Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

Mangkuk Kayu

Written By Rudianto on Senin, 04 April 2011 | 09.14

Seorang kakek tua tinggal bersama anak laki-lakinya, menantu dan cucunya yang berusia empat tahun. Tangan lelaki tua itu gemetaran, matanya kabur, dan jalannya bertatih-tatih.

Keluarga ini makan bersama di meja. Tapi tangan kakek tua yang gemetaran dan matanya yang kabur membuatnya tidak dapat makan dengan baik. Pastei (Pie0 sering jatuh ke lantai dan saat ia coba minum, airnya tertumpah ke atas meja.

Anak dan menantunya menjadi jengkel karena kakek tua itu sering mengotori meja makan.

“Kita harus berbuat sesuatu tentang ayah,” katanya anaknya.

“Aku sudah tidak tahan lagi dengan air yang tumpah ke mana-mana, makanan di lantai dan cara makannya yang membuat orang tidak nyaman.”

Lalu, pasangan suami istri ini menyiapkan satu meja kecil di hujung ruangan. Di situ, kakek tua makan sendirian sementara keluarganya menikmati makan bersama di meja makan. Karena kakek tua sering memecahkan piring, makanannya disajikan di atas mangkuk-mangkuk kayu.

Saat keluarganya memandang ke arahnya yang sedang duduk makan sendirian, seringkali mereka melihat air mata di mata kakek. Namun, tetap saja, pasangan suami istri itu dengan keras menegur kakek ketika ia menjatuhkan senduk atau menumpahkan makanan.

Suatu hari sebelum makan malam, sang ayah melihat anaknya bermain dengan serpihan kayu di lantai. Dengan hangat, ayahnya bertanya, “Apa yang sedang kamu lakukan?” Dengan penuh kasih anaknya menjawab, “Oh, saya sedang membuat mangkuk untuk papa dan mama makan setelah saya dewasa.” Dengan senyuman di bibir, anak itu melanjutkan apa yang sedang dilakukannya.

Kata-kata anak kecil itu membuat orang tuanya tersentak. Lalu air mata berlinangan di pipi mereka. Sekalipun mereka tidak berkata apa-apa, mereka tahu apa yang harus dilakukan.

Malam itu, sang suami memimpin tangan kakek dengan lembut dan membawanya ke meja makan keluarga. Di sisa hidupnya, kakek itu makan bersama keluarganya. Dan entah mengapa, anak atau menantunya, tidak lagi merasa terganggu saat kakek menjatuhkan senduk, menumpahkan air dan mengotori meja makan.

(The Wooden Bowl - Kisah ini pertama kali ditulis oleh Leo Tolstoy The old man and his grandson)

0 komentar:

Posting Komentar