Kronis! Multidimensi kerusakan menimpa masyarakat. Praktis, tak banyak yang bisa
dibanggakan. Apalagi melahirkan generasi yang unggul. Jika urusan perut, semangatnya luar
biasa. Sifat glamour dan hura-hura menjadi perhiasan hidup. Wanita menjadi kiblat. Uang
menjadi agama.
lslam datang membentuk generasi unggul. Merevolusi gaya hidup jahiliyah. Membangun
harga diri. Menjunjung kemuliaan. Tak heran Umar bin Khattab mengungkapkan, kami adalah
kaum yang Allah memuliakan dengan Islam. Maka barangsiapa mencari selain lslam, Allah
akan menghinakan mereka.
Saat bersama para sahabat, Umar pernah mengungkapkan, kalau boleh kita berandai-
andai, saya ingin rumah ini dipenuhi oleh orang-orang semisal Ubaidah lbn Jarrah. Mengapa
Umar ingin lahir generasi semisal Abu Ubaidah lbn Jarrah? Ia seorang yang cemerlang
pikirannya. Sebagai pendahulu Islam, assabiqunal awwalun, senantiasa bersama
Rasulullah dalam perjuangan lslam. Yang lebih istimewa, saat perang Badar, dalam kondisi
genting, ia harus berhadapan dengan orang yang sangat ia cintai, tak lain adalah ayahnya sendiri
lbn Jarrah. Akan tetapi, demi cintanya kepada lslam, kemuliaan dan harga diri sebagai seorang
muslim, ia tebas ayahnya saat berhadapan di medan perang.
Hari ini, kita kehilangan generasi semisal Abu Bakar Ash Shidiq. Kedermawanannya tak ada
tandingnya. Atau Ustman yang membiayai 10.000 pasukan dalam perang Tabuk dari
kantongnya sendiri. Kita juga kehilangan generasi Mus'ab bin Umar yang meninggalkan
kemewahan karena cintanya kepada Islam. Sampai ketika meninggalnya, kain kafannya
tidak mencukupi untuk menutupi seluruh tubuhnya. Ditarik ke atas untuk menutup
kepalanya, kakinya terlihat, begitu pula saat ditarik ke bawah, kepalanya terlihat.
Kita juga kehilangan generasi semisal Sa'ad bin Mu'adz. Saat menentukan perang Badar, ia
kokohkan Rasulullah dengan ungkapannya, "Kemanapun Anda suka kami akan ikuti.
Seandainya engkau suruh kami untuk menceburkan diri ke laut, kami akan
menceburkan diri bersamamu. Tidak sedikitpun kami enggan untuk Anda pertemukan dengan
musuh-musuh kami. Ambillah harta yang Engkau suka, sesungguhnya yang kalian ambil lebih kami
cintai daripada yang Engkau tinggalkan".
Kita juga kehilangan generasi semisal Miqdad bin Amru yang menyatakan, "Wahai Rasulullah
melangkahlah kemana yang ditunjukkan Allah kepadamu. Kami selalu bersama Anda. Kami
tidak akan mengatakan seperti ucapan Bani Israil kepada Musa, 'Pergilah kalian berperang
bersama Rabbmu, kami akan menunggu disini"'.
Atau al Qo'qa bin Amru At Tamimi, Saat Kholid meminta tambahan 1000 pralurit, Abu Bakar
hanya mengirim seorang Qo'qo. Atau saat Amru bin Ash meminta tambahan 4000 pasukan
kepada Umar bin Khattab untuk menaklukkan Mesir. Umar hanya mengirim empat orang,
Zubair bin Awwam, Miqdad bin Amru, Ubaidah bin Shamit dan Maslamah bin Mukhlid.
Sungguh semangat seribu orang ada dalam satu orang!.
Umat ini telah kehilangan generasi-generasi pilihan. Ada Umar bin Abdul Aziz. Dalam waktu
2 tahun 3 bulan mampu mengubah tatanan masyarakat menjadi penuh ketundukan kepada
Allah. Pemimpin yang amanah, yang menyeru rakyatnya untuk selalu takut kepada Allah.Umat
ini juga kehilangan generasi Shalahuddin Al Ayyubi. Membangunkan pemuda-pemuda dari
tipu daya dunia. Membangkitkan semangat kemuliaan harga diri. Menyadarkan akan
keterhinaan atas musuh-musuhnya.
Hari ini, kita butuh orang-orang yang mau berkorban, sebagaimana generasi awal
berkorban untuk lslam. Tak ada pilihan untuk baik dan mulia kecuali kembali dengan kebaikan
dan kemuliaan generasi awal. Ya, perlu merevolusi generasi , menjadi generasi
bermartabat, mulia dan penuh harga diri. Seperti generasi shalafush shaleh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar