Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

KUNCI SYURGA

Written By Rudianto on Rabu, 18 April 2012 | 13.01

Bagaikan sebuah pintu yang terkunci, sudah semesti untuk membukanya memerlukan sebuah kunci untuk membuka pintu tersebut.Pernahkah kita terbayang akan pintu-pintu syurga? Bagaimana kita hendak membuka pintu-pintunya? Bagi yang sentiasa merindui dan mengharapkan syurga pasti akan berusaha mencari kuncinya walaupun terpaksa mengorbankan nyawa sendiri.

Usahlah kita gundah dan gelisah karena Rasulullah shalallaahu`alaihi wasallam sudah menunjukkan kepada umatnya apakah kunci syurga itu, sebagaimana yang tersebut di dalam sebuah hadits:

“ Telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz bin Abdullah berkata, telah menceritakan kepadaku Sulaiman dari 'Amru bin Abu 'Amru dari Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah, bahwa dia berkata: ditanyakan (kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa'atmu pada hari kiamat?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Aku telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini, karena aku lihat betapa perhatian dirimu terhadap hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafa'atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya". (HR. BUKHARI - 97)

Jelas kepada kita kunci syurga itu adalah kalimah tauhid yang sering kita ucapkan.Namun cuba kita fikirkan adakah semudah itu untuk kita membuka pintu syurga? Bukankah kita melihat masih ramai orang yang membuat perkara-perkara kesyirikan, meminta kepada selain Allah, percaya kepada dukun, pawang , bomoh, masih menyembah dan berdoa kepada kubur orang-orang soleh dan banyak lagi perkara yang merosakkan akidah dilakukan? Apakah golongan sebegini juga akan mudah sahaja membuka pintu syurga sekaligus memasukinya? Tidak mungkin!!
Ketahuilah setiap kunci pasti ada giginya.Mana mungkin kunci yang tidak bergigi boleh membuka sebuah pintu.Begitu jugalah pintu bagi syurga iaitu kalimah tauhid.Jadi pintu syurga hanya boleh dibuka oleh orang yang memiliki kunci yang bergigi.

Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan dalam Shahihnya, bahawa seorang pernah bertanya kepada Imam Wahab Ibn Munabbih : “ Bukankah Laa ilaaha illallah itu kunci syurga?”
Wahab menjawab: “ Benar, akan tetapi tidaklah bagi setiap kunci itu melainkan ia mempunyai gigi.Jika engkau membawa kunci yang bergigi, maka pintu syurga akan di bukakan untukmu, jika tidak maka pintu tak akan di bukakan untukmu”

Lalu apakah yang dikatakan gigi bagi kunci tersebut iaitu kalimah لا إله إلا اللهitu? Ketahuilah gigi kunci kalimah tauhid tersebut ialah syarat-syarat لا إله إلا الله !!!.
'

Syeikh Hafiz Ibn Ahmad al-Hakami
telah meletakkan tujuh syarat kalimah لا إله إلا الله di dalam kitabnya Syarat-syaratnya ialah:


1. العلم , al-`Ilmu( mengetahui)

Maksudnya adalah kita harus mengetahui maksud kalimah لا إله إلا الله dengan sebenar-benarnya.Ertinya ialah: “ Tidak ada Tuhan(Ilah,sesembahan) yang berhak disembah dengan benar ,melainkan Allah”.Dalilnya ialah:

Firman Allah ta`ala:

Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya). (Az-Zukhruf: 86
Berkata Ibn Kathir rahimahullah ketika menafsirkan ayat:
Akan tetapi sesiapa yang mengakui yang hak(tauhid) dengan al-Bashirah dan ilmu.

Adapun dalil daripada As-Sunnah pula ialah hadith yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
“ Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Zuhair bin Harb keduanya dari Ismail bin Ibrahim, Abu Bakar berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah dari Khalid dia berkata, telah menceritakan kepada kami al-Walid bin Muslim dari Humran dari Utsman dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa meningggal sedangkan dia mengetahui bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, niscaya dia masuk surga." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakar al-Muqaddami telah menceritakan kepada kami Bisyr bin al-Mufadldlal telah menceritakan kepada kami Khalid al-Hadzdza' dari al-Walid Abu Bisyr dia berkata, aku mendengar Humran berkata, aku mendengar Utsman berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda sama seperti itu." (HR. MUSLIM - 38)

Seandainya kita mengucapkan kalimah tersebut, tanpa mengetahui dan mengerti maknanya yang sebenar maka ucapan atau persaksian tersebut tidak sah dan tidak ada faedahnya bagi kita.


2. اليقين , al-Yaqiin (meyakini)

Maksudnya adalah kita haruslah meyakini secara pasti kebenaran kalimah tauhid لا إله إلا الله tanpa keraguan dan bimbang sedikit pun.

