Alhamdulillah, Ramadhan yang dinanti akan segera tiba. Dialah Ramadhan
yang teramat Mulia. Posisinya yang tinggi membuatnya disebut sebagai
Bulan Yang Agung (sebutan yang tidak pernah disematkan pada
bulan yang lainnya), di bulan tersebutlah pahala dari amalan kita
dilipatgandakan. Bahkan seperti yang kita ketahui bersama berpuasa di
bulan Ramadhan menjadi salah satu dari 5 sendi dalam mendirikan Islam.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Allah akan membalas secara
langsung orang yang berpuasa.“Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung
membalasnya. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu
kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan
Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum dari pada aroma
kesturi.” (Hadits Muttafaq ‘Alaih). Di Bulan Agung ini pula dosa-dosa
kita berpotensi besar untuk diampuni, kita coba simak hadits berikut :
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari
Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. ” (Hadits Muttafaq
‘Alaih). Dan masih banyak hadits2 lain yang menyatakan kehebatan,
keAgungan & keDahsyatan bulan Ramadhan ini yang bisa kita telaah.
Disisi lain harus disayangkan & diakui, seringkali kedatangan
Ramadhan hanya menjadi sebuah rutinitas yang tidak menyentuh ruhiyah
sama sekali, yang akhirnya ditafsirkan sebagai Bulan special dengan
pengertian yang dangkal. inilah Bulan dimana tidak bebas makan dan minum
semaunya, bulan dimana sebentar lagi Lebaran Dimana kita harus
mempersiapkan kedatangannya dengan membeli baju-baju baru,
makanan-makanan lezat nan mewah sehingga akhirnya mendorong harga
sembako menjadi tak terkontrol. Membeli baju baru tentu bukan hal yang
dilarang ataupun salah, namun jika Ramadhan yang mulia itu hanya
diidentikan dengan hal-hal material yang amat kecil itu, tentu amat
disayangkan Bukankah memiliki hati yang baru nan bersih lebih utama,
bukankah pula memiliki semangat baru untuk membangun kepribadian islami
yang kaffah setaun kedepan jauh lebih manfaat. Jadi bahasa
diplomatisnya, bo ya Ramadhan itu kita gunakan dulu untuk menempa diri,
membina akhlak, memperindah Ruhiyah & menata hati dulu lalu kemudian
barulah (kalaupun mau & mampu) kita berbenah secara materi. Berikut
adalah salah satu link yang dapat kita jadikan bahan untuk
mempersiapkan Ramadhan kali ini : Tentu saja ini sebuah kesempatan
istimewa, karena bukan saja bilangan umur kita kian bertambah, tapi juga
belaian kasih Ar-Rahmaan akan menghampiri kita lagi.
Ramadhan
adalah bulan yang penuh dengan rahmat dan keberkahan. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, Ramadhan adalah penghulu
(pemimpin) dari sebelas bulan yang lain. Hanya orang yang kenal
keistimewaan Ramadhan saja yang akan suka cita bila Ramadhan akan tiba.
Sepatutnya kita harus mempersiapkan diri baik-baik guna menyambutnya.
Bagaimana caranya? Langkah-langkah berikut ini barangkali bisa membantu.
1. Mengulangi kembali pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan puasa.
Hendaknya kita memasuki dan menjalani puasa dengan pengetahuan,
pedoman-pedoman yang baik, serta pengalaman-pengalaman yang telah lalu.
Pelajaran itu bisa seputar rukun, syarat sah, syarat membatalkan,
perkara-perkara sunnah dan makruh, serta hikmah yang terkandung di
dalamnya.
2. Persiapan ruhani, yaitu menenangkan jiwa dalam
menghadapi bulan puasa. Rasulullah dan para sahabat mempersiapkan
kedatangan Ramadhan sejak enam bulan sebelum bulan tersebut tiba.
3. Memperbanyak doa sejak bulan ini (Rajab dan Sya’ban), semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala memberi kesehatan, tenaga, kelapangan, dan
kesempatan mengerjakan puasa. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah
supaya kita dapat berpuasa dengan hati yang jujur, tulus dan jauh dari
riya’, ujub, dan segala penyakit yang menghilangkan pahala puasa.
4. Menguatkan semangat untuk melaksanakan satu bentuk latihan dengan
sempurna agar kita memperoleh predikat sebagai muttaqin (orang yang
bertakwa).
5. Siapkan diri untuk menjalankan puasa dengan
perkataan dan perbuatan yang baik dengan sepenuh hati serta ikhlas
semata-mata karena Allah.
6. Tinggalkan kebiasan-kebiasan yang
memberatkan dan merugikan diri, seperti berbelanja berlebihan, tenggelam
dalam hiburan, membuang waktu, dan melakukan perbuatan yang tidak
mendatangkan faedah. Hal tersebut justru bertentangan dengan hikmah
puasa.
7. Sambutlah bulan puasa dengan cita-cita dan azzam
(tekad) yang tinggi dengan memperbanyak ibadah, baik siang atau malam.
Ini diperlukan untuk melatih diri dan mensucikan jiwa. Caranya dengan
mulai melakukan ‘pemanasan’, yakni dengan meningkatkan kualitas dan
kuantitas ibadah kita sejak bulan Rajab dan Sya’ban.
8. Ucapkan
tahniah kepada saudara seiman. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Nasa’i dari
Abi Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah senantiasa
menggembirakan para sahabat saat kedatangan bulan Ramadhan. Rasulullah
menggembirakan para sahabat dengan sabdanya, ”Sesungguhnya akan datang
kepada kamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkati, Allah mewajibkan kamu
berpuasa di dalamnya. Pada bulan Ramadhan dibuka pintu-pintu syurga,
dikunci semua pintu neraka, dibelenggu semua syaitan. Di malamnya ada
satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa yang tidak
memperoleh kebajikan pada malam itu, berartilah diharamkan baginya
segala kebaikan untuk dirinya.”
Pembahasan diatas adalah
sesuatu yang harus kita perhatikan dan tentu saja menjadi bahan
perenungan atau materi pengingat khususnya sekali bagi penulis yang
masih berusaha terus menyusun kepingan kebaikan yang berserakan agar
dapat melekat kokoh di hati dan menjelma menjadi pribadi muslim sejati
yang berakhak mulia. Namun demikian ada satu hal lagi yang membuat hati
ini menjadi sedih melihat Bulan Suci Ramadhan diperlakukan. Coba lah
anda lihat sekitar anda di Bulan Ramadhan, khususnya lagi layar televisi
dirumah anda, coba pindahkan salurannya, semakin dekat waktu berbuka
dan di waktu Sahur coba pindah-pindah lagi….monoton bukan. Hampir semua
menayangkan lawakan+kuis dengan hadiah berlimpah. Tentu saya tidak ingin
menutup mata bahwa benar, ada juga stasiun televisi yang menyiarkan
acara yang cukup bermutu, tapi toh itupun sedikit sekali rasanya. Sangat
sangat sangat disayangkan…Bulan yang seharusnya penuh hikmah &
perenungan ini diselewengkan oleh beberapa pihak menjadi Bulan untuk
terbahak-bahak dan berfoya-foya. Alasan klisenya adalah : supaya
menunggu waktu berbuka tak terasa, dan waktu Sahur tidak mengantuk.
Yaaah….klasik banget alasannya.
Seingat saya waktu kecil dulu
,sebelum “lawak Ramadhan” menjamur seperti sekarang, kami sekeluarga
& banyak keluarga lain tentunya, sanggup tuh menanti waktu berbuka
tanpa harus melihat guyonan-guyonan konyol. Sahurpun kami bisa
menyelesaikannya tanpa harus mengarahkan mata ke televisi untuk sekedar
menyaksikan hadiah dibagikan sambil si Artis membanyol dengan “lucunya”.
Lagipula, bukankah lebih baik merasa lapar lalu bertafakur saat
menunggu waktu berbuka daripada menyaksikan lelucon2 yang terkadang
cenderung kasar&merendahkan, ataupun terkantuk-kantuk saat makan
Sahur daripada melewatinya sambil terbahak-bahak lalu merendahkan
ke-Agungan Ramadhan itu sendiri.
Satu hal menarik lainnya
sekarang ini para entertainer di televisi mulai berani & semakin
berani mengesampingkan rasa malunya tak peduli kapan & dimana dia
tampil. Dulu yang saya ingat pada bulan Ramadhan para entertainer &
artis di televisi selalu menggunakan pakaian muslim/mah atau yang
setidaknya sopan. Walaupun “gaya” tersebut hanya ditunjukan pada bulan
Ramdhan, tapi artinya mereka masih menghormati Bulan Suci dan para
”penghuninya”. Sekarang ini? Jangan Tanya, beberapa artis di televisi
bukan hanya tidak berusaha sopan, beberapa diantaranya (kalau tidak mau
disebut banyak) malah dengan tenang menggunakan pakaian yang mengumbar
aurat…alasannya: mau jadi Pribadi yang apa adanya…wow… terkesan luar
biasa alasanya, tapi bukankah kita setiap saat harus berusaha menjadi
Pribadi yang sesuai dengan Contoh Nabi & Ajaran Agama? Selain itu
ada juga tayangan-tayangan standar seperti senetron dan
infotaiment(kalau tidak mau disebut “ghibah-taiment”) yang hanya
berganti jam tayang. Belum lagi sinetron religi yang sama sekali tidak
religi, yaa hanya dengan tambahan kata “Subhanallah”, “Astaghfirullah”
dsb. dari para pemerannya dikombinasikan dengan tambahan peran ustad
didalamnya, sinetron biasa pun dapat berubah status menjadi “religi”.
Tentu masih banyak tayangan lain yang tidak dapat kita bahas satu
persatu semacam tayangan Syirik berbau religi dsb..
Tulisan ini
tentu tidak bertujuan untuk menyerang apalagi merendahkan pihak
tertentu, tulisan ini hanya sebuah bahan renungan yang mungkin…hanya
mungkin, bisa mengajak kita untuk memposisikan Ramadhan di tempat yang
layak dan terhormat. Mari kita pelajari lagi bagaimana Rasulullah saw
(sebagai sosok utama untuk diteladani) menggunakan waktunya di Bulan
Ramadhan, mari kita buka-buka lagi buku kita yang menjelaskan tentang
dahsyatnya Bulan Ramadhan ini. Mari kita pikirkan berapa Juz dari ayat
suci Alqur’an yang akan kita baca & tadaburi, berapa kali target
kita melakukan Qiyamul lail pada malam-malam di bulan yang Agung ini,
dimana nanti kita akan ber-Itikaf (khususnya di 10 hari terakhir), dan
juga target kita soal amalan-amalan yang akan kita lakukan untuk
memenuhi bulan Ramadhan ini . Nabi saw bersabda :
“Jibril datang
kepadaku dan berkata, ‘Wahai Muhammad, siapa yang menjumpai bulan
Ramadhan, namun setelah bulan itu habis dan ia tidak mendapat ampunan,
maka jika mati ia masuk Neraka. Semoga Allah menjauhkannya. Katakan:
Amin!. Aku pun mengatakan: Amin. ” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban
dalam Shahihnya) ” Semoga kita diberikan kekuatan, memampuan &
kemauan keras oleh Allah swt untuk menjadi Pribadi yang dapat
memperlakukan Bulan Ramadhan yang Agung ini secantik-cantiknyam,
semulia-mulianya & seoptimal mungkin. Amiin.
Ramadhan, Bulan Suci atau Bulan Lawakan?
Written By Rudianto on Sabtu, 14 Juli 2012 | 16.23
Label:
Motivasi dan Inspirasi Ramadhan,
Panduan Ramadhan,
renungan,
Tafakur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar