Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Menghitung nikmat rambut

Written By Rudianto on Minggu, 19 September 2010 | 08.43

Rambut merupakan salah satu dari berjuta – juta nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita. Seringkali kita menganggap remeh nikmat yang begitu mahal yang bernama rambut. Syukurilah apa yang ada termasuk anugerah rambut, dengan cara bersyukur yang benar, sehingga kita terhindar dari golongan orang – orang yang disebut oleh Syekh Sariy Assaqathi, “Siapa yang tidak menghargai nikmat, maka akan dicabut nikmat itu dalam keadaan ia tidak mengetahui”……Tulisan berikut saya ambil dari Bapak Syaefudin seorang Asisten Dosen Metabolisme di Departemen Biokimia, FMIPA-IPB, dengan judul Menghitung Nikmat Rambut, saya ambil dari website hidayatullah.
Di salah satu klinik penanaman rambut di Hongkong, untuk menanam sehelai rambut membutuhkan dana sebesar $ 20 (HKD). Pernahkah kita mensyukuri atas karunia rambut yang diberikan Allah pada kita?
Ada yang menganggap bahwa rambut adalah mahkota. Oleh karenanya, tak aneh jika banyak orang mengidamkan kepala yang terus ditumbuhi rambut. Sesekali, mereka berkunjung ke salon khusus rambut. Bahkan, ada pula yang berkala mengunjungi salon untuk sekedar menata dan memanjakan penampilan mahkota kepalanya.
Di sisi lain, ada juga yang bersikap biasa saja terhadap setiap helai rambut di tubuhnya. Mereka acuh, atau bahkan bersikap biasa saja dengan rambut yang dipunya. Tak ada waktu rutin ke salon, apalagi berkeramas khusus dengan tujuan merawat mahkota kepala.
Terlepas dari itu semua, pernahkah kita menghitung berapa besar nilai setiap helai rambut yang Allah berikan? Jadi, tak hanya merawat dan menjaga rambut agar tetap tumbuh serta elok dipandang mata. Apalagi, membiarkan begitu saja nikmat fisik yang Allah amanahkan kepada manusia. Namun, hendaknya kita mencoba menghitung berapa nilai karunia Sang Pencipta dari hanya helaian rambut di setiap jengkal kulit manusia. Dengan itu, harapannya manusia lebih bisa bersyukur dengan setiap pemberian Rabb-nya.
Sejatinya, untaian rambut di kepala bukan sekedar mahkota. Ia juga berguna sebagai pelindung tubuh, khususnya kulit kepala dari bahaya sinar ultraviolet. Setidaknya, itulah hasil penelitian ilmuwan Australia baru-baru ini.
Harga Helai Rambut
Rambut, sebagai pelindung tubuh dari panas sekaligus pemanis rupa manusia adalah nikmat Allah yang tak terkira. Betapa tidak, bila dihitung harga setiap helainya maka yang ada malah manusia akan tercengang lantaran besarnya jumlah ‘kekayaan’ yang Sang Pencipta titipkan kepada mereka.
Penghitungan paling mudah yaitu membandingkan sejumlah rambut yang dimiliki, misalnya di kepala, dengan harga seutas rambut dan biaya penanamannya ke kulit manusia. Pencangkokan tersebut merupakan salah satu cara mutakhir untuk memperbaiki penampilan. Para pakar membuat dan mengembangkan teknologi penanaman rambut bagi siapa saja, baik yang berkepala botak maupun yang hanya ingin melebatkan rambut.
Di salah satu klinik penanaman rambut di Hongkong, untuk menanam sehelai rambut membutuhkan dana sebesar $ 20 (HKD). Bila ditukar dengan nilai rupiah, setiap rambut dihargai Rp 25.459 (data Bank Indonesia pada 20 Oktober 2009). Itu hanya biaya pembelian seutas rambut, belum biaya jasa konsultasi dokter, uji pemeriksaan awal, dan pengobatan.
Bila jumlah rata-rata rambut yang dimiliki manusia normal sebanyak 80 helai/cm2 kulit kepala (orang Asia) atau 120 helai/cm2 kepala (orang Eropa), paling sedikit uang yang harus disiapkan untuk penanaman rambut sekitar Rp 2.036.720 sampai Rp 3.055.080 untuk setiap cm2-nya. Atau, jika rata-rata kepala manusia normal mengandung 100.000 utas rambut berarti setiap orang harus membayar sejumlah Rp 2.545.900.000 atau sekitar 2.5 Milyar! SubhaanaLlaah.
Nilai tersebut lebih mengejutkan bila melihat kenyataan, bahwa rambut manusia ternyata tak hanya tumbuh sekali seumur hidup. Namun, bisa berulang kali. Bayangkan saja, bila setiap 10 tahun sekali rambut tersebut rontok semua dan harus ditanam ulang, maka berapa banyak uang yang perlu dibayarkan seseorang berumur 60 tahun?
Belum lagi jika orang tua memiliki anak, dan ketika anak lahir diwajibkan membayar biaya penanaman rambut. Bayangkan jika anaknya 2, 3, 4 atau lebih, maka berapa triliun yang perlu disiapkan? Ini sekedar rambut di kepala, belum di alis, bulu mata, dan tempat lainnya.
Syukuri Nikmat Allah
Demikianlah perhitungan karunia Allah hanya dari utasan rambut, belum yang lainnya. Sungguh besar kasih sayang-Nya sehingga tak sepeser pun dikeluarkan manusia untuk mendapatkan mahkota penghias raga. Maka sepatutnyalah manusia berterima kasih atas pemberian nikmat yang tak pernah ia minta ini, namun begitu saja diberi lantaran kasih sayang Allah yang tak terbatas pada manusia. Sebaliknya tidaklah pantas manusia yang lemah bersikap congkak di dunia.
Andai saja manusia mau berpikir dengan keagungan dan kemurahan Sang Pencipta, niscaya ia akan terus bersyukur dan senantiasa menghiasi diri dengan amal ibadah. Hal ini telah Allah ingatkan dalam Al Qur’an: “Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. (QS. Az Zumar 39:66)
Bagi manusia yang telah mengerti akan besarnya pemberian Allah, lalu diikuti syukur atas apa yang diterimanya maka Sang Pemilik nikmat akan tambahkan lagi karunia lainnya sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim 14: 7).
Sanggupkah kita untuk tidak bersyukur ?

0 komentar:

Posting Komentar