Assalamu'alaikum ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  Nurisfm Network
Naskah tentang Ilmu Agama Islam dalam media ini diambil dan disusun dari berbagai sumber. Tidak tercantumnya sumber dan penulis, bermaksud untuk penyajian ilmu yang 'netral' semata. Mudah-mudahan menjadikan amal baik bagi penulisnya dan mendatangkan kebaikan bagi sesama. Kelemahan dan kekurangan serta segala yang kurang berkenan dihati mohon dimaafkan. Apabila ada pihak yang keberatan atau merasa dirugikan dimohonkan menghubungi Admin (Abu Azka). Dan untuk naskah-naskah ilmu pengetahuan umum, Insya Allah akan dicantumkan sumber dan atau penulisnya. Mohon Maaf sebelumnya, sekian dan terima kasih ^-^

RAMADHAN DAN MAKAN BERLEBIHAN

Written By Rudianto on Senin, 23 Juli 2012 | 23.02

Segala puji hanya milik Allah, Dia berfirman yang artinya: "Dan makan minumlah kalian tapi jangan israf (berlebih-lebihan di dalamnya). Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat israf." (Al-A'raf: 31). Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah yang . berkata: "Tiada suatu tempat yang lebih jelek diisi manusia daripada perutnya.." juga kepada segenap keluarga dan para sahabatnya. Amma ba'du: Sungguh, makan dan minum dalam sejarah umat adalah sudah amat jauh berlalu. Sumbernya adalah Al-Qur'an dan Hadits. Demikian pula dari kitab-kitab fiqh, nasihat dan etika. Semuanya itu, melarang yang haram dan menyuruh mewudjudkan tatakrama syar'i di dalamnya. Sedangkan pada saat sekarang ini, makanan sudah menjadi tujuan hidup dan berfoya-foya bagi mayoritas insan. Banyak harta yang dihamburkan sia-sia dalam membeli makanan dan minuman. Di banyak rumah dan restoran terdapat hidangan terbuka dan saling berlomba kemewahan dalam pesta yang ... Tidak sedikit umat yang terjerat dan membeo masyarakat Barat yang materialis dan hedonis. Kehidupan mereka sudah tercemari dengan israf, utamanya dalam pesta dan lebarannya. Hingga terjadilah hari-hari raya kita menjadi fenomena israf dan kemewahan. Bukan arena ibadah dan memperbanyak qiyamul lail. Makanya, makanan berubah menjadi sesuatu yang membahayakan, padahal sudah sedemikian banyak peringatan. Maka sangatlah perlu demi keamanan soskom penggalakan hidup sederhana. Sungguh manusia itu adalah termasuk makhuk yang meiliki berbagai tugas penting; ibadah kepada Allah, meramaikan bumi dan menegakkan keadilan dan kebajikan. Hal ini, memang diperlukan makanan untuk tumbuh, hidup, bergerak dan bekerja. Juga perlu air, karena manusa tidak akan mampu bertahan hidup lama tanpa benda yang satu ini. Oleh sebab itu, pemenuhan hajat makan dan minum adalah sesuatu yang fithri. Demikian pula memelihara unsur gizi yang beragam dan seimbang tanpa israf, akan memberikan badan kuat, sehat yang kontinyu dan usia panjang penuh keberkahan. Tidak cukup, seseorang itu hanya mengkonsumsi dari satu macam makanan saja, tapi harus mengandung unsur-unsur dan zat dasar. Seperti; mineral, glukosa, protein, lemak, fitamin dan aneka zat tambang. Jika manusia makan sekedar menutupi kelaparan dan minum untuk menghilangkan kehausan, maka hal ini adalah sesuai tuntutan logika dan sunnah dalam kaca mata syar'i. Karena memelihara kehidupan dan panca indera. Muhyiddin Mastu berkata dalam bukunya, "Makan dan minum antara sedang dan israf": "Jika ... bisa mendatangkan sakit dan bahkan kematian, maka tanpa dia menyebabkan sakit jiwa dan lemah ibadah. Sedangkan wasathiyah (tindakahn tengah-tengah) mampu mendorong jiwa dan memperlihatkan semangatnya. I'tidal (balancing) adalah tindakan tawasut antara pengiritan dan israf, juga antara kikir dan belanja yang berlebihan dari hal yang halal dalam makan dan minum. Rasulullah r telah mendorong untuk berbuat seimbang dan menganjurkan untuk tidak berlebihan dalam makan dan minum. Beliau bersabda: "Orang kafir makan dalam 7 buah perut, sedangkan seorang mukmin itu makan dalam sebuah lambung saja." (HR. Muslim) Hatim pernah mencela orang yang berlebihan (kebanyakan) makan: "Sungguh, jika kamu penuhi permintaan perut dan kemaluanmu (dengan yang tak sesuai), maka kamu akan menuai celaan karenanya." Maka dari itu, balancing adalah tindakan tengah-tengah antara lapar dan kekenyangan. Yaitu dengan meminimkan jumlah makanan dan minuman tanp mengurangi hajat badan dan pekerjaan. Dalam hal itu terkandung beberapa faedah; kesehatan, otak brilian, kuat hafalan, sedikit tidur dan ringan badan (dalam bergerak). Sebagian orang bijak berkata: Obat yang terhebat adalah mengatur takaran makanan. Sebaliknya, memperbnyak makan akan menambah kejelekan. Karena akan menjadikan orang-orang tukang makan yang kelewat batas sebagai tujuan. Mereka akan mengerahkan harta yang tidak sedikit untuk membelinya, mereka menghabiskan waktu yang lama dalam pasar, demi membeli berbagai macam makanan. Mereka yang telah menjadikan tujuan utamanya adalah isi perutnya, kesenangan dan syahwatnya. Mereka akan ,,, dengan hartanya untuk menolong saudaranya yang kelaparan dan tertimpa musibah. Maka hal ini akan memunculkan pemandangan banyak kelaparan disamping harta (sebagian orang) tersia-siakan. Sungguh; israf, mubdzir, kemewahan dan berbangga-banggaan itu termasuk etiket dan kelakuan sangat berbahaya. Tapi sungguh amat disayangkan, hal ini telah merasuki kehidupan sebagian umat di berbagai bidang. Tidak mengherankan, mereka berlomba dalam aneka makanan dan minuman dalam pelbagai acara dan resepsi yang menghabiskan biaya amat mencengangkan. Memang amat mengherankan, sekelompok orang mengadakan acara suka cita dan resepsi dengan biaya amat tinggi sedangkan saudaranya di belahan dunia lain tertimpa kesusahan dan aneka tragedi. Ali bin Abu Thalib pernah berkata: Tiada seorang fakir-pun yang kelaparan kecuali akibat orang kaya yang sangat menikmati miliknya (hingga lupa hak-hak si fakir). Qadhi 'Iyadh pernah berkomentar: Sungguh kebanyakan makan dan minum itu sebuah bukti atas ... , tamak, ,,, dan ditunggangi nafsu syahwat. Itu semua merupakan penyebab kerugian dunia akhirat, mendatangkan penyakit dan melemahkan kekuatan jiwa (ruhani). Sungguh tindakan israf dalam makan dan minum menyebabkan terakumulasi di dalam badan, yang akhirnya berubah menjadi daging, lemak, kegemukan dan akhirnya perut buncit. Tidak sedikit orang yang berhenti dari pekerjaan dan aktivitasnya sebab hal-hal tersebut. Pemeo lama menuturkan: "Perut gendut (kekenyangan) menghilangkan (mengurangi) kecerdasan." Umar bin Khathab pernah memberi wejangan: "Jauhilah perut gendut, karena menyebabkan malas shalat dan mendatangkan penyakit pada jasad. Tapi, jadikanlah makan minum kalian sedang-sedang saja, karena bisa menjauhkan dari penyakit, mendatangkan kesehatan, memperkuat ibadah. Sungguh, seseorang itu tidak akan binasa sehingga ia lebih mengutamakan nafsu syahwatnya daripada urusan agamanya. Di antara ungkapan-ungkapan indah ialah jawaban Maslamah bin Abd. Malik saat ia ditanya Kaisar Romawi: Bagaimana tipe orang terbodoh di antara kalian? Maslamah menjawab: Orang yang memenuhi perutnya dengan apa saja yang ditemuinya. Farqad pernah menasihati kawan-kawannya: Jika kalian mau makan, maka kencang ikat pinggang, perkecil suapan, kunyahlah dengan sempurna dan sedotlah airnya. Jangan kalian longgarkan ikat pinggang hingga lambung ikut melonggar, dan hendaknya masing-masing kalian memakan apa yang ada di hadapannya saja. Para dokter bersepakat, bahwa pangkal penyakit adalah memasukkan makanan di atas makanan lain ke perut. Mereka mengatakan: Mayoritas penyakit itu timbul karena kelebihan makanan dalam tubuh. Ibnul Qayyim Al-Jauzi membagi makan minum menjadi tiga tingkatan dalam kitabnya "At-thibbun Nabawiy" yaitu; Hajah (keperluan), kifayah (kecukupan) dan fudhlah (kelebihan). Pada bulan Ramadhan akan bertambah tinggi pengeluaran sebagian umat Islam guna memenuhi kerakusan mereka. Aktivitas tidur berubah menjadi siang hari, sedangkan sepanjang malam mereka habiskan untuk makan, mengobrol, berkeliling di jalan raya dan tempat-tempat hiburan. Biaya buka shaum dan sahur berlipat ganda dibanding biaya makan tiga kali pada saat sebelum kedatangan bulan Ramadhan. Sampai sudah menjadi hal lumrah, banyaknya sirene ambulance karena konsumsi berlebihan saat buka shaum. Tidak sedikit individu dan masyarakat yang mulai mengikuti tradisi mengadakan pesta dan jamuan makan yang menghabiskan banyak uang. Mereka berlebih-lebihan dalam memakan dan minum tanpa batas setiap bulan, utamanya bulan Ramadhan. Saudara, ketahuilah bahwa kesederhanaan (hidup sedang) akan memperbanyak tabungan pribadi dan keluarga serta menguatkan perekonomian dan perdagangan umat dan negara. Allah berfirman yang artinya: "Dan orang-orang yang tidak israf dan tidak pula pelit jika membelanjakan (hartanya) dan .. " (al-Furqan: 67) Saudaraku yang sedang berpuasa, sungguh berlebihan dalam makan ialah termasuk faktor yang menjerumuskan kepada banyak keburukan. Karena akan menggerakkan anggota badan menuju kepada maksiat dan menjadikan berat untuk melaksanakan ketaatan. Dari dua hal ini saja sudah cukup jelas keburukannya. Ibnul Qayyim Al-Jauzi berkata: Alangkah banyak maksiat yang muncul karena makan berlebihan dan tidak sedikit amal taat yang terhalang olehnya. Maka dari itu, siapa saja yang memelihara kejahatan perutnya maka sungguh ia telah membentengi diri dari keburukan yang besar, karena pengaruh setan yang paling besar terhadap seseorang ialah ketika orang tersebut menjejali perutnya dengan makanan. Jika seseorang sedikit melaparkan diri guna mempersempit jalan setan (yang berjalan dalam darahnya), pasti dirinya akan menaati Allah secara sempurna dan tidak akan meniti jalan para pembangkang. Karena penghancur terbesar bagi manusia adalah nafsu perut. Nabi Adam dan Hawa dikeluarkan dari Surga karenanya. Sesuai dengan penelitian, bahwa perut merupakan sumber nafsu-nafsu dan tempat mengkalnya penyakit dan virus. Maka dari itu, hendaknya kita menghindari kekenyangan dan makan terlalu banyak sebagai realisasi dari hadits: "Manusia tidak mengisi suatu tempat yang lebih buruk daripada perutnya. Cukup baginya beberapa suapan sekedar menegakkan tulang sumbinya. Jika tidak mampu melakukannya, maka hendaknya ia jadikan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum dan sepertiga lagi untuk nafasnya." (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Hakim). Sungguh, nafsu manusia itu jika kenyang akan bergerak, berkeliaran dan berkeliling di pintu-pintu syahwat. Tapi jika lapar maka ia akan diam, tunduk dan lemas. Abu Sulaiman ad-Darani mengatakan: Jika nafsu seseorang sedang lapar dan haus, maka hatinya menjadi jernih dan lembut. Tapi jika kenyang maka hatinya menjadi buta. Kita sekarang berada di suatu era, banyak manusia menghambur-hamburkan harta dan menyia-nyiakannya demi memburu kemewahan. Mereka lupa atau tidak tahu: (1) Bahwa orang yang memubazirkan hartanya adalah saudara setan, ayat menegaskan: "Janganlah kalian menghambur-hamburkan harta. Sesungguhnya orang-orang yang memubazirkan hartanya adalah saudara setan." (al-Isra: 26-27) (2) Bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang israf (membuang-buang harta). Al-Qur'an menjelaskan: "Dan makan minumlah kalian tapi jangan israf. