku. Sebagai sumber ilmu dan pengetahuan, buku juga merupakan manifestasi dari gabungan antara bacaan dan tulisan.Dari buku pula, manusia tidak hanya berilmu pengetahuan, melainkan manusia juga berkesempatan untuk meraup penghasilan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.
Memang, setiap orang memiliki kemampuan menulis, dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Setiap orang juga semestinya memiliki kemampuan untuk membaca. Tapi, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menuangkan tulisan dan melakukan aktifitas pembacaan, juga karena keterbatasan yang dimilikinya, termasuk keterbatasan media yang digunakannya.
Ketika blog menjadi media menulis dan membaca yang efektif, maka ini bagian dari praksis ilmu dan pengetahuan manusia yang sudah berkembang hingga saat ini. Menjadi blogger identik dengan menjadi penulis, ini sesuatu yang sangat layak untuk disyukuri. Karena hanya dengan demikian kita bisa merasakan betapa nikmat Tuhan begitu besar telah diberikan-Nya kepada kita; nikmat berupa kemampuan untuk membaca dan menulis sebagai gerbang ilmu pengetahuan.
Penulis Ustadz Adjma Ibnu Idja SE.MM. MBA
0 komentar:
Posting Komentar