Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Surat Terbuka:Pak Presiden, Terapkan Hukum Allah Sebelum Tak Berguna Penyesalan

Written By Rudianto on Jumat, 23 Desember 2011 | 10.58

Pak Presiden, menjauhkan Islam dari kepemimpinan hidup manusia adalah bencana dahsyat melebihi kedahsyatan letusan gunung merapi, tsunami Aceh atau bahkan hilangnya benua antartika. Meminggirkan Islam dari fungsinya sebagai pedoman, petunjuk jalan dan undang undang kehidupan manusia adalah tikaman yang paling mematikan menusuk jantung umat. Masa akan terus berputar, pemimpin datang dan pergi, mengapa tidak menggunakan peluang untuk benar-benar memartabatkan Al-Quran sebagai dasar hidup negara. Menjadikan hukum Allah sebagai hukum-hukum yang wajib dilaksanakan. Mengapa memilih menjadi pemimpin yang tidak mengikuti Rasulullah SAW dan para sahabat di dalam memimpin dan membawa hati- hati manusia menuju Pencipta? Pak Presiden, amanah yang terpundak akan dipersoalkan di akhirat kelak. Adakah Pak Presiden menjadi pemimpin yang menanamkan rasa takut akan azab Allah di setiap derap langkah yang diatur, setiap strategi yang dirancang, setiap projek yang ingin dilaksanakan. Semoga Allah meridhai Al-Faaruuq ( Umar Bin Al-Khattab) ketika beliau menegaskan bahwa kewajiban para pengikut memberi nasihat dan kewajiban pemimpin menerimanya. Beliau berkata sedemikian ketika seorang lelaki berkata kepadanya dengan begitu keras : "Wahai Umar! Takutlah kepada Allah." Lalu mereka yang ingin menghampirkan diri kepada sultan dan ingin mendapatkan kasih- sayangnya mengambil peluang dan berkata, "Lembutkanlah (kata-katamu) terhadap Amirul Mukminin." Lalu Umar r.a berkata, "Tidak ada kebaikan pada kamu sekiranya kamu tidak mengatakannya (yakni kata2 nasihat) dan tidak ada kebaikan kepada kami (yakni pemerintah ) sekiranya kami tidak menerimanya." Semoga Allah meridhai Abu Bakar ketika beliau bangun menyampaikan khutbahnya sejurus selepas perlantikannya sebagai khalifah untuk menggariskan manhaj lurus yang menjadi asas kepada urusan pemimpin dan pengikutnya. Beliau berkata, "Aku dilantik sebagai pemerintah sedangkan aku bukanlah orang yang terbaik di kalangan kamu. Sekiranya aku berbuat baik maka bantulah aku dan sekiranya aku melakukan kesilapan maka betulkanlah aku. Taatilah aku selagi mana aku mentaati Allah dalam melaksanakan urusan kamu dan sekiranya aku melakukan maksiat kepada Allah maka tidak ada ketaatan lagi kepadaku." *** Pak Presiden, pemimpin yang dapat menyelamatkan umat seluruhnya dari kemurkaan Allah adalah kepimpinan yang berteraskan kepada suluhan wahyu yang suci. Seruan di dalam Al-Quran dan Hadits diikuti, hukum Allah tegas dimartabatkan, program-program hiburan ditapis dengan sebaik-baiknya, anak-anak muda dididik agar mengenali Allah dan mencintai Rasulullah SAW, program-program agama diperhebatkan, seruan untuk mengerjakan shalat dan menyeru para wanita menutup aurat berkumandang dengan lantang di dalam setiap ucapannya. *** Seorang sahabat bernama Aslam menceritakan: Aku keluar bersama Umar pada satu malam. Lalu kami ternampak cahaya. Kata Umar, marilah kita ke sana, Aslam. Kami mendekat dan kami dapati ada seorang wanita bersama anak-anaknya. Wanita itu sedang memasak sesuatu di atas api dan anak-anaknya sedang menanti, menangis kelaparan. Umar memberi salam. Mengapa anak- anak ini masih tidak tidur? Mereka lapar. Lalu, apakah yang engkau masak dia atas api itu? Air. Aku jerangkan supaya mereka akan tidur. Allah akan mengadili antara kami dan Umar. Maka Umar pun bergegas pulang menuju ke tempat penyimpanan gandum, mengambil sedikit darinya dan sedikit lemak. Beliau berkata, wahai Aslam, letakkan di atas bahuku untuk kupanggul. Maka aku berkata, tidak, biar aku yang membawanya. Lantas Umar menjawab, adakah engkau akan memikul dosa aku di hari kiamat kelak? Lalu beliau memikulnya sendiri. Kami kembali ke rumah wanita tadi. Beliau menguli gandum tadi, meletakkan sedikit dan membiarkannya di atas api sehingga masak. Asap menyelimuti janggutnya. Apabila siap makanan tersebut, U
mar berkata, berikan aku pinggan. Dan Umar menghulurkan makanan itu kepada anak-anak kecil tadi. Kata Umar, makanlah sehingga kenyang. Kami menunggu sehinggalah anak-anak itu tidur. Kemudian kami pun pergi. Umar berkata: Wahai Aslam, kelaparanlah yang menyebabkan mereka berjaga dan menangis! Pak Presiden, keluarlah dari istana dan berjalanlah sendirian tanpa pengawal ke dusun- dusun dan pelosok-pelosok. Tanyakanlah kabar rakyat negri ini. Jawaban jawaban yang menghiris hati, jikapun tidak menggenangkan air mata lantaran kesatnya, setidaknya menghentikan penghamburan milyaran rupiah demi pencitraan yang membutakan mata dan hati dari kebenaran. *** Pak Presiden, pasti datang suatu hari yang pada saat itu wajah-wajah manusia akan mengusut, wajah mengering dan hujjah-hujjah akan terputus karena ada hujjah Sang Penguasa yang memaksa mereka dengan kekuasaan-Nya. Semua makhluk akan dihimpun di hadapan-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan siksa- Nya. ”Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin- pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar". (QS Al-Ahzab ayat 66-68). Allaumma selamatkan kami....

0 komentar:

Posting Komentar