Pilihlah pemimpin yang takutkan Allah
Yang minta dibantu menegak kebanaran
Yang minta ditegur kalau ia bersalah
Yang tidak menyebut apa jua jasanya
Yang tidak banyak membuat janji manis
Biasanya seorang pemimpin itu
Ia mempunyai ilmu yang sederhana
Jiwanya kental dan juga gigih
Dapat pengalaman dari hidup
Kalau kita nak tahu
Pemimpin yang sejati ia tak berjawatan pun masih dihormati
Oleh semua pengikutnya
Biasanya pemimpin yang sejati itu
Ia tersendiri ada panduan yang diberi
Ada karisma semulajadi
Mendidik pengikut hingga taat setia
Tidak berbelah bagi
Kalau kita mendengarkan lirik Nasyid Pemimpin Sejati dari album Antara 2 Cinta dari Munsyid : The Zikr ini mengingatkan kita tentang kisah Khalifah Umar Bin Khattab ketika ingin memilih seorang Gubernur. Saat itu sebelum beliau memilih, Khalifah Umar Bin Khattab menyebarkan selebaran yang mengatakan bahwa beliau akan memilih Gubernur yang dekat dengan Allah yang indikasinya adalah orang yang rajin melaksanakan shalat di masjid. Pernyataan ini dilanjutkan oleh Khalifah Umar dengan mengatakan alasanya memilih seperti itu karena bagaimana mungkin seorang manusia itu bisa di percaya jika dengan Allah Yang Maha Tahu, Yang Maha Melihat Segala tindakan manusia saja dia berani berbohong apalagi dengan atasan dan rakyatnya yang sama-sama manusia.
Yang minta dibantu menegak kebanaran
Yang minta ditegur kalau ia bersalah
Yang tidak menyebut apa jua jasanya
Yang tidak banyak membuat janji manis
Biasanya seorang pemimpin itu
Ia mempunyai ilmu yang sederhana
Jiwanya kental dan juga gigih
Dapat pengalaman dari hidup
Kalau kita nak tahu
Pemimpin yang sejati ia tak berjawatan pun masih dihormati
Oleh semua pengikutnya
Biasanya pemimpin yang sejati itu
Ia tersendiri ada panduan yang diberi
Ada karisma semulajadi
Mendidik pengikut hingga taat setia
Tidak berbelah bagi
Kalau kita mendengarkan lirik Nasyid Pemimpin Sejati dari album Antara 2 Cinta dari Munsyid : The Zikr ini mengingatkan kita tentang kisah Khalifah Umar Bin Khattab ketika ingin memilih seorang Gubernur. Saat itu sebelum beliau memilih, Khalifah Umar Bin Khattab menyebarkan selebaran yang mengatakan bahwa beliau akan memilih Gubernur yang dekat dengan Allah yang indikasinya adalah orang yang rajin melaksanakan shalat di masjid. Pernyataan ini dilanjutkan oleh Khalifah Umar dengan mengatakan alasanya memilih seperti itu karena bagaimana mungkin seorang manusia itu bisa di percaya jika dengan Allah Yang Maha Tahu, Yang Maha Melihat Segala tindakan manusia saja dia berani berbohong apalagi dengan atasan dan rakyatnya yang sama-sama manusia.
Pernyataan Khalifah tersebut sangat masuk pada logika manusia, memang benar
apa yang beliau katakan manusia yang tidak taat kepada Sang Khalik adalah
manusia yang tidak bisa di percaya. Dihadapan Allah saja dia tidak melaksanakan
perinah Allah yang telah Menciptakannya apa lagi perintah atasan dan rakyatnya.
Pemillu adalah salah satu ajang pesta
demokrasi yang akan dilalui oleh masyarakat Indonesia. Harapan perubahan kearah
yang lebih baik selalu menjadi harapan segenap rakyat.
