Hukum Mengidolakan Artis, Memuja Lahir Bathin, Berpenampilan Serta Bertingkah Laku Seperti Sosok Yang Diidolakan
Written By Rudianto on Sabtu, 07 April 2012 | 20.15
Adalah ini menjadi suatu perkara yang nyata kemudharatannya ditengah – tengah umat muslim, ketika telah datang kehadapan mereka sosok yang termashyur karena ia seorang publik figur yang elok wajah dan penampilannya hingga kemudian iapun bertingkah laku selayak sosok yang menjadi tauladan baginya.
Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya sekalian artis itu adalah orang – orang yang jahil lagi senantiasa bergelimang dosa, sedang mereka bersuka ria daripadanya. Apabila ia adalah seorang aktor maupun bintang film, maka sesungguhnya..kamu dan sekalian manusia dimuka bumi adalah sekalian aktor jua yang memerankan perannya masing-masing, dan kelak tiap-tiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa-apa yang kamu kerkjakan.
Sedang orang-orang yang berada dibalik layar itu hanyalah kebohongan belaka, mereka memerankan tentang sesuatu yang bukan diri mereka, amat buruklah atas apa-apa yang mereka ada-adakan yang menjual diri mereka dengan setumpuk uang yang nilainya telah melebihi norma lagi aqidah mereka.
Sedang yang sedemikian ini menjadikan kamu lebih banyak mengingat mereka selain daripada ALLAH, Tidakkah kamu memikirkan?
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : dari Abu malik al haris al asy’ari ra. Ia berkata, bahwa Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
Kesucian adalah sebagian dari iman,
Alhamdulillah memberatkan timbangan , subhanallah wal hamdulillah memenuhi ruangan antara langit dan bumi, shalat adalah nur (cahaya), shadaqah adalah burhan (bukti nyata), sabar adalah pelita, Al Qur’an adalah Hujjah( Pedoman) bagimu dan atasmu , semua orang bekerja sampai ada yang menjual dirinya , sehingga ia menjadi merdeka atau malah celaka. (HR Muslim)
Jika yang engkau idolakan itu adalah seorang alim ulama yang baik akhlaknya lagi berilmu tinggi akan agamanya, niscaya itulah yang lebih baik. Sifat lagi akhlak baik akan perkataan maupun seseorang itu adalah mengandung virus, seumpama dalam pergaulan jikalaulah kamu bergaul dengan orang baik niscaya baiklah kamu sedang jika engkau bergaul dengan orang-orang jahil niscaya jahil pulalah kamu.
Demikianlah atas apa-apa yang mereka sifatkan padamu virus-virus yang bersifat baik maupun buruk telah menular secara perlahan sedang engkau tiada sadar. Maka akhi..lagi ukhti sekaliannya..tiadalah layak bagi seorang yang beriman kepada ALLAH dan Rasul-Nya mengambil tauladan daripada orang – orang yang bathil itu terlebih lagi atas orang-orang yang tiada beriman kepada ALLAH (Kafir).
ALLAH Subhana wa Ta’ala berfirman :
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. At Taubah : 55
Ingatlah..ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bahkan dijelang ajal beliau menyebut – nyebut lagi memanggil-mangilmu “ummati..ummati..” (ummatku..ummatku..) demikian pula ketika semua manusia telah dikumpulkan pada hari berbangkit kelak, semua nabi dihadirkan kehadapan seluruh manusia untuk menjadi saksi atas apa-apa yang mereka sampaikan. Sekalian nabi itupun gelisah lagi mengkhawatirkan diri mereka karena takut atas kesalahan yang mereka sampaikan, melainkan hanya ada satu Nabi yang tiada mengkhawatirkan dirinya dan hanya mengkhawatirkan hal yang lain, beliau menyeru dengan seruan “ummati..ummati” (ummatku..ummatku), dan beliau adalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar