Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Meredam Kecewa Hati

Written By Rudianto on Senin, 06 Juli 2009 | 07.21


Meredam Kecewa Hati

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, Ada apa dengan cinta? Dan bagaimana meredam kecewa bila cinta terbalas dusta?. Marilah kita cari jawaban itu dengan hati yang dingin, agar kecewa hati bisa terobati dan aktivitas hidup bisa tertata kembali.
Sebelum kita bicara bagaimana kiat meredam kecewa hati karena cinta didustai, lihatlah dulu - seperti di ungkapkan oleh Abdullah Nasih Ulwan tentang tingkatan cinta diatas – termasuk dalam tingkatan manakah ketika kita cinta kepada kita.

Jika ternyata, kecintaan kita kepada seseorang adalah tingkatan cinta yang terendah, cinta yang paling hina, karena lebih pada dorongan hawa nafsu dan pengaruh setan. Seperti di ceritakan Allah dalam surah Yusuf ayat 30 tentang seorang istri al-Aziz (sebutan raja-raja mesir kuno). Allah berfirman:
“Dan wanita-wanita di kota berkata, “Istri al-Aziz (sebutan bagi raja mesir) menggoda bujangnya untuk menundukan dirinya (kepadanya). Sungguh, cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata”. (Qs. Yusuf [12 ]:30)

Baik sahabat, jika ternyata cinta yang kita berikan kepada seseorang hanya karena dorongan hawa nafsu serta pengaruh setan dan bukan cinta karena Allah dan Rasul-Nya. Ada beberapa hal yang harus kita sikapi dengan kepala dingin, agar perasaan kecewa tidak berkepanjangan.

1 Bersyukurlah kepada Allah, karena Dia telah mensucikan kita kembali dengan cara dipisahkannya kita dari orang yang kita cintai. Biarlah ia pergi jika keberadaannya disisi kita hanya menambah dosa dan kemaksiatan.
2 Jangan terlalu larut oleh rasa kecewa, karena hanya akan menyia-nyikan waktu hidup yang tidak berguna. Yakinlah, Allah akan memberi yang terbaik dari apa yang kita pikirkan. Apalagi orang yang selalu kita pikirkan, belum tentu memikirkan kita.
3 Tetaplah jaga kesucian diri, jangan terperosok ke lubang maksiat kedua kali. Serahkan hidup kepada Allah dan bersabarlah dari ujian yang sedang kita hadapi. Seorang muslim seharusnya mampu menahan diri dengan bersikap tabah. “Dan bersabarlah kamu bersama-sama orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan menharap keridhoan-Nya”.(Qs. Al-Kahfi :24)
4 Lakukan intropeksi diri, ternyata cinta yang selama ini kita pertahankan, justru membuat kita banyak melupakan kewajiban sebagai hamba Allah. Kita sibuk mengingat si dia, kita pasrahkan diri kepadanya dan kita menjadi hamba hawa nafsu kita sendiri.
5 Jangan tangisi ketika si dia mendustai, tetapi tangisilah diri kita yang sedang terlelap dalam buaian dosa. Memang dia telah membuat hidup kita berkesan. Tetapi ketahuilah, dia juga telah meninggalkan saham dosa yang tidak sedikit.
6 Takutlah kamu kepada Allah, dimana saja kamu berada, dan ikutilah perbauatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya Dia (Allah) akan menghapuskannya (perbuatan buruk itu)
7 Rasulullah bersabda: “Tali iman yang kokoh adalah saling menolong (setia) karena Allah, saling bermusuhan karena Allah, cinta karena Allah dan benci karena Allah pula “ (Hr. Bukhari).

******
Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta. Malah cinta keduanya akan berakhir dengan saling membenci dan bermusuhan. Karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak boleh tidak akan timbul keinginan yang tidak di peroleh sebelumnya.
******

0 komentar:

Posting Komentar