MEMBENTENGI RUMAH DARI SYAITAN
Bahagian 1
-------------------
🔰 Muqaddimah
Setiap keluarga muslim pasti mendambakan ketenteraman dan ketenangan dalam rumah yang mereka huni, baik dia seorang suami, seorang isteri, ataupun sebagai seorang anak.
Semua ingin rumah mereka seperti kata orang: Baiti jannati, rumahku adalah surgaku. Bukan karena rumah itu mewah dilengkapi perabotnya yang mewah, namun karena semua merasa tenteram ketika masuk dan berada di dalamnya.
Seorang suami pulang ke rumah selesai aktivitnya di luar rumah, baik untuk mencari penghidupan ataupun untuk berdakwah.
Ia masuk ke rumahnya, didapatinya rahah (lapang). Lelah dan kepenatannya serasa hilang saat bertemu dengan isteri dan anak-anaknya. Ketenangan menyelimutinya.
Seorang isteri merasa betah
(merasa senang) berdiam dalam rumahnya. Karena memang seperti titah Allah 'azza wa jalla kepada kaum hawa:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ
“Tetaplah kalian tinggal di rumah kalian.”
(Al-Ahzab: 33)
Juga karena suasana dalam rumah turut mendukung timbulnya rasa betah tersebut.
Anak-anak pun merasa senang dalam rumah mereka walaupun rumahnya kecil dan sederhana.
Kerukunan dan kasih sayang senantiasa terjalin di antara anggotanya.
Gambaran seperti yang kita ungkapkan tentunya menjadi keinginan setiap insan.
Lalu, apa rahasianya untuk mewujudkan baiti jannati tersebut?
Di antara faktor yang sangat penting adalah menjauhkan rumah dari para syaitan.
Kenapa demikian? Karena syaitan merupakan musuh anak Adam, sebagaimana firman Allah azza wa jalla:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagi kalian maka jadikanlah dia sebagai musuh.” (Fathir: 6)
Yang namanya musuh tentu selalu berupaya mencari celah untuk mencelakakan orang yang dimusuhinya.
Yang disebut musuh pasti ingin menghancurkan orang yang dimusuhinya.
Salah satu target utama syaitan adalah merusak sebuah keluarga, menghancurkan ikatan di antara anggota-anggotanya.
Iblis, ketua para syaitan, demikian bergembira bila anak buahnya berhasil memisahkan seorang isteri dari suaminya.
Sebagaimana khabar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
إِنَّ إِبلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْماَءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً، يَجِيءُ أَحَدُهُم فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا. قَالَ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ
Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air lantas ia mengirimkan tentara-tentaranya. Maka yang paling dekat di antara mereka dengan iblis adalah yang paling besar fitnah yang ditimbulkannya. Datang salah seorang dari anak buah iblis menghadap iblis seraya berkata, “Aku telah melakukan ini dan itu.” Iblis menjawab, “Engkau belum melakukan apa-apa.” Lalu datang setan yang lain melaporkan, “Tidaklah aku meninggalkan dia (anak Adam yang diganggunya) hingga aku berhasil memisahkan dia dengan isterinya.” Maka iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya dan memujinya, “Engkaulah yang terbaik.”
(HR. Muslim no. 7037)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menerangkan bahwa iblis bermarkas di lautan, dan dari situlah ia mengirim tentara-tentaranya ke penjuru bumi.
Iblis memuji anak buahnya yang berhasil memisahkan suami dengan isterinya, karena kagum dengan apa yang dilakukan si anak buah dan ia dapat mencapai puncak tujuan yang dikehendaki iblis. Iblis pun merangkulnya.
(Al-Minhaj, 17/154-155)
Kata Al-Imam Al-Qadhi Iyadh rahimahullah, hadits ini menunjukkan besarnya perkara firaq (perpisahan suami dengan isterinya) dan talak, serta besarnya kemadhoratan dan fitnahnya.
Selain itu juga menunjukkan besarnya dosa orang yang berupaya memisahkan suami dari isterinya.
Karena dengan berbuat demikian berarti memutuskan hubungan yang Allah subhanahu wa ta'ala perintahkan untuk disambung, menceraiberaikan rahmah dan mawaddah yang Allah subhanahu wa ta'ala jadikan di dalamnya, serta merobohkan rumah yang dibangun dalam Islam. (Ikmalul Mu’lim bi Fawa’id Mus
lim, 8/349)
Iblis berikut bala tentaranya ini berusaha menghancurkan hubungan suami dengan isterinya.
Sementara suami dan isteri ini tentunya bernaung dalam sebuah rumah.
Nah, tentunya setan tidak akan tenang bila tidak boleh masuk ke rumah tersebut.
Bila syaitan telah berhasil mendiami sebuah rumah, nescaya ia akan menebarkan kerosakan di dalamnya, sehingga terjadilah perselisihan di antara anak-anak dan perpisahan antara suami dengan isterinya. Berubahlah mawaddah (kasih sayang) menjadi ‘adawah (permusuhan), rahmah menjadi azab.
Dengan penjelasan ini fahamlah kita kenapa kita harus membentengi rumah kita dari syaitan yang terkutuk.
Insyaallah bersambung.....
0 komentar:
Posting Komentar