Dalilnya ialah firman Allah ta`ala:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” (QS al-Hujurat: 15)

Rasulullah shalallaahu`alaihi wasallam bersabda:

“Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Khalid berkata, telah menceritakan kepada kami Zuhair berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq dari Al Barro` bin 'Azib bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat pertama kali datang di Madinah, singgah pada kakek-kakeknya ('Azib) atau paman-pamannya dari Kaum Anshar, dan saat itu Beliau shallallahu 'alaihi wasallam shalat menghadap Baitul Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh belas bulan, dan Beliau sangat senang sekali kalau shalat menghadap Baitullah (Ka'bah). Shalat yang dilakukan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pertama kali (menghadap Ka'bah) itu adalah shalat 'ashar dan orang-orang juga ikut shalat bersama Beliau. Pada suatu hari sahabat yang ikut shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pergi melewati orang-orang di Masjid lain saat mereka sedang ruku', maka dia berkata: "Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku ikut shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghadap Makkah, maka orang-orang yang sedang (ruku') tersebut berputar menghadap Baitullah dan orang-orang Yahudi dan Ahlul Kitab menjadi heran, sebab sebelumnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat menghadap Baitul Maqdis. Ketika melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menghadapkan wajahnya ke Baitullah mereka mengingkari hal ini. Berkata Zuhair Telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq dari Al Barro`, dalam haditsnya ini menerangkan tentang (hukum) seseorang yang meninggal dunia pada saat arah qiblat belum dialihkan dan juga banyak orang-orang yang terbunuh pada masa itu?, kami tidak tahu apa yang harus kami sikapi tentang mereka hingga akhirnya Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya: "Dan Allah tidaklah akan menyia-nyiakan iman kalian". (QS. Al Baqoroh: 143) (HR.BUKHARI - 39)

Rasulullah sallallahu`alaihiwasallam pernah memberikan sepasang sepatunya kepada Abu Hurairah radiallahu`anhu:
“Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Umar bin Yunus al-Hanafi telah menceritakan kepada kami Ikrimah bin Ammar dia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Katsir dia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah dia berkata, "Dalam sebuah peperangan kami pernah duduk-duduk mengitari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan bersama kami ada Abu Bakar dan Umar. Lalu beliau beranjak pergi dari sekeliling kami dan terlambat untuk kembali sampai-sampai kami khawatir kalau beliau tertangkap oleh musuh atau tertimpa musibah. Kami semua sangat khawatir, dan orang yang paling mengkhawatirkan keadaan beliau adalah aku. Maka aku pun berdiri dan keluar untuk mencari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga sampai pada sebuah kebun milik kaum anshar dari bani Najjar. Akupun mengitarinya dengan harapan akan mendapatkan sebuah pintu masuk, namun aku tidak mendapatkannya. Dan ternyata ada sebuah aliran sungai dari luar kebun yang masuk dari sebuah pojok kebun. Maka akupun berusaha masuk sebagaimana seekor musang berusaha masuk melalui sebuah lobang sempit. Dan aku pun menemukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau berseru: 'Abu Hurairah! ' Akupun menjawab, 'Ya, wahai Rasulullah."Ada apa?", tanya beliau. Aku menjawab, "Begini wahai Rasul, engkau tadi sedang bersama-sama dengan kami, lalu tiba-tiba engkau pergi meninggalkan kami dan lama tidak kembali hingga kami pun sangat khawatir akan keselamatanmu, terutama aku wahai Rasul. Maka akupun berusaha memasuki kebun ini dari sebuah lobang yang sangat sempit sebagaimana seekor musang, dan mereka (para sahabat yang lain) ada di belakangku. Sambil berkata beliau memberikan kedua sandalnya kepadaku: 'Wahai Abu Hurairah, bawalah kedua sandalku ini, dan siapapun yang kau temui di balik kebun ini ia bersaksi bahwa tidak tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan ia menancapkan keyakinan ini dalam hatinya, maka berilah kabar gembira kepadanya dengan surga.' Dan kebetulan orang yang pertama kali bertemu denganku ialah Umar, maka iapun bertanya, 'Ada apa dengan kedua sandal itu wahai Abu Hurairah? ' Aku menjawab, 'Ini adalah kedua sandal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau menyuruhku untuk membawanya dan menyampaikan kabar gembira surga kepada orang yang pertama kali bertemu denganku sedang ia bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan ia menyakininya dengan hatinya.' Maka Umar pun memukulku dengan tangannya tepat di tengah-tengah dadaku (ulu hati-pent) hingga aku jatuh duduk, lalu berkata, 'Kembalilah wahai Abu Hurairah! ' Maka akupun kembali menemui Rasulullah dengan wajah menahan tangis, dan ternyata Umar saat itu juga mengikutiku. Seketika itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: 'Ada apa denganmu wahai Abu Hurairah? ' Aku menjawab, 'Aku telah bertemu dengan Umar, lalu aku kabarkan kepadanya mengenai apa yang telah engkau perintahkan kepadaku namun tiba-tiba ia memukulku dengan keras tepat di ulu hatiku hingga aku jatuh lunglai, setelah itu dia berkata, 'Kembalilah! ' Maka Rasul pun berkata: 'Wahai Umar, kenapa kamu berbuat demikian? ' Umar menjawab, 'Wahai Rasulullah, apa benar engkau telah mengutus Abu Hurairah dengan kedua sandalmu itu dan menyuruhnya memberi kabar gembira dengan surga bagi orang yang pertama kali ditemuinya sedang ia bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dengan keyakinan yang mantap dalam hatinya? ' Beliau menjawab: 'Ya, benar.' Umar berkata, 'Sebaiknya engkau tidak berbuat demikian wahai Rasulullah, karena sesungguhnya aku sangat khawatir kalau-kalau manusia akan bergantung padanya, dan biarkanlah mereka melaksanakan amalan-amalan yang baik.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata (kepada Abu Hurairah-pent): 'Biarkanlah mereka (tidak mengetahui hadits ini) '." (HR. MUSLIM - 46)

3. القبول , al-Qobulu (menerima)

Maksudnya kita harus menerima segala tuntutan لا إله إلا الله dengan penuh penerimaan senang hati, lisan dan perbuatan, tanpa menolak sedikitpun.Kita tidak boleh sombong menolak kalimah tersebut sama ada untuk mempelajari dan menerima tuntutannya sepertimana yang berlaku kepada kaum musyrikin,

Firman Allah ta`ala pada Surah As Shaafaat:
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, (35)
dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" (36)

4. الانقياد, al-Inqiyaad ( Tunduk, menyerah atau patuh)

Maksudnya kita harus tunduk dan patuh melaksanakan tuntutan لا إله إلا الله dalam amalan-amalan dan tindak tanduk kita.

Firman Allah ta `ala:
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (Az-Zumar: 54)

Firman Allah ta`ala lagi:

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (Luqman: 22)


Rasulullah sallallahu`alaihiwasallam bersabda:
(IBNUMAJAH - 4250) : Telah mengabarkan kepada kami Hisyam bin Abdul Malik Al Himshi telah mengabarkan kepada kami Baqiyah bin Al Walid telah mengabarkan kepadaku Ibnu Abu Maryam dari Dlamrah bin Habib dari Abu Ya'la Syaddad bin Aus dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang berakal (bijak) adalah orang yang bisa menahan nafsunya dan beramal untuk setelah kematian, dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan selalu berangan-angan (kosong) atas Allah."

5. الصدق , ( Jujur dan Membenarkan)

Maksudnya kita harus jujur dalam melaksanakan tuntutan kalimah tauhid, iaitu sesuai antara keyakinan hati dan amal perbuatan, tanpa disertai kebohongan sedikitpun.

Firman Allah jalla wa`ala pada surat Al 'Ankabuut ayat 1-3:

Alif laam miim (1)
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (2)
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (3)

“ Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Hisyam berkata, telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Qatadah berkata, telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menunggang kendaraan sementara Mu'adz membonceng di belakangnya. Beliau lalu bersabda: "Wahai Mu'adz bin Jabal!" Mu'adz menjawab, "Wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu." Beliau memanggil kembali: "Wahai Mu'adz!" Mu'adz menjawab, "Wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu." Hal itu hingga terulang tiga kali, beliau lantas bersabda: "Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah, tulus dari dalam hatinya, kecuali Allah akan mengharamkan baginya neraka." Mu'adz lalu bertanya, "Apakah boleh aku memberitahukan hal itu kepada orang, sehingga mereka bergembira dengannya?" Beliau menjawab: "Nanti mereka jadi malas (untuk beramal)." Mu'adz lalu menyampaikan hadits itu ketika dirinya akan meninggal karena takut dari dosa." (HR. BUKHARI - 125)


6. الإخلاص (Ikhlas dan Murni)

Maksudnya kita harus membersihkan amalan-amalan daripada noda syirik, riya`( ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain). Allah subhaanahu wa Ta`ala berfirman:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah: 5)

Nabi sallallahu`alaihiwasallam bersabda:
“Telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz bin Abdullah berkata, telah menceritakan kepadaku Sulaiman dari 'Amru bin Abu 'Amru dari Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah, bahwa dia berkata: ditanyakan (kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa'atmu pada hari kiamat?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Aku telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini, karena aku lihat betapa perhatian dirimu terhadap hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafa'atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya". (HR.BUKHARI - 97)

7. المحبّة ( Mencintai)

Maksudnya kita harus mencintai kalimat Tauhid, tuntutannya, dan mencintai orang-orang yang bertauhid dengan sepenuh hati, wala`, setia serta kasihkan mereka sepertimana kita mengasihi diri kita sendiri.Kita juga harus membenci segala perkara yang boleh merosakkan tauhid itu,membenci pelaku-pelaku syirik dan perkara-perkara yang boleh meruntuhkan tauhid.

Firman Allah ta`ala;
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Al-Baqarah: 165)

Allah jalla wa`ala berfirman :
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali-Imran: 31)

Nabi shalallaahu `alaihi wasallaam bersabda:
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Ats Tsaqafi berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka" (HR. BUKHARI - 15)

0 komentar:

Posting Komentar