Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Tangis Kelembutan Kalbu

Written By Rudianto on Jumat, 15 Februari 2013 | 18.12

Biarkan air mata ini meleleh sebab panasnya dosa mencairkan kebekuannya. Terlalu banyak hak-hak Allah yang kita abaikan, terlalu lama hati kita berpaling mengingkari petunjuk-Nya. Berjalan menyeret diri dalam pusaran dunia yang memabukkan, untuk kemudian terlempar jatuh terpuruk dalam sesal berkepanjangan. Biarkan ia berhenti sampai di sini, terbawa banjir air mata kita.

Jangan tahan butir air mata yang hendak jatuh menitik, karena itulah tetesan yang dicintai Allah. Biarkan ia meluas di wajah kita sebab reaksi kimiawinya membentengi kita dari api neraka. Sedang ia juga peristiwa langka yang jarang terjadi di jaman ini. Serupa kerontang musim kemarau karena air hujan yang tidak turun dan mata air yang telah mongering.

Di mana kini, jiwa-jiwa yang dicengkeram rasa takut karena minimnya bekal menjelang kepulangan mereka ke alam baka? Ketidaksiapan yang menyiksa jiwa dan raga, membiaskan gelisah yang nyata dalam rindu akan perjumpaan yang melegakan dan penuh keridhoan dari Sang Maha Rahman. Sanggupkah diri bersimpuh memasrahkan diri yang hina ini?

Ya, air mata Karena takut kepada Allah adalah anugerah. Buah dari ilmu yang cukup tentang hakikat kehidupan yang fana dan kekalnya akhirat, yang dipadu dengan ketidakpantasan kita dalam mempersiapkan bekal. Serupa kapak pemecah batu pelindung mata air, ia kan mengalir derasnya arus jika berhasil. Yang kegagalannya mendatangkan bencana ; kekeringan atau bahkan kematian makhluk bernyawa.
Ini bukan tentang topeng kejantanan palsu yang mengharamkan tangisan. Berlagak perkasa dalam kesombongan, padahal ia justru pertanda kebodohan dan lemahnya iman. Karena tangisan takut kepada Allah adalah ketinggian pemancar hati yang sanggup menangkan sinyal frekuensi gelombang akhirat yang terkirim dari nash-nash ilahiah. Sedang ketiadaannya adalah kungkungan jiwa karena terhalang kerasnya hati dan nihilnya ilmu.

Semakin bertambah kualitas ilmu dan iman kita, semakin deraslah mengalir air mata. Karena jiwa yang gemetar dan kulit yang merinding telah menghancurkan kalbu yang membatu. Membuatnya lembut dan khusyu’ dalam takut yang membangun ketakwaan. Bukankah Abu Bakar selalu menangis saat membaca al-Qur’an Karena kelembutan hatinya?

Sehingga, mata yang tidak pernah menangis Karena takut kepada Allah adalah bencana yang nyata bagi pemiliknya. Bukti kebodohan yang membuat aman karena ketidaktahuan, kualitas iman yang dipertanyakan, juga kerasnya kalbu yang telah membatu.

Maka marilah belajar menangis! Seperti Ibnu Umar, Ibnu Abbas, dan banyak lagi yang lain, yang dari memandang wajah mereka saja, kita tahu ada bekas linangan air mata padanya. Wajah-wajah teduh dari hati yang mengerti tentang hakikat hidup ini. Tentang mati dan negeri abadi!

0 komentar:

Posting Komentar