Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Bagaimana Supaya Khusyu' Sholat

Written By Rudianto on Kamis, 12 Mei 2011 | 11.46


Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, dia sangat wara dan sangat khusyu sholatnya. Namun dia selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyu dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyu.

Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Isam dan bertanya : “Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan sholat?”
Hatim berkata : “Apabila masuk waktu sholat aku berwudhu lahir dan batin”

Isam bertanya, “Bagaimana wudhu lahir dan batin itu?” Hatim berkata, “Wudhu’ lahir sebagaimana biasa, yaitu membasuh semua anggota wudhu dengan air. Sementara wudhu batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara :
Bertaubat
Menyesali dosa yang dilakukan
Tidak tergila-gila oleh dunia
Tidak mencari/mengharap pujian orang (riya)
Tinggalkan sifat berbangga diri
Tinggalkan sifat khianat dan menipu
Tinggalkan sifat dengki

Seterusnya Hatim berkata, “Kemudian aku pergi ke masjid, aku siapkan seluruh anggota tubuhku untuk menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula bahwa aku seolah-olah berdiri di atas titian ‘Sirratul Mustaqim’ dan aku menganggap bahwa sholatku kali ini mungkin adalah sholat terakhirku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik.

Setiap bacaan dan do’a dalam sholat kufahami maknanya, kemudian aku ruku dan sujud dengan tawadhu, aku bertasyahud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bersholat selama 30 tahun.”

Apabila Isam mendengar, menangislah dia karena membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.

0 komentar:

Posting Komentar