Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

MELEPAS BELENGGU “NANTI”

Written By Rudianto on Rabu, 12 Agustus 2009 | 11.54


MELEPAS BELENGGU “NANTI”

“Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara yang lain;
kehidupanmu sebelum datang kematianmu, kesehatanmu sebelum datang penyaitmu, kekosonganmu sebelum datang kesibukanmu, masa mudamu sebelum datang masa tuamu dan kekayaanmu seblum datang kemiskinanmu. (H.R. Hakim)

Sahabat, ‘Nanti’ adalah sebuah kata yang berarti ‘penundaan’. Kalimat ini kerap kita ungkapkan dalam setiap aktivitas yang belum terselesaikan. Boleh jadi, kalimat ini tak terlalu salah kita ungkapkan setelah sebelumnya berusaha keras untuk menyelesaikan pekerjaan. Tetapi jika berkaitan dengan sebuah kewajiban yang harus segera kita lakukan, maka kalimat '‘nanti’ ini akan berdampak kepada sikap menganggap remeh pekerjaan. Ketahuilah; diantara kewajiban kita terhadap hari-hari yang terlewati adalah mengisinya dengan ilmu dan amal sholeh, karena hidup kita bukanlah besok atau juga kemaren, tetapi hidup kita adalah hari ini. Karena ‘kemaren’ adalah waktu yang tak akan kembali dan ‘besok’ adalah waktu yang tak pernah kita ketahui.

Penting untuk kita renungkan, sebuah tulisan seorang pengembara; ia adalah Muhammad bin Samrah. Kepada sahabatnya ia menulis surat;

“Hai saudaraku…!, jauhilah dirimu dari menunda pekerjaan.
Jagalah ! jangan sampai hal itu bersarang di dalam hatimu.
Menunda pekerjaan berarti bersahabat dengan kerusakan,
karena itulah adalah tempatnya kemalasan.
Menunda pekerjan berarti memutuskan cita-cita
dan penyia-nyiaan terhadap umur.

Jika kamu berbuat demikian, itu akan menjadi kebiasaanmu.
Jauhilah ragamu dari kebosanan yang telah berpaling darimu,
Karena itu tidak mendatangkan manfaat bagi jiwamu.

Hai Saudaraku…!, kamu akan selalu gembira, bila pekerjaanmu
telah kamu lakukan atau kamu akan menyesal bila kamu melalaikannya.

Saudaramu Sahabat, siapakah yang dapat menjamin seseorang dapat hidup hingga esok hari. Secanggih apapun ilmu yang kita dapati, tak akan mampu menahan kematian yang menghampiri. Sebanyak apapun harta yang kita miliki, tak akan mampu membeli sebuah nyawa yang sudah diakhiri dan sehebat apapun kekuasaan yang telah kita raih, tak akan bisa mempengaruhi ketentuan ilahi. Karenanya, merupakan satu keberuntungan, bila kita segera mengerjakan kebaikan dan menunaikan kewajiban. Dan merupakan suatu kelemahan atau kerugian, jika kita menundanya sehingga kesempatan berakhir.

Oleh karenanya sahabat, lepaslah belenggu ‘nanti’ dalam diri, sebab keberadaannya hanya akan mendatangkan penyesalan panjang dalam hati. Satu waktu; Umar bin Abdul Aziz dalam kelelahan karena begitu banyaknya pekerjaan, ia mengungkapkan; “Pekerjaanku satu hari saja telah membuatku menjadi letih, bagaimana kalau pekerjaan dua hari dikumpulkan menjadi satu…?.

Sahabat, kita merasakan penyesalan yang teramat dalam bila kita secara teledor menunda-nunda pekerjan yang seharusnya terselesaikan. Karena dengan membiasakannya, kita akan menghadapi beban berat karena bertambahnya pekerjaan. Terlebih ketika yang kita tunda adalah kewajiban melaksanakan taat dan menunda untuk bertaubat dari perilaku maksiat. Semakin kita biarkan hati berselimut maksiat, maka akan semakin sulit membersihkannya karena sudah terlanjur berkarat. Karenanya, segeralah bertaubat sebelum terlambat. Jangan biarkan hati tertambat pada prilaku maksiat, karena hidup tak akan terasa nikmat bila tak ada taat, di dunia tak mendapat rahmat dan tak mendapat tempat yang layak di akhirat . Ahmad bin Athaillah menasehati: “ Penundaanmu akan semua amal (kebaikan) karena menanti adanya waktu senggang termasuk dari kebodohan-kebodohan jiwa”.

“YA Allah, jadikanlah sebaik-baik dari umurku adalah akhirnya, sebaik-baik dari pekerjaanku adalah penutupannya dan sebaik-sebaiknya hari-hariku adalah hari aku menghadap Engkau.”.

0 komentar:

Posting Komentar