LAGI-LAGI TENTANG CINTA
Written By Rudianto on Rabu, 28 Desember 2011 | 15.18
Renungan bersama.....
Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) jalan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. [QS: At-Taubah: 24]
Jika benar cintakan seseorang manusia...
suami, istri, ibubapa, anak-anak atau kakak-
beradik dsb. pastinya perlu mengorbankan masa-
masa dalam hidup untuk memberikan perhatian
yang lebih kepada mereka, berfikir akan kebaikan
yang perlu dilakukan kepadanya.
Saat-saat di mana mereka memerlukan
bantuan, perlu korbankan masa dan waktu. Bila
ada cinta, akan korbankan kehendak dan rasa.
Mungkin diri inginkan sesuatu itu, tetapi diri
korbankan karena orang yang diri cintai
membencinya. Mungkin diri rasa marah akan
sesuatu, tetapi diri korbankan kemarahan agar
tidak menyakiti orang yang diri cintai.
Diri juga sanggup berhabis harta dan benda
yang ada untuk orang yang diri cintai agar dia
berada dalam kondisi yang paling gembira dan
bahagia. Dan inilah yang dikatakan mahar cinta.
Tidak kiralah dengan pasangan, dengan rekan-
rekan, dengan ibu bapak, adik beradik, atau
dengan sesiapa saja sekalipun. Selagi dia
manusia, diri tetap perlu mengorbankan perkara
yang sama, jika diri benar dengan cinta. Apa
yang menakutkan adalah, belum tentu cinta ini
berbalas.
Namun, ketakutan itu akan terpadam
apabila diri membina cinta atas dasar yang benar.
Bagaimana? Diri mulakan dengan menjadi
pencinta kepada Allah SWT, maka diri akan
merasakan semua cinta-cinta kepada manusia
lain tadi terbalas. Walaupun manusia-manusia itu
tidak membalasnya. Diri perlu yakin, Allah
membalas cinta-cinta tadi. Maka, pertamanya,
perlulah cinta kepada Allah itu dibina. Kalau cinta,
pastinya ada pengorbanan. Bagaimanakah diri
dengan Allah SWT? Apakah pengorbanan
kepadaNya?
Sifat Allah, Maha Pengasih, Maha
Penyayang, diri suka Allah bagi rahmat. Diri suka
Allah bagi keberkatan. Diri suka Allah bagi banyak
nikmat. Walaupun mungkin diri tak bisa kata “Al-
lah dah banyak berkorban” sebab Allah itu tak
akan ada kekurangan dan kepayahan untukNya
(menyebut perkataan ‘korban’ adalah sesuatu
yang tidak layak untuk Allah), tetapi yang nyata,
Allah telah memberikan pelbagai perkara, dan
tidak cukup dengan itu, Allah menjanjikan kepada
banyak perkara.
Jadi, jika benar diri cintakan Allah, maka
menjadilah pencinta kepada Allah. Cinta kepada
Allah juga perlukan pengorbanan. Dan diri perlu
korbankan perkara yang sama juga. Kalau benar
diri cintakan Allah SWT, maka diri akan korbankan
masa kosong dan masa lapang untuk diisi dengan
mencari keridhaanNya, untuk diisi dengan ibadah
kepadaNya, untuk diisi dengan melakukan kerja-
kerja yang membawa kepadaNya.
Kalau benar diri cintakan Allah SWT, tidak
akan kisah waktu-waktu yang berlalu dalam
mengejarNya, melakukan perintahNya,
melaksanakan arahanNya. Kalau benar diri cinta
kepada Allah. Namun berapa banyak masa dan
waktu telah diri korbankan untukNya?
Allahuakbar!
Kalau benar diri cintakan Allah SWT, maka
akan berusaha untuk korbankan rasa dan
kehendak diri. Akan korbankan rasa hendak
berbuat dosa dan semua kemungkaran. Kalau
benar diri cintakan Allah SWT, maka akan
berusaha untuk menahan kehendak kepada
perkara yang dilarang olehNya, kehendak hendak
mengikuti musuh-musuhNya, kehendak untuk
sekadar bersenang-senang saja di atas dunia.
Namun, berapa banyak rasa dan kehendak telah
diri korbankan untukNya?
Bagaimana pula pengorbanan diri terhadap
harta benda ke jalan Allah? Pernahkah diri
melepaskan harta untuk saham akhirat, untuk
jalan-Nya, untuk agama-Nya? Tanyalah pada diri
sendiri, apakah diri sudah berkorban?
Hubungan yang rapuh dengan Allah SWT
adalah puncak diri mengalami ketakutan untuk
menjadi pencinta kepada manusia. Ketakutan ini
yang menimbulkan kerisauan dan kegelisahan di
dalam diri. Menjadikan diri seorang yang prejudis
dan kering hati. Diri tidak berani mencintai.
Sedang cinta adalah satu-satunya air yang wujud
untuk membasahi hati. Orang yang cintakan Al-
lah, dia akan mencintai manusia lain. Contoh
terbaik adalah Rasulullah SAW. Dan lihatlah
bagaimana baginda mencintai manusia.
Marilah belajar berkorban. Menjadi yang
mencintai. Mungkin takkan dapat balasan yang
setimpal dari manusia. Di dunia pun, mungkin diri
akan sukar ‘nampak’ balasan dari Allah SWT.
Tetapi yakin, Allah membalas cinta-cinta kepada
manusia juga, selain membalas cinta kepadaNya.
Memang sukar hendak berkorban kepada
‘yang tidak nampak’. Memang sukar hendak
berkorban kepada manusia yang mungkin tidak
membalas. Tetapi kebahagiaan-kebahagiaan
dalam menjadi pencinta itu, melebihi segala-
galanya. Ia melembutkan hati, mendamaikan
jiwa, membentuk pribadi, dan meluaskan
pemikiran akal. Semua itu melebihi kesakitan dan
penderitaan di atasnya.
Cinta kepada manusia, yang dibina di atas
cinta kepada Allah, ia akan memberikan kekuatan
berkali ganda. Mencintai karena Allah SWT.segala
senyuman akan diri hargai, segala kebaikan akan
membuatkan jiwa lapang, segala ketenangan
membuatkan hati lebih tenang. Tidakkah tidak
mendapat semua itu, menjadikan hati sunyi?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar