Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

DZIKIR

Written By Rudianto on Senin, 26 November 2012 | 21.42

Ketahuilah dengan mengingati Allah, hati akan menjadi tenang” (13:28) Adakah diri seringkali terdetik di kalbu, perasaan ingin disenangi oleh Allah? Sifat manusia mudah alpa dan lengah, menginginkan yang dhahir dan duniawi yang terlihat, ingin dikasihi manusia. Padahal kemauan untuk mendekat kepada Ilahi, awal lahirnya hablun minannas lebih kukuh dan erat, karena lahirnya keridhaan Allah.

Seorang sahabat yang bernama Zaid al- Khair bertanya kepada Rasulullah saw, akan peri gusar hatinya bila mengenang perasaan, adakah dirinya disenangi oleh Tuhan semesta alam. Perasaan tersebut yang mengganggu hati, diungkapkan kepada Nabi dengan harapan akan reda keresahan yang melanda dengan kata-kata Nabi yang menenteramkan jiwa. Baginda bertanya, “ Bagaimana keadaan kamu pada pagi hari ini wahai Zaid?” Jawaban Zaid yang patut bagi diri untuk meneladaninya. Pertama, kata Zaid, akan perasaan senangnya dia pada kebaikan yang berlaku. Kedua, dia merasa senang pada orang-orang yang melakukan kebaikan. Ketiga, dia sendiri merasa senang bilamana dirinya sendiri berbuat kebaikan dan Keempat, dia merasa susah hati tatkala kesempatan untuk berbuat kebaikan itu hilang.

Rasulullah saw menyambut kata-kata Zaid ini dengan menyatakan bahwa inilah tanda-tanda orang yang dikehendaki dan disenangi oleh Allah swt dengan kehendak yang baik. Perasaan yang hakiki apabila merasa diri dekat kepada Allah s.w.t, menjadi hamba-Nya yang kukuh iman dan teguh sifat ihsan. Merasa sepi apabila diri tidak sujud syukur di sepertiga malam, gembira menabur bakti kepada segenap ruang kebaikan dan menginsafi akan dosa-dosa yang acapkali mengikat hati ke arah pintu kebatilan. Tidakkah diri ingin Allah merasa senang kepada diri kita.

Dikurniakan ibadah dzikir kepada manusia, agar manusia menggunakannya sedaya mungkin, menjadikan Allah sebagai pusat segala kebajikan, ibadah dan perilaku. Inti yang terbit dari rasa syukur yang melangit, menyejukkan hati dan senantiasa mengingatkan akan kekerdilan manusia yang hina. Pertolongan dari Allah dan dengan ketaatan tersebut akan Allah balas dengan kecintaan, suatu yang sungguh mahal dan hanya yang istiqamah dalam mujahadah yang mampu menggapainya. Hadits dari Muadz bin Jabal r.a. bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Bahwa penghuni- penghuni syuga setelah tibanya di syurga tidak akan menyesal dan tidak akan berdukacita mengenai suatu apapun kecuali masa yang telah berlalu dalam dunia tanpa dzikrullah.”

0 komentar:

Posting Komentar