Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Luapan Emosi PengaruhiI Ibadah Kita

Written By Rudianto on Senin, 21 Oktober 2019 | 13.19


Saudara sahabat yang budiman yang dirahmati Allah ﷻ , dalam kehidupan ini orang memang tidak dapat sepenuhnya hidup dalam keadaan tenang, damai tanpa menghadapi masalah, sekecil apapun masalah itu. Dalam menghadapi suatu masalah, orang mempunyai cara tersendiri yang seringkali berbeda antara orang satu dengan orang yang lain. Ada yang dapat menyelesaikan masalahnya dengan mudah dan sikap tenang namun ada juga yang menghadapi masalah sama dengan perasaan tertekan secara emosional.
Salah satu perasaan emosi yang sulit untuk dikendalikan saat menghadapi masalah adalah perasaan marah. Orang lebih mudah untuk mengendalikan luapan emosi bahagia daripada luapan kemarahan. Terkadang orang merasakan kepuasan sesaat ketika dapat melampiaskan kemarahannya. Entah itu dengan membentak orang lain, berkata keras, kasar, atau dengan membanting pintu maupun barang.
Rasulullah ﷺ mengajarkan tentang keutamaan menahan amarah, suka memaafkan, berlemah lembut dan menguasai diri di saat marah. Bahkan Rasulullah ﷺ pernah memberikan nasihat yang khusus dan dikatakan berulang kali oleh beliau agar kita jangan suka marah. Mengapa demikian? Karena amarah berasal dari setan. Orang yang menurutkan amarahnya berarti telah menurutkan setan dalam dirinya. Berkaitan dengan meredakan amarah ini, Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk meminta perlindungan kepada Allah ﷻ dengan membaca ta’awudz. Mungkin orang sering mendengar tentang hal ini namun kenyataannya, pada saat amarah memuncak banyak orang sulit untuk melakukannya (membaca ' ta'awudz) karena terlalu memikirkan bagaimana melampiaskan amarahnya agar segera merasa tenang dan , lega. Cobalah anda mempraktikkannya.
Saat kita marah, cobalah untuk mengubah posisi badan juga. Jika kita berdiri, maka segera duduklah, jika duduk segeralah berbaring.
Misal, saat ini kita belum menikah dan mempunyai anak. Bayangkanlah jika kita sudah mempunyai anak, pada saat Anda marah bagaimana perilaku kita saat melampiaskan emosi di depan anak. Bukan tidak mungkin anak kita akan meniru pola perilaku sama persis dengan kita saat marah. padahal kita sendiri menyesal setelah melampiaskan amarah dan takut akan azab Allah. tentu tidak ingin anak kita tumbuh menjadi anak yang pemarah, tidak dapat bersabar, dan mengendalikan diri bukan? Teruslah berlatih menahan diri untuk tidak melampiaskan emosi terutama disaat marah. Perlu kita tekankan juga dalam hati bahwa apa yang kita usahakan akan mendapat pahala dari Allah ﷻ.
Kebanyakan orang memang lebih mudah mendekatkan diri kepada Allah ﷻ di saat sedang mengalami tekanan, cobaan, dan ujian. Namun sering menjadi lupa saat mendapat ketenangan hidup. Ada dua nikmat yang sering tidak disadari orang yaitu kesehatan dan waktu luang.
Saat kita mendapat nikmat kesehatan dan waktu luang. Marilah kita tetap, waspada dengan menganggapnya sebagai ujian yang harus kita lalui dengan lebih menambah ketaqwaan kepada Allah.
Untuk meningkatkan kualitas ibadah ada beberapa hal yang dapat saya berikan:
1. Carilah lingkungan yang mendukung kita untuk memperoleh peningkatan dalam kualitas ibadah. Misalnya, lingkungan kerja yang mempunyai kesamaan keyakinan, ' lingkungan kajian rutin (semacam pondok, daurah pengajian). Adanya teman-teman yang mempunyai kesamaan prinsip diharapkan dapat saling menguatkan untuk lebih banyak kita beribadah kepada Allah ﷻ.
2. Buatlah jadwal kegiatan ibadah yang kita lakukan setiap hari dari pagi hingga malam hari. Misalnya dalam satu minggu kita membuat jadwal mengaji, mendengarkan kaset, salat malam, membaca buku agama selama berapa jam perhari, dan lain-lain. Kemudian buatlah evaluasi mingguan, bulanan, dan seterusnya. Kegiatan ibadah apa saja yang terlaksana dan tidak terlaksana dan apa penyebabnya. Evaluasi juga dari segi peningkatan kualitas keimanan kita dengan mengikuti jadwal tersebut secara rutin. Khusus untuk membaca buku agama, usahakan untuk menyelesaikan satu buku terlebih dahulu bari berpindah ke buku lain. Jangan tergoda untuk membaca buku lain meski lebih menarik jika buku yang satu belum selesai untuk menghindari terjadinya pemahaman yang sepotong-sepotong. Semoga bermanfaat.
📮 Rudi Abu Azka

0 komentar:

Posting Komentar