Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Melatih Diri

Written By Rudianto on Senin, 21 Oktober 2019 | 13.33

*SEHAT ITU FITRAH,* sementara sakit itu “petaka” yang muncul tiba-tiba. Setiap manusia dilahirkan dengan fitrah ini. Jadi, riyadhah atau melatih diri hanya bisa dilakukan ketika kondisi sedang normal. Tak ada gunanya melatih diri yang sedang liar”. Binatang buas, bagaimanapun sudah dididik pada waktu kecil, setelah besar tetaplah buas. (Baca cerita berjudul “Siapa yang Memberitahu kalau Bapakmu Srigala”).
Dalam diri setiap manusia terpendam tiga potensi atau kekuatan: *nalar, nafsu dan amarah.* Orang yang diberi anugerah kemuliaan ilmu oleh Allah tentu berusaha untuk mengembangkan potensi nalarnya hingga ke titik sempurna. Sebab, potensi inilah yang menjadikan manusia lebih utama dalam pandangan Allah dibandingkan dengan binatang, sekaligus lebih
menyerupai malaikat.
Di samping itu, potensi ini juga menjadi pengendali bagi dua potensi lainnya, yakni *potensi nafsu dan potensi amarah.* Kedudukannya dalam diri manusia ibarat penunggang kuda. Karena itu, ia harus mampu mengendalikan kuda itu ke arah mana yang
ia inginkan. Bahkan, jika perlu, ia bisa memberinya pelajaran. Begitulah, potensi nalar mesti mengunggu potensi lainnya, menggunakan dan menahan sesuai kehendaknya. Inilah tipe manusia sejati, *manusia sebenar-benar manusia.*
*“Manusia sejati adalah manusia yang menjadikan potensi nalarnya sebagai potensi dominan.”* Artinya, jika potensi nafsu yang melampaui, berarti ia telah keluar dari watak kemanusiaannya, turun ke watak kebinatangan. Barang siapa melepas hawa nafsunya di padang gembala, lalu membuka kendalinya, berarti ia telah lepas dari jati dirinya, dus, lebih rendah kedudukannya dibanding binatang. Sebab, watak kebinatangan yang sejatinya ia lawan, malah dijadikan wataknya.
Demikian pula, apabila manusia dikuasai potensi amarah, ia akan menjadi hewan buas atau pemangsa yang kelaparan. Karena itu, *setiap manusia mesti melatih diri untuk memerangi potensi nafsu, menaklukkan potensi amarah, mengikuti potensi nalar, sehingga ia mendekati malaikat, terbebas dari perbudakan potensi nafsu maupun amarah*
Bersambung......
🌹🥀🌹🥀🌹🌹
📚 Thibur Ruhani
 Ibnu Jauzy
📮 ditulis/edit ulang dan publish by Abu Azka

0 komentar:

Posting Komentar