Film Ini berkisar pada kehidupan pendiri Ikhwanul Muslimin, "Hassan al-Banna" dari saat kelahirannya di desa Mahmoudiya, kawasan Buhairah pada tahun 1906, sampai saat ia dibunuh pada tahun baru helmia Cairo tahun 1949 yang mana ia meninggal pada usia 43 tahun... Perjalanan ke kelompok keagamaan terbesar di dunia Arab. Fitur seri beberapa situasi politik yang terjadi saat itu, banyak karakter yang muncul seperti raja "Fouad" dan "Raja Farouk" dan "Muhammad Naguib dan Gamal Abdel Nasser dan Anwar Sadat, Mohamed Farid, Saad Zaghlul".
Seri ditampilkan Flashback, dengan sekelompok pemuda Al Azhar University di Kairo untuk parade militer di Universitas, dan Jaksa Penuntut, tetapi dia tidak tahu banyak rincian tentang masyarakat, meminta Penasihat Ahli komunitas urusan Abdullah Kassab, memberinya buku tentang pendiri imam dan masyarakat untuk membacanya, dan melihat apa yang kita baca atas nama komunitas agen dan Imam Hassan al-Banna dari masa kanak-kanak sampai sekarang.
Serial ini ini dimulai dengan menceritakan kehidupan pendiri Ikhwan, Hassan al-Banna.
Bagian pertama seriall menampilkan bagian-bagian seri sewaktu Hassan
Al-Banna yang merupakan seorang siswa berbakat, pemimpin yang lahir dari
alam dan Muslim yang taat, dan menjadi pendiri intelektual Islam modern
politik.
Seorang ulama muda berjanggut berteriak pada seorang wanita muda karena
membuka cadar dari wajahnya ketika berbicara kepadanya di jalan, dan
mengomel kepada orang-orang Mesir yang mengadopsi gaya hidup Barat dan
nilai-nilainya.
Itu adalah gambaran pendiri Ikhwanul Muslimin yang digambarkan dalam
sebuah miniseri di TV yang mengudara di Mesir yang menampilkan sisi
keras gerakan oposisi terbesar di negara itu hanya tiga bulan sebelum
pemilihan parlemen penting yang diperkirakan untuk menjadi tandingan
partai Presiden Hosni Mubarak yang berkuasa.
Drama TV, berjudul "Al-Jama'ah", atau "Kelompok", telah menjadi salah
satu dari seri yang paling populer Ramadhan tahun 2010 lalu. Selama bulan
suci, opera sabun dan miniseri merupakan tradisi populer bagi umat Islam
yang biasanya berkumpul di rumah di malam hari setelah berbuka puasa
mereka. Namun kepopuleran
serial ini telah menciptakan kontroversi dan dianggap sebagai ajang
propaganda pemerintah Mesir untuk mendeskriditkan Ikhwan, surat kabar
nasional UEA melaporkan.
Serial "Al-Jama’ah" merupakan serial yang menampilkan sejarah gerakan
Ikhwanul Muslimin di Mesir sejak dari awalnya berdirinya kelompok
tersebut dan telah menerima banyak kritikan karena menunjukkan apa yang
oleh beberapa pemirsa dan kritikus menyebut sebagai propaganda secara
terang-terangan pemerintah Mesir untuk menghancurkan citra Ikhwan.
Pendukung menuduh pemerintah menggunakan acara itu sebagai alat
propaganda untuk menjelek-jelekan kelompok itu dengan menggambarkan
mereka sebagai sekelompok fanatik yang memerangi orang Mesir dengan
pemikiran sekuler dan berorientasi Barat dan mencoba mengubah Mesir
menjadi masyarakat Islam.
Akan tetapi, ilmuwan Politik Ashraf el-Sherif, mengatakan bahwa program tersebut justru memiliki efek yang berlawanan.
"Apa yang telah dilakukan oleh serial itu adalah mengubah dinosaurus
menjadi fenomena politik yang hidup," kata el-Sherif, yang kuliah di
Universitas Amerika di Kairo. "Sekarang, Ikhwan tidak lagi kelompok
dilarang, seperti bagaimana pemerintah bersikeras mereka telah memasuki
setiap rumah, jalan dan kedai kopi di Mesir."
Ikhwanul Muslim tidak dipercaya oleh banyak orang Mesir tetapi juga
memperoleh ukuran dukungan dari rakyat dengan jaringan pelayanan
sosialnya. Ini adalah gerakan oposisi politik terbesar dan paling
terorganisir, menjadi tantangan kuat untuk sebuah pemerintahan yang
menghadapi pasang naik seruan untuk reformasi demokrasi dan protes atas
kurangnya pelayanan dasar.
