Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Teman Dalam Kesendirian

Written By Rudianto on Minggu, 17 Februari 2013 | 07.08

Sungguh, tidak mudah menjaga keistiqamahan atas pilihan iman dizaman seperti ini. Saat rasa iman semakin tawar dan hambar. Saat penopang-penopangnya semakin sulit ditemukan. Dan saat lingkungan semakin tak mendukung. Adakah yang tetap teguh dalam kesendirian, yang sering mencekam?

Ibarat perjalanan, hari-hari menapaki jalan iman adalah pertaruhan. Tentang keyakinan akan kebenaran dan janji keselamatan, juga kesabaran penempuhan yang seolah tak berkesudahan. Sedang mata yang nanar dan langkah yang limbung membuat jalan lurus ini tak tampak benderang. Ia serupa gulita belantara lebat yang pekat dengan berbagai jebakan. Terlihat terjal berliku dalam kesunyian yang menakutkan. Kini, siapakah yang sanggup berjalan ketika dia merasa sendiri?

Meski, jika kita meneliti petunjuk yang terbaca jelas, juga jejak-jejak pendahulu yang meninggalkan bekas, kita bisa lega bernafas. Inilah jalan penghantar kesuksesan hakiki  yang kita cari. Kita percaya, pernah ada manusia yang menempuhinya, dahulu kala, dalam jumlah yang melimpah, sebab dari jeja yang tertinggal kita bisa melacaknya. Mereka adalah hamba-hamba yang mendapat anugerah Allah ; para Nabi dan Rosul, para Syuhada’, dan para shadiqin. Merekalah sebaik-baik teman perjalanan!

Keyakinan yang cukup akan hal ini mutlak perlu. Agar kita tak ragu melangkah sebab  kita bukanlah sang pembuka jalan. Agar kita tak lagi takut meski hanya menjadi pengikut. Agar azzam kita tak memudar meski jejak-jejak itu semakin samar. Juga, agar bashirah kita tak menumpul digerogoti fakta-fakta palsu yang terus muncul.

Selanjutnya adalah kesabaran. Sebab tekat baja bisa saja lebur, keyakinan bisa hancur, dan langkah-langkah kaki bisa terhenti, untuk kemudian mundur teratur, jika kita tidak pandai merawatnya. Itu berarti ada jalan lain yang kita tempuh, sedang kayakinan tentang kebenarannya tidak kita miliki utuh.

Di sinilah kesabaran dibutuhkan agar perjalanan tak menjadi beban berat. Bashirah ditajamkan agar setiap perjalanan menjadi nikmat. Nafsu muthmainah dimenangkan agar  kuat menghadang setiap seruan jahat.hingga perjalanan pulang ini terasa dekat. Hanya sekejap waktu yang akan berlalu, insyaallah.
Maka berlakulah semestinya itu;vjika yakin dan sabar semakin kuat, semakin kita bisa tegar melangkah di jalan ini. Pun jika ia semakin lemah, maka langkahlangkah kaki akan berbalik arah sebab tidak sanggup memikul beratnya beban perjalanan. Tidak tahan melangkah dalam kesendirian. Apalagi tanpa teman!
Tapi lihatlah! Kebenaran ini menyusup ke dalam kalbu, menancap kuat dengan hebat, kemudian member keyakinan pasti. Ia serupa mata yang bersua sinar mentari pagi. Yang ketika ia yakin, maka menjadi tidak penting lagi siapa yang menolak dan menyetujui.  Sebab kebenaran memang tidak memerlukan persetujuan makhluk, siapapun dia. Kebenaran adalah pemakluman dari Sang Rahman. Kalo kita percaya!
Maka, teman dalam kesendirian adalah keyakinan akan kebenaran, Islam!

0 komentar:

Posting Komentar