Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

DI MANA KUTEMUKAN BAHAGIA

Written By Rudianto on Rabu, 19 Agustus 2009 | 08.35


DI MANA KUTEMUKAN BAHAGIA

“Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (kebahagiaan) dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An-Nahl:97)


Sahabat, ketika melihat orang lain yang hidup bergelimang harta dan kemewahan, mungkin hati kita berujar; “Bahagia sekali orang itu, setiap apa yang diinginkan mudah didapatkan, apa yang ia dapatkan melebihi apa yang dia butuhkan”. Atau kita melihat seorang teman yang karirnya terus menanjak menuju kesuksesan. Dan hati kitapun berkata; “Bahagia sekali teman itu, setiap usaha yang dilakukan selalu mendapat kemudahan”.

Kalau dilihat dari lahiriyahnya, dipandang kedua orang itu sangat bahagia. Karena apa yang diinginkannya selalu ada. Tetapi apakah persangkaan kita selalu sama dengan orang yang kita persangkakan. Ternyata tidak selebihnya benar, karena realitasnya tidak sedikit orang yang kaya, justru selalu dihantui rasa ketakutan. Dan tak sedikit orang yang sukses dalam karir, selalu menampakan kecemasan. Dua perasaan; takut dan cemas adalah bagian dari sikap ketidak bahagiaan. Lantas dimana kebahagiaan didapatkan?.

Sahabat, jangan tertipu dengan penglihatan lahir, karena dunia ini hanyalah perhiasan dan sandiwara. Tidak menutup kemungkinan, dibalik kemewahan hidup yang terlihat ada rasa ketakutan yang sangat. Dibalik senyum dan tawa akrab ada kepahitan dan kesedihan yang tidak kita ketahui. Mungkin tawanya hanya untuk menutupi kegundahan perasaannya. Banyak orang yang bibirnya tersenyum tapi hatinya menangis. Tidak sedikit orang yang terlihat diam dan tenang tetapi jiwanya tertekan. Begitu banyak pemandangan terlihat sepintas menyenangkan padahal sebenarnya menyedihkan. Banyak orang menyangka dikiranya madu, ternyata ia adalah empedu. Dan tidak sedikit laknat dikiranya nikmat. Lantas, dengan apa kebahagiaan itu di dapatkan?.


Sahabat, Sejak dulu hingga hari ini, berbagai pergulatan dan hidup terus dilakukan demi sebuah kebahagiaan , bila perlu nyawa taruhannya. Tetapi ketahuilah, sejauh apapun kita melangkah untuk mengejar kebahagiaan tak akan pernah kita dapatkan, kalau tolak ukurnya adalah keduniaan. Sebab sifat dunia tak pernah memberi kepuasaan. Dan ketidak puasan itulah faktor utama penyebab ketidak bahagiaan.

Akhirnya, hanya satu solusi yang dapat mendapatkan mendatangkan kebahagiaan yang hakiki, yaitu hadirkan sifat qona’ah (menerima) apa yang telah Allah berikan. Orang yang qona’ah terhadap apapun yang diberikan jiwanya akan tenang. Sebab hatinya tidak menuntut mencapai sesuatu yang tidak ditakdirkan baginya dan tidak melirik kepada orang yang berada diatasnya. Tentu saja sifat ini tidaklah hadir dengan sendirinya tanpa faktor utama yang mendorongnya. Dan faktor itu adalah keimanan yang benar dan amal sholeh yang ikhlas. Orang yang tidak mempunyai keimanan yang benar akan selalu menderita kehampaan rohani dan selalu merasakan kesempitan diri. Tetapi orang yang beriman dengan benar hidupnya selalu diselimuti rasa aman dan kedamaian pikiran. Apabila hati di penuhi oleh iman, maka seluruh indra, perasaan dan anggota tubuh tergerak untuk melakukan kebaikan dan amal sholeh. Dan setiap iman bertambah dalam hati, maka kekuatan kebaikanpun akan bertambah, lalu hati seorang mukminpun akan terasa lapang. Kelapangan dada adalah buah sifat qona’ah.

Ibnul Qayyim al-Jauziyah mengungkapkan; Iman adalah jantung Islam dan intinya, sebagaimana keyakinan merupakan kalbu iman dan isinya. Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah iman dan keyakinan adalah rusak, dan setiap iman yang tidak melahirkan amal pernuatan adalah lapuk” dan beliau menambahkan: “ Diantara ciri-ciri kebahagiaan dan keberuntungan adalah: setiap kali seoarng hamba bertambah ilmunya, maka bertambah pula sifata tawadhu’ dan kasih sayangnya. Setiap kali bertambah amalnya, maka bertambah pula rasa takut dan kewaspadaannya. Ketka umurnya bertambah tua, maka berkuranglah kerakusannya terhadap dunia.

Semoga Allah menghadirkan sifat qona’ah di dalam diri, karena dengannya kita akan terhindar dari ketidak puasan hati. Bila tidak ada iman, ketidak puasan terhadap apa yang telah dberikan, hanya akan melahirkan keinginan yang menyengsarakan. Tetapi jika iman telah meyelimuti kehidupan, sedikit atau banyak sesuatu yang didapatkan, membuat diri selalu berada dalam kebahagiaan.

0 komentar:

Posting Komentar