Mungkin kalian masih ingat tentang Abu Wada'ah, seorang duda bertampang biasa saja dan tiada memiliki apa-apa namun karena ketaqwaannya ia dipilih oleh Sa'id bin Musayyab sebagai menantunya sedangkan lamaran Khalifah Abdul Malik bin Marwan ditolaknya.
Abu Wada'ah adalah seorang yang rutin mengikuti Kajian dan Halaqoh Sa'id bin Musayyab di zawiyah Nabawi.
Suatu hari ia menghilang dari halaqoh sehingga tuan guru Sa'id bin Musayyab merasa kehilangan salah satu muridnya tersebut. Setelah hadir dalam halaqoh sang guru langsung bertanya kepadanya :
"Kemana saja dirimu hai Abu Wada'ah..?" tanya guru.
"Wahai Tuan Guru, mohon maaf sebelumnya. Istri saya meninggal dunia maka saya sibuk mengurus keperluan pemakamannya." Jawab Abu Wada'ah.
"Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, jika saja engkau memberi tahukan kepadaku, tentukah aku akan menghiburmu, menghadiri jenazahnya, dan membantu segala keperluanmu..!"
"Terima kasih atas perhatiannya tuan..!"
Ta'lim pun berjalan sebagaimana biasanya dan selepas itu, ketika Abu Wada'ah hendak bermohon izin. Tuan Syekh Sa'id bin Musayyab bertanya kembali padanya.
"Apakah engkau sudah berpikir untuk beristri lagi hai Abu Wada'ah..?"
"Rahimakallahu (semoga Allah merahmatimu) Ya Syaikh. Siapakah gerangan yang mau untuk menikahkan putrinya dengan diriku sedangkan aku adalah seorang pemuda yang terlahir dalam keadaan yatim dan tidak memiliki harta kecuali satu atau dua dirham saja..?" Abu Wada'ah balik bertanya.
'Aku wahai Abu Wada'ah, aku yang akan menikahkan putriku dengan dirimu..!"
Saat itu di Madinah tidak musim hujan, namun Abu Wada'ah merasakan adanya kilat yang menyambar...treeeleeep..!!
"Anda...? Tuan Syekh..?? Anda mau menikahkan putri anda dengan saya padahal anda lah tahu keadaan saya..??"
"Ya benar, bila ada seorang yang datang kepada kami dan kami SENANG akan AKHLAQ dan AGAMAya maka akan kami nikahkah, sedangkan dirimu termasuk orang yang kami SUKAI".
Lalu Tuan Sa'id bin Musayyab berpaling kepada orang yang dekat dengan mereka berdua, mereka dipanggil untuk berkumpul. Beliau pun kemudian bertahmid, bersholawat, bahkan langsung menikahkan putrinya dengan Abu Wada'ah dengan menjadikan 3 dirham yang dimilikinya sebagai mahar.
SUBHANALLAH...!!
Sejenak Abu Wada'ah terpaku tak tahu harus berkata apa karena heran bercampur gembira (pastinya banyak banget nyang ngiri tuh). Lalu ia bergegas pulang dan saat itu ia sedang bershaum namun lupa akan shaumnya hingga ia berkata dalam dirinya sendiri.
"Sungguh keterlaluan engkau ini hai Abu Wada'ah, apa yang telah kau perbuat atas dirimu. Kepada siapa engkau akan mencari pinjaman untuk memenuhi keperluanmu, kepada siapa engkau akan meminjam uang".
Rasa heran itu terus menggelayuti hingga sore hari, dan setelah melaksanakan sholat magrib dan menyantap roti, tiba-tiba pintu rumahnya ada yang mengetuk dan memberi salam.
'Siapa..?" tanya Abu Wada'ah.
"Sa'id.!" jawab orang dibalik pintu.
Wallahi, setiap kali disebut nama Sa'id tidak ada yang dikenal dalam benaknya kecuali sang Guru, dan benarlah setelah Abu Wada'ah membuka pintu didapati sosok Imam nya Syeikh Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu 'anhu dihadapannya.
Abu Wada'ah menduga bahwa Syeikh Sa'id bin Musayyab telah menyadari ketergesaannya dalam menikahkan putrinya dengan dirinya itu lalu datang untuk membicarakannya.
"Tuan, mengapa tidak memerintahkan seseorang untuk memanggilku..??"
"Tidak, engkaulah yang harus didatangi..!"
"Suatu penghargaan bagi saya tuan..?"
"Tidak, sebenarnya saya datang untuk masalah yang penting..!"
"Apa yang tuan Syeikh kehendaki..?"
"Sesungguhnya putriku sudah menjadi istrimu, maka aku tidak senang membiarkan dirimu berada di tempatmu sedangkan istrimu di tempat yang lain. Oleh karena itulah aku bawa dia sekarang kepadamu...!"
"Anda membawanya tuan..?"
"Benar..!"
Lalu Abu Wada'ah melihat istrinya berdiri di belakang Tuan Syeiikh Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu 'anhu.
"Masuklah ke rumah suamimu dengan Nama dan Berkah Allah Ta'ala putriku..!"
Sang Putri rada-rada gemeteran dan malu, tatkala hendak melangkah gaunya tersangkut hingga nyaris jatuh.
Abu Wada'ah masih terpaku sambil nyengir sedikit, dan setelah sadar segera diambil piring berisi roti dan minyak bekas makannya agar tak dilihat oleh istrinya.
Abu Wada'ah merasa sangat amat gembira hingga dia naik ke atas rumahnya untuk memanggil para tetangganya (mungkin jika zaman itu sudah ada toa masjid, ia umumkan panggilan itu.. :).
"Wahai Saudara-saudaraku, hari ini aku telah dinikahkah oleh Tuan Guru Syeikh Sa'id bin Musayyab, sekarang putrinya sudah ada di rumahku. ku minta kalian datang untuk menghiburnya..!"
Seorang wanita tua menyahut : "Sadarkah kamu hai Abu Wada'ah, Tuan guru telah menolak lamaran dari Khalifah Abdul Malik untuk anaknya, mana mungkin beliau mau menikahkan putrinya dengan dirimu..??"
"Benar ya Umma.. datanglah dan buktikan sendiri perkataanku".
Maka berdatanganlah para tetangga untuk membuktikan ocehan Abu Wada'ah, dan setelah mereka mengetahui dengan mata kepala sendiri, terdengarlah lantunan tasbih... tahmid... tahlil... dan takbir atas apa yang terjadi. Mereka pun segera membantu segala keperluan Abu Wada'ah dan istrinya.
Sungguh... setelah berinteraksi dengan Putri Seorang Tabi'in itu, tahulah Abu Wada'ah bahwa istrinya adalah wanita tercantik di Madinah, paling hafal Al-Qur'an, paling faham sunnah, paling mengerti akan haq dan kewajiban.
SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WA LA ILAHA ILLA ALLAH WALLAHU AKBAR.
0 komentar:
Posting Komentar