Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

MEMAKSIMALKAN POTENSI DIRI MENJADI YANG TERBAIK

Written By Rudianto on Kamis, 07 Januari 2010 | 04.04


Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’ad [13]:11)

Hukum Perubahan
Tatkala Allah menciptakan alam semesta, Allah juga telah membuat hukum-hukum yang berfungsi untuk mengendalikan keberlangsungannya selama dunia masih berputar, hukum-hukum Allah itu akan tetap berlaku. Hukum dan aturan itu mengatur seluruh aspek kehidupan; alam, etika dan seabrek persoalan manusia., aturan itu memuat prinshif-prinshif tentang hidup dan kehidupan. Sahabat, ketika seseorang turun dari ketinggian
tentu ia ingat akan adanya hukum gravitasi. Seorang pasien yang berobat ke dokter, kemudian mendapat resep, “minumlah obat ini, maka dalam tiga hari kondisi anda akan membaik ”, ujar dokter. Dokter itu tidak melakukan hal-hal yang supranatural.
Ia hanya mengetahui hukum dan aturan ilmu kedokteran.Begitu juga dalam hukum social, mereka yang berkuasa akan dapat mengendalikan bukan di kendalikan.
Hukum yang menyatakan,Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar-Ra’ad [13]:11), kelak akan mengubah keadaan kita bahwa Allah akan mengubah wajah dunia untuk kita, selama kita punya kemauan untuk mengubahnya. Allah telah memberikan kita potensi dan pasilitas untuk mengubahnya.

Memulai Perubahan

Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar-Ra’ad [13]:11) Ayat tersebut mengisyaratkan adanya dua hukum perubahan.
Pertama :perubahan dalam diri.
Kedua :perubahan dari Allah.

Dari mana kita harus memulainya?. Tentunya dari diri kita sendiri. Sebab, setiap individu yang telah tercerdaskan dan telah melakukan perbaikan, maka kebaikannya akan berimbas pada perbaikan masyarakatnya. Atas dasar ini kita memahami, bahwa usaha kita dalam memperbaiki tingkah laku akan sangat berpengaruh dalam mengubah masyarakat. Karenanya, betapa pentingnya kita menjadi bagian dari masyarakat. Segera bergerak maju untuk menjadi yang terbaik. Buanglah rasa pesimis karena hanya akan menghambat kesuksesan. Sungguh, Allah tidak membiarkan hamba-hamba-Nya selagi Ia melihat sang hamba tidak pernah lelah berusaha.

Kalimat di atas bukanlah bualan atau sekedar slogan tanpa arti. Tetapi kalimat motivasi itu adalah firman Allah sang pembuat hukum alam. Apakah Allah berbohong, tentu tidak!. Apakah ada yang salah dari ayat Allah, tentu tidak. Sesungguhnya yang
sering keliru adalah diri kita yang tidak punya kesempurnaan dalam memahami ilmu-ilmu Allah.

Perubahan memang datang dari Allah tetapi ia tidak datang dengan sendirinya begitu saja. Mulailah dari dari diri kita, dengan tetap memohon pertolongan dan mendekatkan diri kepada-Nya. Bangunkan semangat hidup, tinggalkan kemalasan, yakin sepenuhnya kepada Allah, kikis kebencian antar sesama dan tegarlah dalam menghadap cobaan, Insya Allah perubahan akan datang.

Berpikir Positif, Bertindak Arif
Percayalah, perubahan pasti datang. Berpikir positif adalah selalu berbaik sangka kepada Allah yang menentukan hidup kita. Bertindak arif adalah selalu bermuhasabah (intropeksi) terhadap apapun yang terjadi sebelum kita memutuskan A dan B tentang berbagai persoaan kehidupan. Orang yang selalu berpikir positif selalu melihat adanya kesempatan kearah perbaikan, bahwa hidup akan datang perubahan. Optimis adalah sikap hidupnya, semangat adalah gaya kesehariannya. Optimis berarti
melakukan perubahan dengan bijak dan pertimbangan yang matang, mengubah hal-hal buruk menjadi baik, dan yang baik menjadi lebih baik.
Orang yang optimis menjalani hidup, tertanam dalam jiwanya keyakinan yang sempurna tentang segala yang di tentukan Allah. Jika Allah berkehendak terhadap sesuatu maka
tidak ada seorangpun yang mampu menahannya. Rasulullah pernah memberi nasehat kepada Ibnu Abbas ketika itu ia masih kecil:
“Ketahuilah, sekiranya seluruh manusia sepakat hendak mencelakaimu, mereka tidak akan pernah bisa mencelakaimu, kecuali memag telah di tuliskan Allah dalam suratan takdirmu. Begitupun sebaliknya, andai seluruh manusia sepakat menolongmu mereka
tidak akan pernah mampu membantumu, kecuali memang telah di tuliskan Allah dalam suratan takdirmu.” (hr. Tarmidzi).

Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Qs. Ali-Imran [3];26.

Perubahan, selain memerlukan sifat positif dan optimisme yang tinggi. Juga yang tidak kalah pentingnya adalah kesabaran, tidak ada kunci yang mampu membuka perubahan selain kesabaran itu sendiri. Tetapi menjadikan diri sabar memang
tidaklah mudah, karena orang yang sabar pada hari ini ibarat memegang bara api. Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya: “
sesudah kalian, akan ada hari-hari di mana kesabaran di uji. Orang yang mampu bersabar tidak ubahnya dengan seseorang yang memegang bara api. Barang siapa yang beramal kala itu, maka akan di ganjar dengan balasan lima puluh orang.“.
Apakah ganjaran lima puluh orang mereka atau lima puluh orang kami,ya Rasulullah.
Tanya seorang sahabat. “ Bahkan, ganjaran lima puluh orang kalian”. Jawab Rasulullah.

0 komentar:

Posting Komentar