Bercermin dari kisah Khalifah Umar bin Khattab di atas maka ada pelajaran
berharga yang bisa kita ambil dari kisah ini menjelang pemilu nanti yakni
keputusan Khalifah Umar dalam memilih Gubernurnya,beliau memilih orang
yang rajin shalatnya hal ini mengisyaratkan pada kita bahwa pemimpin
yang baik adalah yang dekat dengan Tuhannya. Orang yang dekat dengan Allah akan
senantiasa ingat akan amanah yang ada pada pundaknya, setiap apa yang akan
dilakukannya senantiasa ia niatkan sebagai ibadah buatnya karena memang manusia
di ciptakan didunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Dalam pertarungan pemilu nanti sebuah kepastian bagi kita adalah kemenangan
dan kekalahan. Seyogyanya semua orang pasti siap dan bisa menerima sebuah
kemenangan namun sebuah kekalahan tidak semua orang bisa menerimanya. Jika kita
kembali melihat keadaan yang terjadi saat ini ada sebuah kebimbangan yang
dirasakan oleh rakyat kita. Melihat begitu besarnya pengeluran materi yang
dilakukan oleh para caleg membuat kekwatiran masyarakat muncul akan adanya usaha
pengembalian modal yang akan dilakukan para caleg apabila lolos menjadi Anggota
DPR. Jika hal ini terjadi maka harapan perubahan yang lebih baik akan semakin
jauh.
Ada beberapa alasan kenapa kita menyerukan untuk memilih caleg yang dekat
dengan Tuhan. Alasan pertama,orang yang dekat dengan Tuhan adalah orang
yang senantiasa membersihkan jiwanya (tazkiatun nufus) sebagaimana orang-orang
shaleh dahulu. Dia akan senantiasa ingat akan amanah yang ada padanya yakni
sebagai wakil dari rakyat yang harus melayani rakyatnya bukan minta dilayani
oleh rakyat. Jika kita kembali melihat realita banyak sekali anggota DPR dan
DPRD yang selalu minta dilayani dengan uang rakyat, rapat di hotel-hotel megah
yang hanya menghamburkan uang rakyat dan mungkin masih banyak lagi kezaliman
yang dilakukan oleh para wakil rakyat .
Alasan kedua,kenapa harus pilih caleg yang dekat dengan Tuhan karena
niatnya adalah untuk kepentingan umum bukan pribadi ataupun golongan. Setelah
terpilih dia tidak akan menjadikan kursi dewan sebagai penghasilannya atau
sebagai ajang untuk mengumpulkan harta kekayaan bahkan sebaliknya dia akan
menyalurkan uang rakyat sesuai pada porsinya dan untuk rakyatnya. Akan
tersalurkanlah segala kebuTuhan rakyat yang diinginkan dan insya Allah akan
mensejahterakan rakyatnya. Korupsi yang selama menjadi penyakit dan iab bangsa
yang telah menggerogoti kursi dewan dan pemerintahan akan terkikis jika
pemerintah dan wakil rakyatnya dekat dengan sang Khalik
Alasan ketiga, Caleg yang dekat dengan Tuhan adalah orang yang mampu
menggunakan fasilitas yang ia punya sebagai sarana untuk mensejahterakan rakyat
bukan kesejahteraan pribadi ataupun kelompoknya. Ketika duduk di kursi dewan
nanti dia akan mendapatkan berbagai fasilitas untuk mempermudah pekerjaannya,
namun sebagai mana kita lihat sekarang fasilitas itu hanya sedikit sekali yang
diguakan untuk kepentingan rakyat bahkan kebanyakan digunakn untuk kepentingan
pribadi belaka, hal ini terjadi karena banyak dewan kita yang tidak dengan
dengan Tuhan. Untuk lebih nyatanya kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz merupakan
contoh nyata bagi kita, ketika beliau menjadi khalifah dalam waktu kurang lebih
tiga tahun beliau mampu memberantas kemiskinan, bahkan Badan Amil Zakat (BAZ)
tidak mampu mencari rakyat miskin sebagi penerima zakat dan diceritakan pada
suatu malam beliau sedang bekerja dirumahnya tiba-tiba datang seorang sahabat
yang ingin membicarakan tentang hal pribadi kepada beliau dan ketika itu juga
beliau mematikan lampu yang ia gunakan pada saat itu dan sang sahabat bertanya kepada
beliau kenapa mematikan lampunya lantas beliau menjawabnya dengan tenang dan
berkata ”lampu ini adalah milik rakyat sedangkan kita akan berbicara hal
pribadi jadi tak patut kita gunakan lampu ini hanya untuk urusan pribadi”, ini
merupakan kisah yang nyata dari seorang pemimpin yang dekat dengan Allah SWT
dan bukan sebuah dongeng belaka.
Alasan yang keempat, kenpa harus memilih
Caleg yang dekat dengan Tuhan adalah karena orang yang dekat dengan Tuhan akan
selalu merasa di awasi oleh Allah Yang Maha Melihat sehingga akan terhindar
dari melakukan perbuatan maksiat, sebagai mana yang tejadi saat ini. Kita
melihat banyak sekali para yang anggota dewan yang katanya terhormat tetapi
malah menghinakan institusinya sendiri. Beberapa waktu lalu masih terngiyang di
telinga kita tentang kasus suap yang menimpa salah satu anggota DPR RI, kasus
asusila tentang perselingkuhan anggota DPR RI, tidak hanya satu orang bahkan
lebih dari itu. Ini adalah gambaran yang diberikan oleh Allah SWT bahwa orang
yang melupakan Allah akan lupa dengan dirinya sendiri. Apakah kita akan terus
berdiam diri melihat wakil rakyat seperti ini? Tentunya kita berharap tidak
demikian.
Masih banyak alasan lain yang menjadi dasar bagi kita kenapa kita harus
memilih pemimpin yang dekat dengan Tuhan. Gambaran penomena yang terjadi di
pemerintahan kita sudah cukup menjadi pelajaran bagi kita agar tidak salah
dalam mengambil keputusan. Caleg yang tidak dekat dengan Tuhan akan
menghalalkan segala macam cara untuk menggapai apa yang dia inginkan. Apapun
akan dilakukan asalkan lolos menajdi anggota dewan. Dan jika terpilih nanti
maka dia akan menggerogoti uang rakyat, dia akan mengeruk uang rakyat sebagai
ganti terhadap pengeluaran yang ia lakukan pada saat masa kampanye yang lalu.
Jika hal itu terjadi maka rakyat akan kembali sengsara.
Dalam kesempatan ini kita menyerukan kepada para masyarakat Indonesia agar
berhati-hati dalam menentukan pilihan pada pemilu nanti karena pilihan ini akan menentukan bagaimana
bangsa ini lima tahun yang akan datang. Rakyat hendaknya jeli dalam memilih
jangan mudah tergoda dengan iklan kampanye, pesona wajah para caleg,
penampilan, uang yang diberikan dll, tapi lihatlah bagaimana hubungannya dengan
Sang Khalik dan kehidupanya dengan masyarakat karena hal itulah yang akan
menunjukkan kewibaan dan kharisma pemimpin sesungguhnya. Ingatlah jangan hanya
uang lima puluh ribu kita korbankan lima tahun. Terakhir harapan kita semoga
rakyat bisa menentukan pilihan kepada orang yang tepat, sehingga harapan kita
untuk hidup sejahtera dapat terwujudkan.
Oleh karena itulah Islam memberikan
pedoman dalam memilih pemimpin yang baik. Dalam Al Qur’an, Allah SWT
memerintahkan ummat Islam untuk memilih pemimpin yang baik dan beriman:
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. “ (An Nisaa 4:138-139)
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. “ (An Nisaa 4:138-139)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimmpin (mu): sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagiaa yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada oarng-orang yang zalim ” (QS. Al-Maidah: 51)
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu menjadikan mereka menjadi pemimpin, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (At Taubah:23)
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman atau pelindung)” (An Nisaa:144)
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir jadi pemimpin, bukan orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, bukanlah dia dari (agama) Allah sedikitpun…” (Ali Imran:28)
Selain beriman, seorang pemimpin juga harus adil:
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “ada tujuh golongan manusia yang kelak akan memperoleh naungan dari Allah pada hari yang tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Nya, (mereka itu ialah):
1. Imam/pemimpin yang adil
2. Pemuda yang terus-menerus hidup dalam beribadah kepada Allah
3. Seorang yang hatinya tertambat di masjid-masjid
4. Dua orang yang bercinta-cintaan karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah pun karena Allah
5. Seorang pria yang diajak (berbuat serong) oleh seorang wanita kaya dan cantik, lalu ia menjawab “sesungguhnya aku takut kepada Allah”
6. Seorang yang bersedekah dengan satu sedekah dengan amat rahasia, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya
7. Seorang yang selalu ingat kepada Allah (dzikrullâh) di waktu sendirian, hingga melelehkan air matanya.(HR. Bukhari dan Muslim)
“Hai orang-orang yang beriman! Tegakkanlah keadilan sebagai saksi karena Allah. Dan janganlah rasa benci mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena itu lebih dekat dengan taqwa…” (Q.s. Al-Maidah : 5)
Keadilan yang diserukan al-Qur’an pada dasarnya mencakup keadilan di bidang ekonomi, sosial, dan terlebih lagi, dalam bidang hukum. Seorang pemimpin yang adil, indikasinya adalah selalu menegakkan supremasi hukum; memandang dan memperlakukan semua manusia sama di depan hukum, tanpa pandang bulu. Hal inilah yang telah diperintahkan al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah ketika bertekad untuk menegakkan hukum (dalam konteks pencurian), walaupun pelakunya adalah putri beliau sendiri, Fatimah, misalnya.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau bapak ibu dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin, Allah lebih mengetahui kemaslahatan keduanya”. (Qs. An-Nisa; 4: 135)
Dalam sebuah kesempatan, ketika seorang perempuan dari suku Makhzun dipotong tangannya lantaran mencuri, kemudian keluarga perempuan itu meminta Usama bin Zaid supaya memohon kepada Rasulullah untuk membebaskannya, Rasulullah pun marah. Beliau bahkan mengingatkan bahwa, kehancuran masyarakat sebelum kita disebabkan oleh ketidakadilan dalam supremasi hukum seperti itu.
Dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: adakah patut engkau memintakan kebebasan dari satu hukuman dari beberapa hukuman (yang diwajibkan) oleh Allah? Kemudian ia berdiri lalu berkhutbah, dan berkata: ‘Hai para manusia! Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu itu rusak/binasa dikarenakan apabila orang-orang yang mulia diantara mereka mencuri, mereka bebaskan. Tetapi, apabila orang yang lemah mencuri, mereka berikan kepadanya hukum’. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, Dariini, dan Ibnu Majah)
“Sesungguhnya Allah akan melindungi negara yang menegakkan keadilan walaupun ia kafir, dan tidak akan melindungi negara yang dzalim (tiran) walaupun ia muslim”. (Mutiara I dr Ali ibn Abi Thalib) Pilihlah pemimpin yang jujur:
Dari Ma’qil ra. Berkata: saya akan menceritakan kepada engkau hadist yang saya dengar dari Rasulullah saw. Dan saya telah mendengar beliau bersabda: “seseorang yang telah ditugaskan Tuhan untuk memerintah rakyat (pejabat), kalau ia tidak memimpin rakyat dengan jujur, niscaya dia tidak akan memperoleh bau surga”. (HR. Bukhari)
Pilih pemimpin yang mau mencegah dan memberantas kemungkaran seperti korupsi, nepotisme, manipulasi, dll:
“Barang siapa melihat kemungkaran, maka hendaknya ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka hendaknya merubah dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan yang demikian itulah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim)
Pilih pemimpin yang bisa mempersatukan ummat, bukan yang fanatik terhadap kelompoknya sendiri:
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyatakan dalam Al Qur’an :
“ … Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian, orang-orang Muslim, dari dahulu … .” (QS. Al Hajj : 78)
Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir menukil satu hadits yang berbunyi :
“Barangsiapa menyeru dengan seruan-seruan jahiliyah maka sesungguhnya dia menyeru ke pintu jahanam.” Berkata seseorang : “Ya Rasulullah, walaupun dia puasa dan shalat?” “Ya, walaupun dia puasa dan shalat, walaupun dia mengaku Muslim. Maka menyerulah kalian dengan seruan yang Allah telah memberikan nama atas kalian, yaitu : Al Muslimin, Al Mukminin, Hamba-Hamba Allah.” (HR. Ahmad jilid 4/130, 202 dan jilid 5/344)
Ada beberapa sifat baik yang harus dimiliki oleh para Nabi, yaitu: Amanah (dapat dipercaya), Siddiq (benar), Fathonah (cerdas/bijaksana), serta tabligh (berkomunikasi dgn baik dgn rakyatnya). Sifat di atas juga harus dimiliki oleh pemimpin yang kita pilih.
Pilih pemimpin yang amanah, sehingga dia benar-benar berusaha mensejahterakan rakyatnya. Bukan hanya bisa menjual aset negara atau kekayaan alam Indonesia untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Pilih pemimpin yang cerdas, sehingga dia tidak bisa ditipu oleh anak buahnya atau kelompok lain sehingga merugikan negara. Pemimpin yang cerdas punya visi dan misi yang jelas untuk memajukan rakyatnya.
Terkadang kita begitu apatis dengan pemimpin yang korup, sehingga memilih Golput. Sikap golput atau tidak memilih pemimpin merupakan sikap yang kurang baik. Dalam Islam, kepemimpinan itu penting, sehingga Nabi pernah berkata, jika kalian bepergian, pilihlah satu orang jadi pemimpin. Jika hanya berdua, maka salah satunya jadi pemimpin. Sholat wajib pun yang paling baik adalah yang ada pemimpinnya (imam).
0 komentar:
Posting Komentar