Kelompok yang didirikan pada tahun 1928 itu dilarang pada tahun 1954
atas tuduhan menggunakan kekerasan. Tapi sejak meninggalkan kekerasan,
memperluas kehadiran internasional dan berpartisipasi dalam pemilu
sebagai calon independen Mesir walaupun seringkali menghadapi tindakan
tegas. Kelompok ini secara mengejutkan memenangkan sekitar 20 persen
dari 454 kursi dalam pemilihan parlemen 2005 dan sejak itu, pemerintah
telah memenjara sekitar 5.000 anggotanya.
Serial ini diproduksi oleh perusahaan swasta Albatros Film Production
yang berasosiasi dengan televisi milik negara. Episode, yang disiarkan
setiap malam di TV negara dan diputarkan lagi kemudian di saluran
swasta, dilaporkan telah menarik kebanyakan iklan-iklan diantara antara
lebih dari 60 opera sabun Ramadhan lain.
Plot itu berpusat pada sebuah kasus pengadilan terakhir di mana
Ikhwanul dituduh mendirikan milisi mahasiswa, kemudian menggunakan kilas
balik untuk menceritakan kisah berdirinya kelompok tersebut. Satu
presenter TV berkata menonton acara ini lebih baik daripada membaca 20
buku tentang kelompok itu.
Kritik mengatakan acara ini secara historis tidak akurat, dan anggota
terkemuka Ikhwanul menyatakan bahwa skenario itu mengekspresikan
pandangan dan kebijakan aparat keamanan yang kuat di Mesir, yang
menganggap kelompok itu sebagai tempat berkembang biak bagi ekstremis.
"Apa yang dimaksudkan sebagai karya drama telah berubah menjadi
propaganda politik yang mencolok," kata Abdel-Gelil al-Shernouby, editor
situs Ikhwanul.
Pencipta acara itu, Wahid Hamid, seorang penulis naskah terkenal yang
dikenal karena pandangan sekuler dan penghinaannya bagi
kelompok-kelompok politik Islam, mengakui bahwa dia sedikit melenceng
dari fakta-fakta untuk tujuan produksi. Tapi dia telah menegaskan acara
ini sebagian berdasarkan dokumen kelompok itu sendiri, termasuk sebuah
memoar dan tulisan-tulisan lain oleh pendirinya Hassan al-Banna.
Al-Banna, yang dibunuh pada tahun 1949, digambarkan sebagai seorang
ulama yang tidak toleran dan konservatif yang membentak perempuan karena
tidak benar menutupi kepala mereka dan menyerang orang-orang Mesir yang
mengadopsi gaya hidup atau nilai-nilai Barat.
Seorang guru karismatik, al-Banna mendirikan kelompok dengan tujuan
membangun suatu sistem yang dipandu oleh Syariah, atau hukum Islam.
Dia pergi ke desa-desa terpencil untuk memberitakan nilai-nilai Islam
dan menyerukan kebangkitan Islam di Masjid-Masjid, sekolah dan kedai
kopi. Gerakan ini telah menyebar dari Indonesia ke Maroko, dengan banyak
pengikut di Amerika Serikat dan Eropa. Dari kelompok itu lahir kelompok
politik Islam lain - termasuk fraksi Palestina, Hamas.
Ikhwanul telah disalahkan untuk pembunuhan dan serangan bersenjata
terhadap lawan-lawan politik, tetapi para pemimpinnya menegaskan bahwa
itu adalah bagian dari masa lalu yang bermasalah.
"Mereka yang mengetahui Ikhwan akan mengetahui kebohongan pemerintah
dan media dan akan memastikan bahwa orang-orang yang belum bertemu
Ikhwan sangat ingin mengenal mereka dan mungkin bergabung dengan
mereka," kata pemimpin tertinggi kelompok itu, Mohammed Badie.
Kelompok ini telah meningkatkan upaya untuk meningkatkan citranya
dengan video dan situs sendiri yang bergaya jaringan sosial Facebook
yang dikenal sebagai Ikhwanbook, yang mengiklankan sebuah tujuan untuk "menyebarkan kesadaran nilai-nilai Islam."
Penulis Pro-pemerintah mengatakan sejarah Ikhwanul Muslimin tidak dapat diputihkan.
"Mesir tahu bahwa Ikhwanul bermaksud untuk mendirikan sebuah negara
Islam yang akan menekan lawan-lawannya," tulis Abdel Moneim Saeed,
seorang anggota partai berkuasa senior dan ketua dewan surat kabar milik
negara Al-Ahram. "Mereka memusuhi semua dan ingin mendorong bangsa
kembali ke Abad Pertengahan."
Dalam serial "al-Jama’ah" penonton dibawa kembali ke masa awal
kelompok Ikhwan pada tahun 1928 sebagai sebuah gerakan anti-kolonial.
Kelompok ini kemudian tumbuh menjadi organisasi yang popularitasnya
menyebar dikalangan akar rumput dan mengancam politisi utama dan memberi
peringatan atas sekularisme di seluruh negeri.
Mini Seri "Al-Jama'ah" (28 Episode)
Written By Rudianto on Senin, 17 Juni 2013 | 11.54
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar