Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

BEBERAPA ASPEK DAKWAH

Written By Rudianto on Minggu, 15 April 2012 | 10.40


BEBERAPA ASPEK DAKWAH

PENDAHULUAN

Hidup ini hanyalah masalah pilihan Baik-Buruk yang di dalam Al Quran diilhamkan Allah kepada manusia sebagai pilihan dari nafs dengan sebutan Fujuraha wa Taqwaha (As Syams: 8). Jadi, baik buruk perbuatan dan tingkah laku mau¬pun sikap hidup seseorang yang dilakukan secara sadar, merupakan pilihan dirinya, sebab perbuatan didorong oleh kehendak (kebutuhan, hasrat, keinginan, cita-cita, nafsu, kemauan) yang lahir dalam dirinya sendiri dan terbentuk oleh pribadinya piendiri setelah dipertimbangkan oleh perasaan dan mendapat pengawasan dari pikirannya. Dalam hal demikian, dakwah memberikan kemampuan memilih yang terbaik dan yang benar, yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah, sehingga jalinan hubungan secara vertikal, horizontal mau pun diagonal Letap berlangsung secara harmonis.
Kemampuan memilih ini sering tidak mudah dilakukan oleh manusia karena pertimbangan-pertimbangan material ataupun spiritual. Dakwah adalah saluran petunjuk Tuhan yang benar, sebab dakwah membawa :misi (mission) seluruh ujaran agama-Nya. Agama yang telah diridloi dan sah sebagai agama bagi seluruh manusia adalah Islam. Islam yang mengandung arti:
a. bebas dan bersih dari penyakit lahir dan batin
b. bersih dan selamat dari kecacatan lahir batin
c. perdamaian dan keamanan lahir batin
d. tunduk dan patuh serta menyerah diri kepada Allah
e. lawan dari syirik, kafir dan
f. ikhlas dalam beribadah

adalah hidayah dari Allah ke jalan keutamaan, jalan yang lurus (Al Fatihah : 6). Kemampuan memilih yang telah ada pada diri manusia yang juga merupakan hidayah daripada-Nya kemudian dimotivasi oleh dakwah agar memilih Shirathal Mustaqiem. Pemilihan yang dilakukan manusia itu meliputi tiga masalah pokok; yakni: Perkataan, Perbuatan dan Kehen¬dak. Pemilihan manusia terhadap sesuatu nilai yang ada di de¬pannya berupa tiga unsur pokok tadi, oleh dakwah diberikan kekuatan penggerak (motif) agar menjelma dalam ibadah. Konsep ibadah membentuk motivasi (adanya niat), tingkah laku dan tujuan, yang antara lain berwujud:
1. Ibadah Ritual:
Ibadah ritual ini diikat oleh hukum-hukum baku tertentu yang membentuk disiplin normatif dengan prinsip semtia dilarang kecuali yang diperintahkan. Hukum-hukum baku ini berlaku bagi siapa pun, kapan pun dan di mana pun, mengikat kuat tetapi tidak memaksa. Yang ada adalah ikatan yang timbul dari kesadaran jiwa dari pribadi yang telah me¬nemukan ketenangan diri (muthmainnah).
2. Ibadah Multikondisi:
Setiap aspek kehidupan manusia menimbulkan sikon berbe¬da-beda berdasarkan kelainan tingkat strata kehidupan, dan bukan terletak pada kualitas manusianya. Semua manusia, di hadapan Tuhan sama, hanya taqwanyalah yang mengangkat strata dirinya dan kualitasnya di sisi Allah. Artinya, sikap ibadah seseoranglah yang menghubungkan manusia pada level yang sama. Masing-masing dapat bersaing pada kondisi dan posisinya dalam meningkatkan motivasi ibadah melalui kompetisi fastabiqul khairat. Kompetisi ini, menuntut adanya orientasi kehidupan dengan cara-cara berpikir, berkehen¬dak dan berperasaan serta berbicara dan bertindak yang se suai dengan kehendak Allah dengan prinsip semua dibolehkan kecuali yang dilarang. Ibadah multikondisi memerlukan sikap sabar (keteguhan hati) yaitu kemampuan berekspresi dan mempengaruhi diri sendiri dan orang lain untuk tetap dan terus berpegang pada nilai-nilai agama. Untuk ini diperlukan pengendalian gejolak nafsiah dan tingkah laku pada proporsi iman tanpa penyimpangan-penyimpangan.

Dakwah memberikan kemantapan kepada manusia untuk mampu beribadah, beramal sholih dan berakhlak mulia, untuk mengejar kampung akhirat dengan tidak melupakan bagiannya di dunia, berbuat baik dan tidak melakukan kerusakan di dunia setelah dunia ini dalam keadaan baik. Dan ketaqwaan kepada Allah menjadi urat nadinya. Karena dakwah pada akhirnya harus mampu memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, maka dakwah harus ampuh dalam teknis operasionalnya dan efektif dalam tugasnya melayani kemanusiaan serta intensif da¬lam seluruh komponen yang mendukung keberhasilannya men¬capai tujuannya.

PENGERTIAN DAKWAH
Arti bahasanya, dakwah adalah menyeru, mengajak, me¬manggil, mengundang, mendoakan yang terkandung di dalam¬nya anti menyampaikan sesuatu kepada orang lain untuk menca¬pai tujuan tertentu.
Menurut istilah, dakwah mempunyai bermacam-macam pengertian, tergantung pada tujuan yang hendak dicapainya, dan cara menyampaikannya.

Dakwah dapat dikatakan sebagai suatu strategi penyampai¬an nilai-nilai Islam kepada umat manusia dewi terwujudnya tata kehidupan yang imani dan realitas hidup yang islami.

Dakwah juga dikatakan sebagai agen mengubah manusia ke arah kehidupan yang lebih baik.

Pengertian yang mencakup dan agak luas adalah suatu sistem kegiatan dari seseorang, sekelompok, segolongan umat Islam sebagai aktualisasi imaniah yang dimanifestasikan dalarn hentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, doa, yang disampaikan dengan ikhlas dan menggunakan metode, sistem dan teknik tertentu agar mampu menyentuh kalbu dan fithrah seseorang, keluarga, kelompok, massa dan masyarakat manusia, supaya dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Ketika nabi besar Muhammad saw. diutus ke muka bumi oleh Allah swt. maka terlihat dengan jelas bahwa misi beliau dengan membawa agama Islam itu, untuk kepentingan umat manusia sendiri dan bahkan sebagai rahmatan lil 'alamin.

Kalau kita telusuri sejarah Islam dan memperhatikan rahasia keberhasilan dakwah beliau itu, maka dapat kita simpulkan ke dalam tiga hal pokok, yaitu: Subjek Dakwah, Materi Dakwah dan Metode Dakwah yang menunjukkan betapa pentingnya pelaksanaan dakwah sepanjang masa dalam berhadapan atau menghadapi objek yang selalu berkembang dan semakin bervariasi. Lebih-lebih di zaman kemajuan seperti sekarang ini, maka dakwah tidak hanya makin penting artinya, malahan juga makin dirasa perlu pemekaran meto¬denya sesuai dengan tuntutan zaman. Manusia sebagai objek dakwah, yang mula-mula hanya bermasyarakat primitif kemudian berkembang menjadi agraris, seterusnya menjadi masyarakat industri dan servis tentu memerlukan penanganan khusus karena mereka juga mempunyai ciri-ciri, sifat dan karakteristik yang khusus. Karena pentingnya dakwah, maka Nabi Muhammad saw. menghukuminya dengan wajib (fardlu).

Bagi umat Islam yang memiliki kecakapan, memenuhi persyaratan-per-syaratan baik imani, islami, ilmi dan khuluki, maka berdakwah baginya adalah Fardlu Kifayah dengan predikat Da'in. Sedang. kan predikat kedua dengan hukum Fardlu 'Ain adalah bagi seluruh pribadi muslim dan disebut Ra'in, karena mampu dan bisa.dilaksanakan oleh siapa saja, di mama saja dan kapan pun. Mereka itulah, baik yang berpredikat Da'in maupun dengan sebutan Ra'in, adalah subjek dakwah.

SUBJEK DAKWAH
Bahwa tugas berdakwah itu wajib, sudahlah jelas. Bahwa tujuan dakwah adalah untuk memperbaiki masyarakat dan ingin agar ajaran Islam meresapi kehidupan masyarakat manusia, menjadi anutan dan applied dalam tata kehidupan kemanusiaan, juga tidak perlu dijelaskan lagi. Maka tugas pelaksana dakwah adalah hubungan masyarakat yang berperan sebagai konsultan agama, sebagai pemimpin dan berfungsi sebagai dokter atau psikiater (psychiater), dalam rangka ikut serta memecahkan problema kehidupan masyarakat manusia yang sangat luas dan multikompleks itu. Sikap seorang da'i adalah,
bahwa akan banyak lalat yang bisa ditangkap dengan gula daripada diperangkap dengan racun. Sebab dengan demikian seorang da'i akan mampu memikat pencintanya melalui sistem yang digariskan AlQuran yaitu bilhikmati wa almau'izlatil hasanah. Jenis ini, semacam profil da'i yang dikehendaki oleh dunia modern, yang memahami kondisi dan situasi masyarakat yang menjadi sasarannya melalui pendekatan-pendekatan psikologis, sosiologis, politis, ekonomis, kultural dan sebagainya.

Untuk itu, seorang da'i juga harus diperlengkapi dengan pengetahuan yang cukup luas karena tugasnya sangat berat. Sebab manusia yang berada dalam situasi dan kondisi lingkungan yang berbeda-beda itulah maka da'i hams mampu berinteraksi dengan alam lingkungan itu. Untuk interaksi ini, manusia perlu ketegasan dalam sikap dan wataknya. Jadi, tugas da'i sebagai psikolog (psycholog) adalah membentuk watak manusia sesuai dengan ajaran Islam. Atau memberikan kemampuan dan kekuatan bagi mereka agar tangguh dalam menghadapi situasi dan kondisi alam lingkungannya, tidak mudah terpengaruh atau terbawa oleh anus dan tetap teguh dengan pendirian agamanya. Tegasnya, seorang da'i hams mampu membentuk manusia yang berwatak dengan moral agama. Bila watak yang demikian itu dapat dibentuk oleh subjek dakwah, maka Insya Allah objek dakwah itu akan dapat dijinakkan, digerakkan dan diarahkan yang pada gilirannya akan dapat dibentuk dan diperbaiki sesuai dengan ajaran agama (tujuan dakwah).

Sebagai Da'i, pelaksana dakwah sekurang-kurangnya harus:
1. sanggup menyelesaikan beban yang ditugaskan kepada diri¬nya, mempertahankan agama sebagai kebenaran mutlak, dan menyebarluaskan nilai-nilai keagamaan sebagai keyakinan dan prinsip hidup yang benar.
2. mampu mengubah hidup manusia ini lebih berharga (bernilai) dan memberi kemampuan kepada mereka untuk menjadikan hidupnya di dunia ini sebagai investasi untuk kehidupannya di akhirat kelak.
3. pribadi atau individu yang selalu eksis dan konsisten terhadap tujuan dakwah, fungsi dan peranannya.

Sebagai Ra'i, pelaksana dakwah harus memperhatikan prinsip-prinsip kepem-impinan yang baik, misalnya:
1. sifat terbuka
2. berani berkorban
3. aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat
4. sanggup menjadi pelopor dan perintis dalam kebajikan
5. mengembangkan sifat-sifat ko-operatif, kemanusiaan dan sikap-sikap toleransi, kebijaksanaan dan keadilan sosial
6. tidak menjadi parasit atau membebani masyarakat
7. percaya diri dan yakin akan kebenaran yang dibawanya
8. optimisme dan tidak mudah putus asa.

Dengan semangat dan jiwa agama yang mantap dalam diri pelaksana (subjek) dakwah, maka baik da'i maupun ra'i akan berani menentukan sikap hidupnya secara agamis sehingga tujuan akhir dakwah sebagai jalan yang terbaik bagi kehidupan umat manusia benar-benar dapat diwujudkan di tengah-tengah masyarakat manusia yang menjadi objeknya.

0 komentar:

Posting Komentar