Pengaruh Dosa Terhadap Qolbu
Written By Rudianto on Selasa, 09 Maret 2010 | 09.47
“ Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (Qs. Al-Kahfi [18]:103-104
Jangan Remehkan Dosa
Abdullah Bin Mas’ud ra. Mengatakan bahwa: Rasulullah bersabda, “ Janganlah sekali-kali kalian meremehkan dosa. Karena sesungguhnya ia bisa semakin bertambah dan menumpuk pada seorang hingga menghancurkannya. Perumpamaan sikap ini adalah seperti suatu kaum yang beristirahat di sebuah padang sahara. Ketika tiba waktunya mereka hendak bersantap, salah seorang beranjak pergi dan pulang dengan membawa sebatang tongkat dan lainnya juga datang dengan membawa sebatang tongkat. Akhirnya bisa berkumpul menjadi banyak. Mereka menyalakan api dan membuat matang apa saja yang mereka lemparkan kedalamnya”. (HR Ahmad dan At-Tarmidzi)
Perumpaman diatas merupakan ilustrasi yang menggambarkan akibat buruk yang muncul di sebabkan menumpuknya dosa-dosa kecil pada seseorang. Jika kita kaji lebih dalam, apalah artinya satu dua batang tongkat. Ia tidak bisa dipergunakan apa-apa.
Namun jika terhimpun cukup banyak, ia akan berguna menjadi setumpuk kayu bakar yang banyak dan dapat mematangkan hidangan. Dalam Syu’bul Iman , Imam Baihaqi meriwayatkan bahwa Ka’ab berkata: “Sesungguhnya seorang hamba yang mengerjakan dosa-dosa kecil namun tidak merasa menyesal dan tidak juga memohon ampunan, niscaya hal itu menjadi besar di sisi Allah hingga seperti besarnya gunung. Seorang hamba yang
melakukan dosa besar lalu ia merasa menyesal dan memohon ampunan, niscaya hal itu menjadi kecil disisi Allah Swt. hingga Dia berkenan mengampuninya.”
Intropeksilah Dirimu
Intropeksilah dirimu wahai saudaraku, lihat sikapmu terhadap perbuatan maksiat kepada Allah. Apakah kita termasuk orang-orang yang senang terhadap perbuatan kemaksiatan, sehingga kita selalu mencari-cari kesempatan untuk melakukannya dan berupaya untuk dapat melampiaskannya. Janganlah kenikmatan syahwat membuat kita lupa akan pahitnya akibat perbuatan dosa. Janganlah api nafsyu sampai membakar serta melumatkan benih keimanan dan kesalehan dalam hati kita. Milikilah sikap istiqomah, jangan terpedaya dengan kesenangan sementara. Abdullah bin Mas’ud ra. memberi suatu ilustrasi yang sangat tepat perihal sikap seorang mukmin. Ia berkata:“Sesungguhnya seorang mukmin itu melihat dosa-dosanya, seakan-akan dia sedang berada di kaki gunung. Ia takut gunung itu akan menimpa dirinya. Sedangkan, orang durhaka (fajir) melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang terbang di depan hidungnya. “ lalu, ia berkata: “cukup begini saja”. (maksudnya cukup dengan menepiskan tangannya” (Riwayat Bukhari,
6308)
Sahabat, jika kita letakkan diri kita pada neraca timbangan yang di gunakan Abdullah bin Mas’ud di atas, bagaimana kita melihat perbuatan-perbuatan maksiat dan dosa-dosa yang kita kerjakan selama ini?. Pada neraca mana kita berada?. Apakah kita termasuk kelompok orang-orang yang melihat dosa-dosanya bagaikan gunung?, ataukah termasuk kelompok orang-orang yang melihat dosanya hanya seperti menepis lalat?.
Dalam kitab Madarij as-Salikin (1/201) Ibnul Qayyim berkata:” Senang dengan perbuatan maksiat adalah bukti kuat bahwa ia sangat berhasrat dengan perbuatan tersebut. Sekaligus sebagai bukti akan kejahilannya terhadap siapa yang di durhakainya. Juga bukti kebodohannya terhadap implikasi buruk yang ditimbulkannya, dan besarnya bahaya yang akan di tanggungnya. Sahabat, tidakkah kita terketuk dengan nasehat para ulama diatas.
Marilah sekali lagi kita intropeksi diri dengan penuh kesadaran, betapa kita begitu sering mengabaikan apa yang Allah perintahkan. Betapa kita begitu mudah melakukan apa
yang Allah larang. Allah tegas memberikan peringatan kepada orang-orang yang mengabaikan ketentuan-Nya.
“ Dan Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. Qs. An-Nissa [ 4 ]:14
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar