TERAPI PROBLEMATIKA
Written By Rudianto on Jumat, 24 Juli 2009 | 00.44
TERAPI PROBLEMATIKA
“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabbmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbih dengan memuji Tuhanmu ketika kamu berdiri”.(Qs. Ath-Thur:48).
Dalam dekapan masalah yang begitu berat menghimpit, terkadang hati kecil sering lirih berujar, “Ya Allah hanya untuk inikah Engkau menciptakan aku, entah berapa kali pintaku terucap diringi linangan air mata yang kerap mengalir. Entah sudah berapa kali diri ini berharap akan datangnya perubahan dalam perbaikan, tetapi kenapa belum juga Engkau bukakan kepadaku pintu kemudahan, sehingga aku dapat merasakan seperti yang dirasakan orang lain”, apalah artinya aku hidup jika selalu didera kemalangan yang berkepanjangan” Mungkin ungkapan itu terlontar karena kita belum membaca nasehat Rasulullah SAW ketika kita ditimpa musibah. Sebuah hadits yang diriwayatjkan oleh Bukhari dan muslim, Rasulullah bersabda:
“Janganlah seseorang dari kamu mengharapkan mati disebabkan oleh penderitaan yang menimpa padanya, maka apabila keadaan memaksa, maka berdoalah: ya Allah lanjutkanlah hidupku ini , selama hidup ini lebih baik bagiku. Dan segerakanlah matikan diriku ini, apabila mati itu lebih baik bagi ku” (muttafaq alaih)
Sahabat, Jika kita merasa kemiskinan, kekurangan hidup, sulitnya mencari nafkah dan belum datangnya jodoh adalah musibah. Maka sesungguhnya kekayaan, kemewahan, kebersamaan bahkan kepopuleran adalah musibah bagi orang-orang yang tidak mampu menjaganya. Bahkan semuanya itu adalah pintu datangnya kehinaan bagi mereka yang tak mampu bersabar dalam kenikmatan. Renungankan firman Allah diatas. Semoga Allah membuka pintu hati kita agar mampu menemukan hikmah dibalik setiap musibah yang datang. Ketahuilah dibalik setiap musibah yang menyakitkan jika kita bersabar dan bersyukur, tersimpan kebaikan yang begitu banyak.
Sesungguhnya jika saja kita mau membandingkan tentang musibah yang kita derita dengan pemberian Allah yang tak terhingga, pasti hati kita diselimuti pujian kepada-Nya, mulut kita tak henti-hentinya melantunkan syukur. Bahkan jika kita membuka mata bathin kita untuk menatap kemahabesaran Allah. Sungguh rasanya malu kita kepada Allah, ketika musibah datang kita mengemis kasih Allah.
Agar Dia merubah penderitaan kita menjadi kebahagiaan, tetapi ketika kebahagiaan itu telah kita raih, tidak jarang kita memperlihatkan ketidak syukuran. Terkadang, betapa kita menjadi manusia yang tak tahu berbalas budi. Sahabat, Kehidupan yang kita jalani adalah proses perjuangan yang tak pernah henti. Ada saat dimana kebahagiaan begitu akrab menemani, tetapi disaat yang lain penderitaan begitu senang bersemayam didalam hati. Sungguh, dua keadaan ini memerlukan kekuatan agar kita tetap bertahan pada kebenaran. Jika kita tidak memiliki kekuatan maka bukan saja kehidupan akan terasa menyulitkan, tetapi hari demi hari akan selalu dihinggapi rasa ketakutan.
Bicara tentang kebahagiaan, siapa yang tidak mengharapkannya, semua kita pasti selalu merindukan saat-saat seperti itu datang. Tetapi dimana kita temukan kebahagiaan?, dirumah yang mewahkah?, atau saat kita merasakan berkecukupan?, tetapi adakah manusia yang merasa cukup?. Jangankan kita yang selalu berada dalam kekurangan setiap saat, orang-orang yang sudah bergelimang kemewahanpun ternyata merasakan kekurangan dan terus mengejar dan mencarinya. Apakah mereka bahagia dengan apa yang sudah dimilkinya?, ternyata tidak. Karena tidak sedikit diantara mereka justru selalu dihantui rasa ketakuatan kekhawatiran. Bahkan ada yang sibuk mengumpulkan harta, sampai tak sempat menikmatinya. Benar apa yang ungkapkan oleh para bijak: Bahwa kekayaan itu bukan milik orang yang mengumpulkannya, tetapi miliki orang yang menikmatinya” Itulah kenyataan yang kita saksikan. Jika orang miskin khawatir dan takut menatap masa depan yang begitu memberatkan, sementara orang kaya khawatir dan takut bahkan bingung kemana harta mereka akan dihabiskan. Lantas, apa yang dapat kita katakan untuk mereka yang hidupnya tak pernah puas dengan keadaan. Ada apa sesungguhnya dengan makhluk yang bernama manusia ini ?. Diberi nikmat dia tak pandai bersyukur, di beri cobaan keyakinan hidupnya semakin kabur. Sungguh, kebanyakan kita memang tidak tahu berterimakasih kepada Dzat yang maha memberi.
Janganlah bersedih dengan apa yang telah tiada, janganlah gelisah dengan sesuatu yang belum ada, jangan merasa terhina karena deraan kemiskinan, jangan merasa sepi dalam kesendirian, dan jangan kita merasa papa dalam ketiadaan. Sebab perasaan-perasaan seperti ini hanya akan menumpulkan mata bathin kita tentang kemahabesaran Allah. Bersandarlah kepada-Nya. adukan nasib diri dengan penuh ketawadhuan, intropeksilah, mungkin penyebab semua ini sesungguhnya adalah lahir dari kesalahan diri yang begitu banyak melanggar larangan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar