Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Maha Pengampun

Written By Rudianto on Rabu, 25 Mei 2011 | 08.14


Pada zaman hidup Rasulullah, ada seorang wanita yang hidupnya bergelimang dengan dosa berzina dan membunuh. Dia akhirnya sadar akan kesalahannya dan ingin kembali kepada cara hidup yang diridhai Allah SWT. Sungguhpun begitu, dia merasa bingung adakah dirinya akan diampuni Allah SWT ataupun tidak. Dia sadar dosa-dosanya terdahulu amat berat dan takut- takut taubatnya tidak diterima. Perasaan itu bermain-main dalam pemikirannya sehingga hidupnya tidak tenteram.

Pada suatu malam, ketika sedang duduk mengenangkan nasib dirinya, wanita itu ternampak seorang sahabat karib Rasulullah SAW yaitu Abu Hurairah. Abu Hurairah dalam perjalanan pulang ke rumahnya dari masjid. Tanpa berlengah, wanita itu pergi menemui Abu Hurairah dan bertanya kepadanya, “Wahai Abu Hurairah, saya telah melakukan dosa besar kepada Allah. Adakah pintu taubat masih terbuka bagi orang seperti saya?” Abu Hurairah bertanya, “Apakah dosa besar yang kamu lakukan?” wanita itu menjawab, “Saya pernah berzina sehingga melahirkan anak lelaki, kemudian saya bunuh anak itu karena malu.”

Mendengar jawaban itu, Abu Hurairah terus berkata, “Habislah kamu, tidak ada pengampunan bagi orang seperti kamu, kesalahan kamu amat besar.” Mendengar kata-kata sahabat baik Rasulullah SAW itu, wanita itu amat sedih mengenangkan nasib dirinya. Betapa besar dosanya kepada Allah SWT hingga tidak akan diampunkan lagi.

Tiba-tiba Abu Hurairah terfikir, “Aku telah menjatuhkan hukum kepada wanita tadi, sedangkan Rasulullah SAW masih hidup. Mengapa aku tidak merujuk masalah itu kepada baginda dahulu.”

Pada keesokan harinya, Abu Hurairah menemui Rasulullah SAW dan mengadu apa yang terjadi malam sebelumnya. “Wahai Rasulullah, malam tadi saya bertemu dengan seorang wanita yang datang meminta fatwa padaku tentang kesalahan dirinya. Dia banyak melakukan dosa besar dan ingin bertaubat. Lalu saya mengatakan bahwa dosa-dosanya tidak akan diampunkan Allah SWT.”

Mendengar kata-kata Abu Hurairah itu, Rasulullah SAW bersabda, “Di manakah pertimbangan kamu tentang firman Allah SWT: Dan mereka tidak menyembah selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan kecuali atas alasan yang betul dan tidak pula berzina.

Barang siapa melakukan perkara yang dicegah, mereka akan mendapat balasan atas kesalahannya. Akan digandakan untuknya adzab siksa pada hari kiamat dan mereka kekal didalam adzab itu dengan penuh kehinaan, kecuali orang-orang yang menyesal dan memohon ampun dan percaya serta taat kepada Tuhan dan mengerjakan amalan kebaikan, maka Tuhan akan menggantikan kejahatan mereka dengan kebaikan. Tuhan itu Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani.” (QS al-Furqaan : 68~70)

Selepas mendengar teguran Rasulullah SAW, Abu Hurairah merasa bersalah pada dirinya. Dia bertindak tanpa ketelitian hingga menghampakan wanita itu untuk kembali ke jalan Allah SWT. Dia merasa bersalah terhadap wanita itu dan ingin menebus kembali kesalahannya semalam.

Abu Hurairah beredar bagi mendapatkan wanita itu. Dia pergi ke kota Madinah, bertanyakan orang awam yang lalu-lalang. Akhirnya dia bertemu dengan wanita itu setelah seharian mencari, lalu menyampaikan pesan Rasulullah SAW bahwa pintu taubat senantiasa terbuka untuknya dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani. Apabila wanita tersebut mendengar penjelasan Abu Hurairah, hatinya terharu sambil menitiskan air mata tanda kegembiraan. Dia berkata, “Saya ada sebuah dusun dan saya ingin dermakan dusun itu kepada fakir miskin.”

Sesungguhnya kasih sayang Allah dan sifat pengampunan-Nya maha luas. Mohonlah keampunan tanpa perlu ada rasa ragu dan jemu. Basahi lidah dengan kalimah istighfar berserta amal shaleh demi mencari keridhaan-Nya. Mudah- mudahan kita kembali kepada-Nya dalam keadaan ‘putih bersih’ seperti mana dulu kita dilahirkan.