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang bertindak israf." (al-A'raf: 31). (3) Allah akan meminta pertanggungan jawab atas nikmat yang dianugerahkan. Ayat menegaskan: "Kemudian kalian pada hari itu akan ditanyai tentang nikmat-nikmat (yang telah kalian terima)." (at-Takatsur: 8). (4) Allah juga akan menanyakan semua hal yang halal. Seperti yang termaktub dalam ayat: "... " (al-Ahqaf: 20). (5) Orang yang paling kenyang di dunia, akan menderita kelaparan paling panjang di akhirat. Seperti keterangan hadits Nabawi riwayat Abu Na'im dan dishahihkan oleh al-Albani. (6) Umat Muhammad yang terjelek ialah mereka yang berlimpah harta, makan dengan aneka makanan, berpakaian dengan aneka jenis dan mode pakaian serta .... saat berbicara. (7) Termasuk tindakan israf, makan minum dengan semua yang kita maui dan kita senangi. (8) Allah membenci tiga hal; tertawa tanpa sebab, makan tidak karena lapar dan tidur siang tanpa melek malam (demi ibadah). Imam Syafi'i pernah berkata: "Saya tidak merasakan kenyang selama 16 tahun. Karena kenyak itu bisa memberatkan badan dan mengeraskan hati, mengurangi kecerdasan, mendatangkan kantuk dan melemahkan pelakunya dari ibadah." Para ulama dan pakar fiqh menemukan berbagai manfaat "lapar", di antaranya ialah: Hati jernih dan mempertajam penglihatan. Karena kenyang mewariskan kebodohan dan mematikan hati, Hati mudah tersentuh. Dengan demikian maka ia siap menerima lezatnya kesabaran dan buah dzikir. Tunduk, rendah diri dan hilangnya kesombongan. Ini semua merupakan penyebab alpa dan lupa Allah. Mnegingatkan cobaan Allah, siksaNya dan orang-orang yang tertimpa malapetaka. Mematahkan nafsu maksiat, menguasai diri dari gangguan nafsu amarah. Karena sumber maksiat adalah syahwat dan kekuatan yang timbul karena makanan berlebihan. Mengenyahkan kantuk dan membantu untuk melek. Sebab orang yang kenyang akan minum banyak. Sedangkan orang yang banyak makan dan minum akan banyak pula tidurnya. Padahal banyak tidur termasuk banyak menyia-nyiakan umur dan banyak sekali amal kebajikan. Mempermudah dalam membiasakan ibadah. Mendapatkan badan sehat dan lebih jauh dari penyakit. Karena penyakit itu mayoritas timbul karena kebanyakan mmam makan yang tertimbuin di lambung dan urat. Mengurangi biaya hidup. Sebab orang yang terbiasa sedikit makan maka cukup baginya sedikit harta. Bersedekah dengan kelebihan makanan kepada fakir miskin dan anak-anak yatim. Maka hal itu akan menolongnya pada hari kiamat. Ini merupakan bebrapa faedah "menahan lapar" yang bercabang-cabang lagi banyak sekali. Lapar merupakan gudang agung untuk menggaet pahala akhirat. Abu Sulaiman ad-Darani telah menggaris bawahi tentang akibat negative kekenyangan, ia berkata: Siapa yang kenyang akan tersusupi 6 bencana; yaitu ia akan kehilangan lezatnya munajat, tidak mampu mempertahankan hikmah, kehilangan rasa sayang kepada makhluq hidup (karena saat ia keknyang mengira bahwa seluruh manusia adalah kemnyang), ia akan merasa berat dalam beribadah, bertambah parah nafsu binatangnya dan sering pergi ke WC. Setelah itu, makan tercela dalam tiga hal; jika dari seorang ahli ibadah maka akan menjadikannya malas, jika orang yang suka bekerja keras maka akan mendatangkan bencana dan bahaya dan jika ia seorang yang sering mendapatkan sesuatu maka menjadikannya ia tidak adil terhadap Allah dari pada dirinya sendiri. Ketahuilah, bahwa sendawa (kiasan banyak makan) itu termasuk sumber penyakit. Jika ditanykan kepada penghuni kubur; apa yang menyebabkan cepatnya ajal kalian? Maka mereka akan menjawab: Sendawa. Maka dari itu, sebaiknya seorang mukmin itu tidak terlalu mengenyangkan diri walau dari barang halal. Karena jika ia terlalu kenyang dengan barang halal akan menyeret dirinya ke lembah haram. Sungguh benar kata seseorang: "Lapar itu merupakan kunci menggapai akhirat dan pintu zuhud. Sedangkan kenyang itu adalah kunci dunia dan pintu kerakusan. Dan akhirnya, wa aakhiru da'waanaa anil hamdu lillaahi rabbil 'aalamiin.

0 komentar:

Posting Komentar